Teman Kamar 14
Teman Kamar 14
Jauh di pinggir desa, dikelilingi rawa-rawa yang kerap meluap akibat air hujan yang tak tertampung oleh bendungan, membuat jalanan berair. Memaksa pengunjung mengangkat alas kaki. Selepas magrib selalu terdengar suara lantunan ayat suci Alquran dari masjid An-Najm yang dilantunkan oleh penghuni asrama.
Langit begitu terang berhias dengan bulan dan taburan bintang yang meramaikan suasana malam ini. Sungguh bahagianya langit malam itu.Tapi tidak denganku. Masih terbayang dipelupuk mataku kejadian siang tadi membuat hatiku geram. Semua ini karena Anin.
“Rika dipanggil ustadza, beliau menunggumu di lobi” kata Nabila sembari menghampiriku.“Kenapa ustadza memanggilku? apa aku remedial lagi?” sahutku sambil mengerutkan kening. Ya Allah, semoga tidak, gumanku dalam hati. Bukankah aku mampu menjawab soal ulangan kemarin dengan benar.
“Ayo cepatan… ntar ustadzanya marah menunggumu kelamaan,” tutur Nabila membuyarkan lamunanku. “Oke Bos,” balasku sambil berlari-lari kecil menuju ruang lobi putri yang terletak di samping ruang makan. “ Rikaaa, hati-hati nanti terpeleset,” pekik Nabila mengingatkanku.
Kulihat dari kaca pintu ustadza sedang duduk sendiri sambil memainkan gawai ditangannya. Perempuan yang telah berusia kepala empat ini masih belum juga dikarunia anak biologis oleh Allah, tetapi Allah titipkan kepada beliau beratus ratus bahkan lebih seribu anak termasuk aku lewat asrama ini.
“Assalamu’alaikum”
“Waalaikum salam , masuk..” kuhampiri ustadza sambil membungkuk ku cium tangannya yang putih bersih.
“Rika, cepat bereskan baju dan barang-barangmu, mulai hari ini kamu pindah ke lantai dua kamar 14 “. Ucapan ustadza Habibah membuatku terperanjat.
“Hah...pindah kamar…kamar 14… Sekamar dengan Anin ustadzah?” tanyaku seakan tak percaya dengan apa yang ku dengan. “Tapi ustadza...” belum sempat Rika melanjutkan ucapannya, “Eit, tidak pakai kata tapi” sahut ustadza seolah tahu aku keberatan dengan keputusannya. Ah..mengingat nama Anin darahku mendidih.
Anin salah satu rivalku pada pemilihan gubernur asrama putri bulan lalu, membuat namaku berada diurutan kedua. Aku kalah. Aku tidak menduga akan terkalahkan olehnya. Aku begitu menginginkan jabatan itu dan Anin tahu itu. Mestinya dia mendukung aku bukan menjadi rivalku. Aku benci Anin. Sahabat macam apa itu. Sahabat yang telah menikamku dari belakang. Kerja saja sendiri, urus saja sendiri. Aku tidak perduli dengan program-program keasramaan yang telah dibuatnya. Aku bahkan mengajak beberapa teman untuk tidak mendukung program kerjanya. Anehnya dia tidak membalas perbuatan yang kulakukan padanya.
Awalnya Anin teman sekamarku yang pertama kali sepanjang satu semester. Selalu mengomel jika aku telat shalat subuh karena keasyikan tidur, sering murka melihat pakaianku bergelantungan di balik pintu, kadang kala ia murka apabila aku membawa teman-temanku ke kamar, mengganggu belajar alasannya. Beruntung aku mendapat teman sekamar seperti dia, senantiasa mengingatkanku.
Kuangkat baju dan barang-barangku menuju ke kamar 14, sepi. Kemana Anin? Ah, kenapa aku jadi mikirin dia. Buru-buru ku letakkan semua hartaku ke dalam lemari lalu berbaring di kasur dekat pintu , semilir angin membuat mataku mengantuk hingga tertidur.
