Eko Adri Wahyudiono

Saya hanyalah seorang guru biasa. Jika bukan pengajar pastilah pendidik dalam tugasnya. Bisa jadi adalah keduanya. Namun, jika bukan keduanyapun, saya pastilah ...

Selengkapnya
Navigasi Web
LABINAK
selfdesigned

LABINAK

Bima adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Bisa dibilang keluarga Bima adalah keluarga yang sederhana dan bahagia, bagaikan Keluarga Cemara yang ada dalam Sinetron. Mereka tinggal di rumah yang cukup untuk dihuni lima orang dengan pekarangan luas dan asri yang dikelilingi pepohonan rindang.

Semuanya baik-baik saja sebelum adik Bima yang bernama Tio lahir. Bima merasa seluruh perhatian yang selama ini diberikan kepadanya sebagai anak bungsu direbut oleh Tio. Dia menjadi semakin manja, tetapi sering diabaikan oleh orang tuanya, karena mereka merasa Bima terlalu kekanakan.

Bima yang berada di kelas 9 di salah satu Sekolah Menengah Pertama favorit di kotanya, sering merasakan godaan untuk malas belajar. Apalagi dia merasa sedikit tidak nyaman berada di rumah. Hingga saat ulangan tiba, dia yang terlanjur malas belajar memutuskan untuk meneruskan kebiasaannya.

Pikirnya,toh orang tuanya juga sudah tidak memperhatikannya lagi. Ketika hasil ulangan keluar, Bima mendapatkan nilai jelek hampir di semua mata pelajaran. Saat sore hari Bima menyerahkan hasil ulangan tersebut untuk ditandatangani oleh orang tuanya, betapa kagetnya mereka ketika melihat nilai ulangan Bima dan seketika ruang tengah tempat mereka berkumpul menjadi sangat tegang.

Orang tua Bima memarahinya dengan suara menggetarkan seisi rumah, bahkan sampai membandingkannya dengan kakaknya yang bernama Nimas saat SMP dulu, yang selalu menjadi juara 1 di sekolah dan saat ini sedang belajar di SMA Negeri favorit juga.

Oleh karena itu, Mereka memaksa Bima untuk les di banyak tempat, agar dapat memperbaiki nilai Bima yang turun. Dengan hati yang dipenuhi kekesalan dan kekecewaan yang luar biasa, Bima pun terpaksa menyetujuinya.

Mereka memenuhi semua kebutuhan yang mereka pikir Bima memerlukannya, termasuk dalam hal gizi. “Kamu adalah apa yang kamu makan. Jika ingin pandai, makanlah sesuatu yang bisa membuat otakmu jadi pandai” ibu Bima berkata seperti itu agar Bima mau memakan makanan yang bergizi, harapnya supaya Bima selalu sehat dan dapat belajar dengan baik.

Saat malam hari ibu Bima memanggil Bima untuk makan malam, tetapi Bima tidak berada di kamarnya. Ibu Bima berpikir mungkin Bima berada di kamar Nimas dan sedang bermain bersama. Tapi alangkah terkejutnya ibu Bima saat memasuki kamar Nimas.

Beliau mendapati Nimas berbaring di lantai dengan darah yang terus mengalir dari tubuhnya dan Bima sedang menikmati daging segar dari tubuh kakaknya. Dengan tatapan polos dan mulut serta tangannya yang memegang pisau berlumuran darah, dia berkata “Enak, Bu.”.

Salam 11NEDHWDC10-MGT28EAW2

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

serem

28 Feb
Balas

He.he..genre horor nih

29 Feb



search

New Post