Sejujurnya Aku Tak Menginginkanmu
Jujur kuakui, kebersamaan yang telah kita bangun selama 18 tahun ternyata tak mampu membutaku mencintaimu. Aku hanya hanya memanfaatkanmu tanpa menyayangimu. Kehadiranmu yang selalu menemanimu dalam setiap langkah tak jua mampu meluluhkan hatiku.
Untuk apa kita bersama jika tanpa rasa suka?
Ingin segera aku mepelasmu dan menjauhkanmu dari hidupku. Tapi kapan? entahlah... Berbagai cara telah kucoba, namun tetap saja, langkahku tak berdaya tanpa kehadiranmu. Ya, sekali lagi kukatakan, aku hanya membutuhkanmu tanpa menyukaimu. Kejam? ya, aku memang kejam, aku tak pernah menghargai setiap detik kebersamaan kita.
Kacamataku, semakin hari kehadiranmu semakin menyiksa. Awal perkenalanku denganmu berawal dari keisenganku karena ingin menyempurnakan penampilan. Konon kata teman-temanku kala itu, anak yang pake kaca mata itu katanya anak baik dan anak rajin. Hmm ... apa iya aku dulu seperti itu, toh waktu di asrama pas waktunya ngaji aku pernah bolos, sampai-sampai pernah dihukum sama keamanan asrama. Ya, aku ingat, wakt itu gara-gara waktunya ngaji pagi usai shalat subuh, aku malah tidur di dalam lemari dan apesnya ketahuan. Seketika itu juga lemariku basah kuyup karena disiram pakai air seember. Malu? jelas, malu sekali.
Tahun 1999. Ya, itulah pertama kali aku memakai kaca mata. Minusnya sih engga seberapa, hanya minus setengah. Tapi, sekali lagi karena penampilan yang ingin terlihat lebih kece akhirnya akupun menggunakanmu.
Kini, kurang lebih 18 tahun setelah pertamakalinya aku memakaimu, hari-hariku semakin berat. Tak bisa aku melepasmu walau sebentar. Oh My God, minusku kian hari kian bertambah. Konon katanya mata minus tidak bisa sembuh, benarkah itu? Lantas bagaimana dengan hari-hariku ke depannya. Ingin rasanya seperti orang lain bisa bergaya memakai kaca mata hitam.
Minus 4,5 itulah konsisi mataku saat ini. Ingin rasanya aku melepasmu wahai kaca mataku. Mungkinkah kau kulepaskan? rasa-rasanya berat bila aku harus melepasmu. Tapi, sejujurnya aku ingin melepasmu dari hidupku, hai kaca mataku.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
sama dong
Disyukuri ya Bu :)
Sudah salah persepsi,
Terimakasih Bu
kacamata identik dengan orang Pintar dan cerdas
Hanya sebuah opini Pa hehe
tetep keren p eka walaupun ada kacamata diwajahnya ha.ha..ha..
hehehe, nuhun Bu Dede :)
Waouw.... hampir terkecoh. Tapi tenang pak kaca sbagai salah 1 lambang pecinta buku/ (pembaca)
Aamiin ...semoga bisa menjadi pembaca yang istiqomah ya Bu, tapi bukan istiqomah versi Pa Eko hehe
Waouw.... hampir terkecoh. Tapi tenang pak kaca mata sbagai salah 1 lambang pecinta buku/ (pembaca)
Mas Eka yang muda dan ganteng risau dengan kacamata minusnya. Aku yang beranjak tua, mau tak mau harus berkenalan dengan kacamata plus. Tanpa kacamata kadang kita tak bisa membaca. Jadi karena membaca itu kebutuhan, maka otomatis kacamata pun adalah kebutuhan. Tanpanya kita pasti kelabakan. Hidup kacamata. Mantap tulisannya Mas Eka.
Betul Pa, semakin hari minusnya semakin bertambah, ingin rasanya tuk bisa lepas darinya