MALAM LEBARAN, BULAN DI ATAS KUBURAN
MALAM LEBARAN, BULAN DI ATAS KUBURAN
Oleh: E.A.Wahyudiono
Malam Lebaran
Bulan di atas Kuburan
Karya : Sitor Situmorang.
Itulah sajak satu bait, atau puisi satu kalimat karya dari Sitor Situmorang. Puisi yang menjadi populer dikalangan para sastrawan di masa itu sampai dengan sekarang. Juga menjadikan referensi bagi mereka yang menggeluti dunia sastra untuk berusaha mengupas apa pesan dalam puisi yang ingin disampaikan oleh penulisnya
Jika menelisik ditulisnya puisi itu yaitu sekitar tahun 1955 an, pastilah menggambarkan suasana malam lebaran yang sesungguhnya di masa itu. Kita tidak tahu pasti, apa yang terjadi di tahun itu sampai seorang penyair menuliskannya dalam sajaknya.
Rasanya, puisi di atas benar-benar menggambarkan situasi lebaran di zaman sekarang, di saat ini pula. Tinggal 2 hari lagi, kita semua akan merayakan lebaran namun dalam kondisi yang hampir sama penggambarannya dalam diksi yang dipilih oleh Sitor.
Simbol “Bulan” dalam diksi puisi diatas, menggambarkan kecantikan, keindahan, atau kesenangan. Apalagi bila bulannya adalah bulan purnama dengan tidak ada noda awan sedikitpun. Sinar bulan pastilah akan memberikan penerangan pada semua makhluk di bawahnya. Hal itu semata untuk menjelaskan perasaan gembira tak terkira dari mereka semua yang menerima sinar bulan itu.
Kapan hal itu terjadi? Yaitu ada dalam judulnya ”Malam Lebaran”. Ada semua bulan dalam setiap malam namun yang membedakan adalah bulan di malam itu, yakni malam lebaran akan berbeda maknanya dalam konteks kalimatnya pada bulan di malam-malam bulan biasanya. Malam yang senantiasa ditunggu-tunggu oleh banyak orang.
Ironisnya, sinar bulan yang penuh dengan kegembiraan itu justru bersinar terang di kuburan. Simbol “kuburan” menjelaskan makna tentang kematian, kesedihan, kesepian atau kehampaan.
Semua apa yang dituliskan oleh Sitor Situmorang dalam puisi satu barisnya bisa digambarkan dalam situasi seperti saat ini. Lebaran tinggal beberapa hari lagi. Suasana yang penuh kegembiraan dan silaturahmi bersama sanak sodara dan kerabat semua menjadi sirna cahayanya Kita bersama-sama menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan selama satu bulan penuh, tiba-tiba berubah menjadi sangat drastis di saat ini hanya gara-gara pandemi Corona di tengah kita.
Jangankan baju baru, bersilaturahmi dengan keluarga di kampung halaman saja sudah tidak memungkinkan lagi untuk dilakukan. Gema takbir yang biasanya bersama kita kumandangkan serta salat idul fitri menjadi sangat terbatas. Pesta berbagai menu makanan dan keceriaan anak-anak saat menerima uang saku adalah wujud rezeki-NYA.
Namun, semua menjadi sepi seperti halnya “Kuburan” atau tempat dalam simbol puisi di atas. Semua diterpa kesedihan karena perekonomian juga kebutuhan serta penghasilan menjadi tidak menentu kejelasannya. Kematian yang sesungguhnya sudah dimulai meskipun ada nafas dalam kehidupan sehari-hari.
Terlepas dari gambaran puisi atau sajak satu baris yang ditulis oleh Sitor Situmorang tersebut, tetaplah kita semua masih hidup dan ada di atas kuburan, bukan di dalam kuburannya. Kita masih di temani oleh “Bulan” yang selalu setia dan mendoakan bahwa hari esok, kita semua masih bisa menikmati munculnya cahaya “Matahari” pagi. Itulah kita yang menjadi pemenang sesungguhnya dalam hidup ini.
Salam Literasi
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap pak Eko analisisnya
Mantap pak Eko analisisnya
Mantap pak Eko analisisnya
Mantap pak Eko analisisnya
Mantap pak Eko analisisnya
Mantap pak Eko analisisnya
keren tulisannya pak masyaalloh
keren tulisannya pak masyaalloh
keren tulisannya pak masyaalloh
Semoga mentari akan bersinar esok hari di atas istana. Let's pray together, may covid-19 lose, soon. Aamiin.
KEreen..akhirnya muncul jua tulisannya...sekian lama..
