Eka rosmawati

Eka Rosmawati, M.Pd lahir dan tinggal di Bandung. Univ., terakhir Unesa. Saat ini mengajar matkul Bhs. Indonesia di SMPN 3 Soreang....

Selengkapnya
Navigasi Web

SATU SISI KEBIJAKAN ZONASI

Setiap program dibuat umumnya untuk tujuan positif, untuk beroleh perubahan ke arah yang lebih baik. Bagaimana dengan kebijakan pemerintah dengan dikukuhkannya sistem penerimaan siswa dengan zonasi?

Semula zonasi dibuat untuk memenuhi rasa keadilan masyarakat. Banyak anak yang tersisih akibat ketatnya penyeleksian dalam daftar masuk sekolah ke jenjang sekolah lanjutan. Mereka yang kemampuan berpikirnya pas-pasan, umumnya berada di tempat belajar yang daya saingnya juga rendah. Cukuplah, yang penting tetap sekolah; hingga perlahan tapi pasti muncul kesenjangan-kesenjangan yang makin lama kian mencolok. Yang pintar bisa duduk di bangku sekolah favorit, bergaul dengan orang-orang elite. Lama-lama tumbuh sikap keakuan, merasa beda, merasa unggul, merasa paling. Walhasil beberapa di antaranya jadi memiliki mental arogan. Sementara di kubu pemilik NEM pas-pasan, tumbuh mental merada kecil, siap menjadi diri yang bukan siapa-siapa, mnerima nasib apa adanya; otomatis kehilangan gairah berdaya saing. Maka makin mengemukalah gambaran ketimpangan sosial dalam dunia pendidikan. Maka tak salah kalau kemudian pemerintah mencari cara untuk mempetbaiki hal tersebut.

Itulah awal lahirnya sistwm zonasi. Sekolah bukan diukur oleh melambungnya kemampuan otak, melainkan ditentukan oleh seberapa besar kesempatan yang bisa diraih oleh mereka yang perlu mendapat pendidikan. Jika sekolah betafa di lokasi dekat tempat tinggal, mengapa harus mencari yang jauh. Di satu sisi sistem ini menolong mereka yang mempunyai daya pikir pas-padan untuk bisa tetap sekolah di tempat yang mudah dijangkau; serta sekolah tersebut tidak melulu dihuni oleh mereka yang punya kemampuan berpikir tinggi dan kelas sosial baik. Sekolah adalah untuk semua anak. Dalam hal itu pemerintah hendak memfasilitasi anak anak kurang beruntung dalam hidupnya.

Namun apa yang terjadi di lapangan, angan-angan tak selalu sesuai dengan kenyataan. Masalah muncul ketika banyak anak cerdas namun menjadi anak tidak beruntung. Letak rumah tidak berafa dalam area penzonaan, jadinya sering terjebak dalam situasi maju tak sampai, mundur tak bisa kembali, walhasil main seruduk masuk kemana saja yang penting bisa menyelamatkan diri. Lebih jelasnya, banyak anak pintar yang akhirnya masuk ke solah suasta; sedang sekolah suasta tidak semuanya memiliki fasilitas pembelajaran yang memadai.

Kondisi lain di lapangan, muncul permainan akal-akalan. Beberapa orangtua disinyalir memalsukan jarak tempuh rumah ke sekolah. Dulu permasalah adalah adanya pemalsuan NEM yang dibuat oleh sekolah-sekolaj demi bisa memberangkatkan siswa didiknya ke sekolah-sekolah favorit. Walhasil anak kurang cerdasdengan bekal nilai tinggi bisa masuk ke sekolah favorot dengan keadaan jadi terseok-seok mengejar mereka yang pintar bawaan. Di lain pihak, dengan sisyem zonasi, ada pula yang berprilaku curang dengan melakukan kebohpngan jarak rumah; hingga kadang jadi tak masuk akal. Maka timbullah kericuhan baru.

Alih-alih memperbaiki karakter bangsa, ujung-ujungnya sistem zonasi malah menambah munculnya ahlak buruk baru, yaitu berbohong, menipu, danenempuh segala cara untuk menyelamatkan anak dari kejeblos sekolah; artinya bersekolah asal diterima saja. Sungguh jika dibiarkan tanpa penanganan, penzonassian sudah memperlihatkan gejala ketidakbaikan. Timbul penyakit mental: lesu, malas belajar karena tidak perlu bersaing, yang penting lulus, buat apa belajar bersungguh-sungguh toh keberuntungan hanya ada pada jarak tempuh.

Semoga dengan banyaknya tulisan yang menggambarkan situasi di lapangan, ada upaya-upaya dari pihak pemerintah untuk mencari solusi guna memperbaharui kekurangan dari sistem zonasi. Sedang dampak positifnya tentu baik dipertahankan.

Eka Ros

21 Juni 2019

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap! Ranum dalam keberagaman pro dan kontra sistem zonasi. Beberapa pengetikan tipo yah, Bu...

21 Jun
Balas

Ketikan benar sekali banyak typo. Ngeditnya sakit mata, nulis di hape hurufnya kecil2.

21 Jun

Ya negeri ini tak mau sunyi dari perdebatan. Peluang-tantangan, kelakuan dan kekakuan hadir diantaranya

21 Jun
Balas

Di antara pro dan kontra itu harus disikapi dengan kebijakan baru; agar kebaikan lebih menonjol. Yg kurang pas bisa diminimalisasi.

21 Jun

Ya pembuatan gambar dan warna yang spontan, tanpa dikonsep? Sejatinya pengalaman menjadi guru perbaikan.

22 Jun
Balas

Paparan yang luar biasa, apa pun sistemnya kejujuran harus dipegang teguh ya Bun..barakallah

22 Jun
Balas

Betul Pak Lupi, kejujuran itu adalah modal kehidupan, dan pemerintah bertanggung jawab untuk mwmberikan keteladanan.

22 Jun

Ih ternyata Ibu Marlupi, bkn Bapa

22 Jun

Pelangi pendidikan Indonesia selalu penuh warna menghiasi langit Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika.

22 Jun
Balas

Warna dalam gambar yang dibuat secara spontan?

22 Jun



search

New Post