Eka Mutaqien

Dan, Ketika diam lebih nikmat dari secangkir kopi, Biarkan diam ini kuuntai menjadi aksara-aksara. *Eka Mutaqien Guru SMPN 1 Solear Kab. Tangerang ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Seorang pujangga tanpa nama

Kopi adalah puisi yang kuendapkan

dalam secangkir gelas

Diksi tak ubahnya pilihan hidup

Bagi seorang pujangga tanpa nama

Setiap kata adalah resah yang membuncah yang terangkai dalam kalimat tanpa warna

Malam ini, resah pecah di bawah

Keheningan saat bulan memalingkan mukanya

Angin membelai mesra ujung-ujung kulit

Yang lapuk menunggu janji- janji

Akh.....rindu yang lama , terjawab

sebuah Pesan singkat yang tak lebih menikamnya dari belati yang karat

Hari tak lagi cerita indah tentang senja

Seperti hal-nya menunggu ; adalah sebuah kebohongan belaka

Karena rupanya nasibmu memang

Masih saja Malang

Akh....rinduku terbalas !!

Meski sesak,

Malam ini, resah pecah

di bawah Keheningan saat

bulan memalingkan mukanya

Bersama rindu yang masih kupertanyakan

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Apik, Pak Guru. Ruaaarrr biasaaaah. Salam literasi dari Medan. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah.

24 Mar
Balas

Terima kasih pak Rasyid, Salam literasi juga dari Tangerang. Amin, smga kita semua selalu diberikan kesehatan dan kesuksesan.

24 Mar
Balas

Maaf, Pak Guru. Saya, 100% ibu-ibu...hehehe. Barakallah, Pak.

24 Mar



search

New Post