Puisi minimalis yg sarat makna
Terinspirasi dari puisi Bapak Sitor Situmorang ya Pak Eko. Ulasannya menyejukkan hati, mudah-mudahan bulan tetap memberikan sinarnya secara bergantian dengan mentari di segala situasi. Dan semoga masa pandemi corona ini segera berakhir dan kita masih bisa berbagi. InsyaAllah sesudah kesulitan ada kemudahan. Salam hormat Pak Eko.
Padahal tidak pernah ada bulan pada malam lebaran, kan baru 1 Syawal.
Lebaran tahun ini memang beda.Semoga Wabah ini segera Berakhir
Ulasan yg keren pak, penggambaran kebahagiaan dalam kesedihan, penggambaran suasana yg kontras utk saat ini, salam
mantab analisisnya. sesuai dengan kondisi sekarang ya pak
Sedih, lebaran ini aku tak mudik
Sangat mermakna, Pak. memang sebaris tapu sarat ribuan makna...mungkin itu juga gambaran lebaran tahun ini...Semoga semua sehat dan bisa tetap menukmati cahaya matahari dan rembulan..Salam...
Subhanallah..intuisi yang luar biasa, sehat selalu ya Pak, andai dekat saya tetap lebaran ke rumah bapak walau harus pakai masker dan distanding social.maaf lahir bathinnya Pak
Ya Allah.. Semoga masih ada kegembiran dan bahagia bagi seluruh umat muslim sedunia. Aamiin.
Sedih sekali pak, semoga wabah ini segera berakhir
Sedih sekali pak, semoga wabah ini segera berakhir
Sedih sekali pak, semoga wabah ini segera berakhir
Sedih sekali pak, semoga wabah ini segera berakhir
Sedih sekali pak, semoga wabah ini segera berakhir
Sedih sekali pak, semoga wabah ini segera berakhir
Sedih sekali pak, semoga wabah ini segera berakhir
Ulasan yang menarik pak. Sesuai dengan keadaan sekarang. Salam.
yang gak bisa mudik, mohon bersabar ya, semoga wabah ini segera berakhir, Aaamiiiiin
Semoga malam kita tidak seperti puisinya Situmorang itu, ngeri ih
Semoga lebarannya tetap membahagiakan ya Pak, tidak terjadi yang lebih menyedihkan.
astaghfirullah, benar pak sepertinya kondisi didalam puisi seakan kita rasakan sekarang, terimaksih pak.
Sedih. Tapi kita tidak boleh putus harapanTerima kasih, mengingatkan puisi yang kaya makna ini "Bulan di Atas Kuburan". Salam.
Semoga rembulan segera memberikan cahayanya yang indah di bumi ini, Aamiin
Merinding membacanya pak. Luar biasa diksi yang digunakan oleh sastarawan. Terkandung makna yang tersurat dan tersirat. Salam pak
Salut buat bapak. Selalu saja punya tulisan menarik perhatian untuk disajikan. Keren banget ide-ide cemerlang bapak. Dan saya baru tau tentang puisi satu baris ini. Mkasih pak...jadi bertambah ilmu. Sukses terus untuk bapak.
Mantap tulisannya pak.
Pak Eko, tulisannya selalu begitu. Bagus melulu..... hehe....
Pak Eko, tulisannya selalu begitu. Bagus melulu..... hehe....
Sedih
Jadi sedih membayangkan
Semoga Tuhan beserta kita, juga di malam lebaran nanti.
Bahagia dan sedih
Sediiih
Subhanallah... selalu menyajikan tulisan yang bernas
Sedih, lebaran yang berbeda..
Ulasan yang keren Pak Eko
sedih membayangkannya. Lebaran jauh dengan keluarga.
Keren...
Tepat sekali pilihan puisinya... keren ulasannya... cocok dgn kondisi saat ini... Salut sama Pak Eko yang selalu punya ide cemerlang dalam menulis... sehat slalu yaa Pak
Semoga semua jadi pemenang, dengan munculnya matahari esok hari...
Ulasan bapak menjadikan saya sedih dan terharu. Malam lebaran bulan di atas kuburan..kalau kita kaitkan dgn suasaa saat ini buat kita prihatin sekaligus sedih. Ada anak yang tidak bisa merayakan lebaran bersama orang tuanya dan banyak lg sisi gelap dan terangnya..semoga kita bisa melalui lebaran ini dengan penuh kebaikan..
Contoh pusai (puisi bonsai). Hanya 1 baris tapi maknanya luar biasa. Barokallah pak
Yap lebaran tahun ini penuh keprihatinan. semoga puasa kita diterima Allah sehihanga menjadi pribadi yang taqwa
Sajak yang penuh makna. Salut untuk Pak Eko yang lugas dan keren dalam mengulasnya. Mantap. Salam..
