Rasanya ada hati yang teriris. Tapi sembilau itu memang melukai jiwa. perih....dan sakit tapi itu hanya sebuah ungkapan. Rasa penyesalan hanyalah tinggal sebuah kenangan. Tak mungkin bisa di ulang. Tuhan mungkin memberikan suatu ujian. Dengan rasa ikhlas aku bisa menerima. itu juga sebuah kata bijak. dalam hati yang teramat dalam rasanya tetap ingin menangis dan bertanya kenapa?. Sebuah tanda tanya selulu datang dan pergi menghantui rasa. di mana salahku, hanya tuhan yang tau.

Seleksi alam, itu kata final yang harus kuterima. Tapi tak bolehkan aku mengeluh menangis, bahkan ingin menjerit mencari jawaban atas ketidak adilan di dunia. Andai... aku tau tapi ini sebuah pertanyaan yang tak bisa aku jawab. Kembali pada rona kehidupan yang melingkari isi dunia. Ada fitnah, dendam, kebencian dan ingin menghancurkan. Kejamnya dunia ini, itu kalimat yang akhirnya menjadi obsesi dalam diri.

Tuhan...hanya kata ikhlas yang harus aku pegang. Harus belajar dan belajar memaknai kata itu. Luka lara tetap tertanam dalam kalbu. Menemani hariku bersama sembilu. Terlalu naif aku berucap. Tapi memang itulah rasa antara realita dan kata tak akan terurai menjadi satu ikatan yang tersandar saling bercumbu dalam satu peraduan. Akhirnya hanya uraian air mata yang tak bisa di tahan jatuh diantara serpihan luka.

Pacet, 24 Juni 2022