“Hei, Rikaa.. Rikaa..” samar-samar ku dengar ada suara memanggil namaku. Dengan malas dan mata mata masih mengantuk, ku bukakan mataku “Bangun...sudah pukul lima sore...mandi sana, sesudah magrib ada pengarahan dari pembina asrama untuk kegiatan heiking besok, jangan terlambat ya.” kata Anin mengingatkanku. “Hmm.. dia tidak berubah, masih seperti dulu, perhatian...” gumanku dalam hati. Secepat kilat ku raih handukku, aku tidak mau terlambat bisa-bisa kena hukuman dari ustadza.
“Besok kegiatan heiking di mulai pukul 06.30 WIB, jangan ada yang kesiangan” pesan ustadza Habibah mengakhiri pengarahannya. Anin mulai membagikan tugas kepada pengurus keasramaan untuk kegiatan heiking besok, “yang bertugas di Posko satu, anggotanya ada Rika, Nabila dan aku di sana,” ujar Anin. Sebenarnya aku malas untuk mengikuti kegiatan itu apalagi ini programnya Anin, tetapi karena wajib aku harus ikut membantu teman-teman sebagai panitia.
Keesokan hari, tepat pukul 06.30 WIB kegiatan heiking dimulai .
“Itu posko kita,” kata Anin kepadaku dan Nabila sambil tangannya menunjuk ke arah pondok kecil dekat kebun karet milik salah satu warga. Segera ku berlari menuju pondok itu tanpa menghiraukan panggilan Anin. “Rikaa..Tungguuu.. “ baru beberapa meter langkahku terhenti. Aku terdiam, seekor anak ular menghalangi langkahku.
“AHHHHH.. ibuuuuu” jeritku.
“Tenang Rika, jangan bergerak” ku lihat Anin memukul kepala ular dengan sepotong kayu ditangannya. Ia mendisis-desis menyerang Anin. Buk..buk ...buk.. Anin memukul anak ular dengan sekuat tenaga. “Nah mati kau” ujar Anin. “ Aninnnn “, aku menangis sambil memeluk erat Anin. Kami berdua menangis dalam pelukan. “Terima kasih Anin.. maafkan aku.. kau rela berkorban nyawa demi aku. Maafkan keegoisanku selama ini,” bisikku di telinga Anin. “Semua ini karena Allah, “ suara lembut Anin terdengar di telingaku.
Terima kasih Anin kau telah mengajarkan kepadaku arti teman yang sesungguhnya. Teman sekamarku penyelamat nyawaku, akan ku kenang seumur hidupku.
Rumahku, Senin 6 Juli 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Bagus, Bu. Untuk pembelajaran karakter. Pasti anak-anak suka dengan ceritanya.
Terima kasih bunda support nya. Salam kenal.
Mengajarkan arti pertemanan yg sebenarnya...mantaaap bund
Makasih bunda sd hadir. Salam literasi.
Mengajarkan arti pertemanan yg sesungguhnya...mantaaap bund
Arti pertemanan yg sebenarnya. Sukses selalu Ibu Eki
Jadi ikut terharu
He..he.. makasih bunda udah membaca cerpen saya. Salam.
Sangat menginspirasi sekali bu .
Terima kasih bun udah membaca. Salam.
Bacaaan yang bermakna Bu..sukses terus
Terima kasih bun motivasi nya, sukses jg tuk bunda
Kereen buu,, salam knal.. Udah saya follow, folback jga yaa
Menarik ceritanya bu, persahabatan jembatan yang baik dalam menuju masa depannya
Setuju Bun, kadang kita kuat dan lemah karena sahabat.
Tema Persahabatan gak pernah ada habisnya, seruuu
Benar Bun, banyak cerita suka maupun duka. Terima Bun sd mampir
Keren ceritanya Mantap Bun...
Terima kasih bun udah membaca.
Seru ceritanya...semoga mereka tetap bersahabat
Aamiin... Terima kasih bun udah mampir. Salam..
Saya suka ceeitanya .....
Terima kasih bun sd membaca, salam
terharu membacanya ..tak terasa aermata menetes ..keren bun cerpennya..sukses
Bunda Sutirah terima kasih sd membaca, masih belajar Bun . Sukses jg tuk bunda
Mantap bundaSalam literasi ..Jangan lupa follow back nya ya Bu