Eka rosmawati

Eka Rosmawati, M.Pd lahir dan tinggal di Bandung. Univ., terakhir Unesa. Saat ini mengajar matkul Bhs. Indonesia di SMPN 3 Soreang....

Selengkapnya
Navigasi Web

Intelektualitas itu Bukan Soal PT dan Doku

Pendidikan boleh ditempuh terus dengan tujuan menambah ilmu, dan bagi sebagian orang mempertinggi jati diri. Termasuk mempertinggi akal budi juga; sehingga orang yang terus-menerus menimba ilmu logikanya jadi rendah hati mengingat semakin banyak mengetahui, semakin merasa kembali ke titik nol dan harus mengejar ketertinggalan.

Akan tetapi, terlepas dari soal pendidikan tinggi, soal sekolah, ada hal yang disebut dengan intelektualitas. Kata intelektualitas berasal dari kata intelek yang menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti terpelajar; berarti 'intelektualitas' bisa dimaknai sebagai keterpelajaran. Hal tersebut menyangkut sikap, cara berprilaku, cara berbicara, cara membawakan diri di depan manusia lain, tanpa dimaksudkan untuk mengambil simpati atau pun ingin mendapat penilaian bagus. Intelektualitas itu justru menyangkut bagian dalam diri seseorang, perangai, kemampuannya untuk mengelola diri yang terpeta dalam tingkah polah keseharian; juga besar kemungkinan dijiwai oleh keimanannya kepada Tuhan. Jadi boleh dikatakan, intelektualitas itu lebih daripada pendidikan yang diperoleh di bangku sekolah, karena intelektualitas menyangkut pengalaman hidup seseorang, pengalaman spiritual, serta kemampuannya dalam menempatkan diri pada segenap situasi.

Adapun wujud intelektualitas seseorang bisa berupa adab, etika, pemakaian bahasa, caranya bergaul dengan banyak orang, termasuk pengendalian dirinya sebagai efek latihan yang terus-menerus.

Jika demikian, bagaimana dengan fenomena yang sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Ada Ibu muda dengan penampilan fantastis, gaya, serba matching dari kerudung hingga kaus kaki; mengendarai mobil keluaran terbaru pula; sekonyong-konyong dia melemparkan sampah bekas makanannya ke jalan raya, dari jendela mobil. Membuat orang yang pikirannya masih normal, jadi heran. Belum lagi yang lain yang jelas-jelas tanpa ekspresi salah, melempar sampah dari dalam mobil angkot, dari truk; termasuk anak-anak sekolah juga. Kebiasaan-kebiasaan buruk itu sepertinya sudah terpola; pola yang keliru.

Sebaliknya, ada juga orang-orang berpenampilan sederhana, namun cara bicaranya yang diatur secukupnya, polahnya tidak berlebihan, pengendalian dirinya baik, etikanya dijaga. Ia belajar terus dari kehidupan, berguru pada pengalaman. Seharusnya penghormatan kita pada orang seperti itu, jangan lebih rendah dari orang berpangkat. Justru sikap menghormati orang lain itu juga merupakan bagian dari intelektualitas kita.

Sekian, semoga dapat menguatkan pribadi yang sudah baik.

Eka Ros

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Betul Bu Siti R. Terima kasih yaa, kunjungannya.

20 Jun
Balas

Dibuat terkesima dengan isinya. Luar biasa! Makasih Bu Eka. Salam sukses dan sehat selalu, Saudaraku.

14 Jun
Balas

Halo Pa Tyo, terima kasih sudah membaca.

20 Jun

Paparan yang mantaps. Seharusnya ilmu pengetahuan mempengaruhi intelektualitas seseorang yah Bund. Sukses selalu dan barakallahu fiik

14 Jun
Balas



search

New Post