Maa Syaa Alloh Analisis Pak Inspirator selalu TOP Sukses selalu teruslah menginspirasiMohon maaf lahir dan batinBarokallohu
Iya pak saat ini gambaran puisi itu memang kita rasakan, lebaran sunyi, sepi seperti kuburan
Sedih, trennyuh, hampa kadang merasuki jiwa melihat kenyataan yang ada. Sungguh , aku membayangkan orang tua di kampung (bagi yang masih punya orang tua) betapa pilunya hati beliau lebaran tanpa dikunjungi oleh anak2nya. Yang dikhawatirkan sekarang ini mall dibuka, betapa berdempetnya mereka memasuki areal kematian. Walaupun sesungguhnya ajal memang di tangan Tuhan. Tapi kita tetap diberi kewajiban untuk mempertahankan kehidupan.Contoh bunuh diri termasuk dosa besar.
Itulah yang membuat sedih dan rinduku berkepanjangan pak,,mulai pandemi belum begitu terasa,berharap ia akan sirna menjelang Ramadhan tiba,tetapi duga kita salah,ia berkepanjangan hingga lebaran menjelma. Yang jauh tak dapat pulang
Sedih, larut dalam ulasan artikel Pak Eko...semoga wabah ini berlalu...
MasyaAllah.. Puisi yang penuh makna dengan ulasan yang mengena.. Salam sehat bapak..
Keren banget analisisnya. Dari semua sisi sudah dijabarkan. Pemikiran Sitor Situmorang sudah bisa menembus masa sekarang ini. Setelah semuanya harus berada pada kondisi seperti ini, kita hanya bisa berharap yg terbaik dr Allah SWT. Semoga pertolongan-Nya segera datang. Aamiin.
Benar-benar terasa hening dan ingin segera bersujud pada-Nya.
Suasan itu sudah membayang pak, sedih tak terkira
Sedih rasanya tapi tetap semangat. Salam sehat pak.
Benar Pak, beribu makna dalam kalimat "Bulan di atas kuburan" pada malam lebaran
Pak Eko seorang penulis lihai membaca situasi menjadi sebuah inspirasi pada tulisan2nya, salut
Keren Pak. Semoga esok lebih baik dari hari ini.
Keren pak ulasannya
Salam literasi semangat terus untuk menyebarkan virus virus kebaikan dan selalu menginspirasi. Semangat Bapakku. Apapun situasinya semoga lebaran adalah selalu bermakna untuk kita
Lebaran kali ini adalah lebaran yg paling menyedihkan Pak Eko. Senang krn telah mengisi Ramadhan dg beramal sholeh, namun sedih disaat kita harusnya gembira pada hari raya, tpi tertahan oleh bhaya covid 19 ini. Smoga Allah selalu memberikan kslamatan kpda kita semua Pak. Salam hormat saya.
Semoga selalu ada harapan dapat menikmati matahari di pagi berikutnya. Kematian itu pasti, tapi harapan dan kesempatan hidup tidak boleh disiakan. Semoga bisa sll positif
Kereen sekali pak
Trnyata meski hanya 2 baris, mengandung makna yg mendalam
saya mau bulan di atas piring, pak... biar gak sedih...
Mantap ulasannya Pak.
Puisi Sitor Situmorang, yang membuat saya kesulitan mengekspresikannya karena kurangnya pengetahuan dan pengalaman bathin menghadapi situasi semacam itu. Dengan ulasan Pak Eko saya sangat terbantu untuk memahami dan merasakan maknanya apalagi dikaitkan dengan situasi sekarang.... makasih Pak.
Baca judulnya sudah berasa larut dalam buaian kesedihan..keren abiz tulisannya Pak..semoga kita merasakan kebahagiaan walau badai corona masih menerjang.Salam sukses selalu
Lebaran yang sepi bagai kuburan
Mantul pak, kita hanya bisa berdo'a semoga kita semua bisa menjadi pemenang dengan tetap berprasangka baik kepada Allah, bahwa Dia Yang Maha Kuasa , Maha Tahu dengan ujian & musibah yang ditimpakan-Nya agar membuat manusia sadar dengan dosa-dosa yang mereka lakukan . Salam hormat pak.
ku coba mensyukuri kehidupan saat ini walau dalam keprihatinan. tapi hidup dan sisa hidup adalah amanah untuk beribadah..inshaAllah sehat selalu teman seperjuangan mencari Ridho Allah SWT
Menggambarkan kondisi yang tengah kita hadapi ya pak. salut buat bapak.
Mantap
Mantap
Mantap
Mantap
Sedih, mencekam di hamparan cahaya. Apa dosa kami ya Allah
Penuh makna.... nangis rasanya Pak...Salam
Analisanya Mantap Pak. Saya suka kalau berkenaan dengan puisi...
Analisanya Mantap Pak. Saya suka kalau berkenaan dengan puisi...
Analisanya Mantap Pak. Saya suka kalau berkenaan dengan puisi...
Mantab.
Tulisannya selalu menarik,