EKA NURBULAN

Guru di SDN 10 Panai Hulu, Labuhanbatu, Sumatera Utara. Hobi menulis, membaca, dan menggambar. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Aku Mencintaimu Dalam Diam (Part 2)

Aku Mencintaimu Dalam Diam (Part 2)

#Hari ke-2

#Tantangan GuruSiana

Aku menatap tubuh kurusku di cermin, rambut yang biasa kukepang dua, kubiarkan bergerai. Tubuhku semakin kecil tertutup rambut panjangku. Aku mengusap-usap kulitku yang hitam karena sering bermain layangan dan bola. Aku memandang dada rataku dan kacamata minus tebal. Menarik napas panjang. Tak mungkin dia menyukainya.

Aku menggelengkan kepala, mengapa juga aku menyukainya. Apakah ini yang dinamakan cinta. Rasa aneh yang datang ketika melihatnya, dadaku berdebar keras, ada desiran halus yang menyelusup perlahan. Kemudian membuat pikiranku terhenti buntu. Aku tak pernah tahu apa yang harus kulakukan ketika bertemu dengannya, ah.

Aku melihat bayangan dia, laki-laki bertubuh tinggi, dengan kulit putih, rambutnya yang ikal bergelombang menambah pesonanya. Dalam seragam putih biru memperlihatkan senyumnya yang menawan. Dia melirikku dan mengangkat tangan kanannya untuk merangkulku ketika …

“Dor! Lagi ngapain/” Indri memasuki kamarku lalu menhempaskan diri di kasur.

“Lagi berkaca lah,” sahutku melemparkan sisir ke arahnya, kesal dengan tingkahnya yang membuat bayangan dia menghilang.

“Tumben berkaca, biasanya nyisirpun sambil jalan,” Indri mengingat kebiasaanku. Aku tertawa, lalu menghampirinya.

“Pasti lagi suka sama cowok, iya kan?” ujarnya sambil mengeluarkan bungkus Chiky Balls dan melemparkan sebuah ke arahku. Aku membiarkannya terjatuh di pangkuanku. Indri selalu tahu tentang aku.

“Menurutmu siapa yang kusuka?” aku mengambil sebutir Ciki dari bungkus yang dia pegang, mengunyahnya perlahan.

“Kamu tidak bisa bohong sama aku tahu, hehehe” Indri terkekeh. “Setiap jam istirahat, kamu menatap dia kan. Kamu akan sibuk kalau pertandingan antar kelas, dia main, dan kamu malah membela kelas lain. Kamu akan mengintip lewat kaca kelas jika dia di kantin. Atau kamu akan pura-pura membaca buku di depan kelas, ketika dia mengobrol di depan perpustakaan. Iya kan,” lanjutnya nyerocos tanpa henti. Aku mencibir.

“Sok tahu,” sahutku.

“Mia, Mia, jangan bohong. Bilang iya gitu. Kamu suka Dodi kan?”

Mungkin mukaku bak kepiting rebus, merah mendengar nama itu disebutnya. Aku menatap Indri, dia mengedipkan sebelah matanya padaku, nakal. Kami kemudian tertawa bersama.

“Mungkinkah dia juga suka samaku, Dri?”

“Mana kutahu, kamu kan hanya diam-diam sukanya, mana dia tahu,”

“Jadi, aku harus gimana?’

“Perlihatkan kalau kamu ada perhatian sama dia,”

“Caranya?”

“Hadeuhhh,” Indri mencubitku, kami kembali tertawa.

“Aku kan cewek, mana boleh cewek ngomong duluan Dri,” ujarku sambil kembali beranjak mengambil air minum untuknya.

“Jangan bilang non, tapi perlihatkan kalau kamu suka dia,” diraihnya gelas yang kubawa, lalu meminumnya perlahan. Aku terdiam, duh, jangankan memperlihatkan suka, gaya tomboy dan cuekku akan hilang kalau sudah di dekatnya. Aku menggaruk-garuk kepala, walaupun tak kurasakan gatal. Hehehe.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bagus ceritanya,bu ..mengalir.

03 Jul
Balas

Saya pernah seperti itu.. hehe

03 Jul
Balas

Keren. Lanjut Bund. Ku cari yang sebelumnya ya. Aku banget saat itu. Hi hi...

02 Jul
Balas



search

New Post