Berbicara soal murid bagi seorang guru, tidaklah aneh; karena sehari-hari guru itu bergaul dengan murid. Namun sebagai guru, sudahkah mengadakan pengamatan terhadap murid dengan seksama? Sudahkan tumbuh rasa cinta kasih kepada mereka, sehingga siapa pun dia pada akhirnya bisa memandang dia dari kacamata berbeda; kemudian berapa pun kesalahan yang dibuatnya, barangkali hati menjadi selalu iklas memaafkannya. Idealnya mungkin demikian.

Ini adalah kisah-kisah nyata yang terekam oleh pengamatan guru dari kejadian keseharian. Seorang siswa bernama Siffa, dia tampak memiliki garis wajah yang keras, tidak mudah tersenyum, juga mengesankan bahwa dia percaya diri, mandiri, dan sedikit angkuh. Kelebihan yang sudah ditunjukannya adalah fasih berbahasa Inggris, sudah menulis buku, dan beberapa kali menulis di surat kabar. Orang tidak pernahbtahu jika tidak melihatnya berbuat sesuatu di suatu hari.

Pada moment rapot hendak dibagikan kepada murid, yakni seusai Ujian Akhir Semester, guru sibuk bukan main. Nilai-nilai hendak diupload, guru juga masih menyempatkan untuk menerima perbaikan-perbaikan yang dilakukan murid sehubungan dengan nilai yang belum memenuhi KKM; biasa ada siswa yang senang bermain-main dengan waktu; mengejar perbaikan di ujung. Pada waktu guru tengah sibuk-sibuknya dalam pekerjaan kadang sesuatu yang penting malah tertinggal di sekolah. Tidak terbawa ke rumah.

Guru menghubungi beberapa siswa yang biasa dipercaya, tapi tahu-tahu dara yang bernama Siffa dengan jarah tempuh yang begitu jauh dari rumahnya, dia mengendarai motor, menyusur jalan-jalan tikus, berani menerima risiko ditangkap polisi. Setelah diam-diam ke ruang guru mencari nilai, di pagi yang masih berembun, anak gadis itu mengetuk pintu rumah gurunya yang alamatnya terlebih dulu ditanyakan pada beberapa orang siswa. Begitulah, anak itu telah menjadi pahlawan bagi gurunya.

Ada lagi siswi yang dikenal bandel, sudah terkontaminasi oleh pergaulan bebas di luar sekolah. Tempo-tempo membuat ulah dengan salingvtukar rok, pinjam baju olahraga, atau pernah tidak berseragam ke sekolah. Dan matanya itu, senantiasa lentik dan hitam pekat oleh balutan maskara. Sungguh cukup mengharukan, siwa yang sehari-harinya bersikap tak peduli itu, diam-diam mencari info tanggal kelahiran walikelasnya, dan seketika dengan wajah tampak malu-malu datang dengan menyerahkan baju, kerudung, tas.

" Ibu, selamat ulang tahun, semoga panjang umur, dan sehat selalu. Ini dari Mama, sengaja didatangkan dari Arab. Saya memintanya mengirimkan kepada Ibu. Maaf ya Bu, tidak bisa memberi yang terbaik." Wow! Mengharukan!

Bwgitulah murid dengan aneka karakternya. Yang sehari-hari tampak buruk saja bisa memberikan kemyliaan, apalagi yang sudah terarah, hidupnya biasa dalam keberaturan. Mereka ada yang menjadi KM, sekretaris kelas, bendahara, sie absensi, koordinator kebersihan. Mereka layaknya orang-orang dewasa, memimpin kelas, mengomando, bertindak tegas, dan teramat sigap bila dimintai tolong. Bahkan seorang anak malas sekalipun, pada waktu-waktu tertentu menyulap dirinya menjadi si rajin. Dia turun ke taman kelas, mencabuti rumput, bercocok taman, mengecat dinding dan jalan setapak yang dibuat bersama kawan-kawannya. Anak-anak itu bukan main, memiliki rahasia dan keunikan masing-masing yang kadang membuat guru terharu dan tergugu. Mereka sebetulnya anak-anak baik yang menjadi korban keadaan. Korban dari orangtua yang lalai, egous, sibuk dengan dunianya sendiri, tidak berkeinginan memahami anak yang padahal sangat menginginkan diperhatikan.

Eka Ros

11 April 2019