Eko Budiyono

Menulis adalah ketenangan hati. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Atasi Kemajemukan Murid Dengan Pembelajaran Diferensiasi
Ilustrasi pembelajaran berdiferensiasi.

Atasi Kemajemukan Murid Dengan Pembelajaran Diferensiasi

Atasi Kemajemukan Murid Dengan Pembelajaran Diferensiasi

Oleh: Eko Budiyono

Anak-anak di sekolah mempunyai sifat, sikap dan karakter yang berbeda. Sifat tersebut akan terlihat dan muncul dalam setiap pembelajaran. Ada anak yang pendiam, aktif, usil, periang, disiplin, dan lainnya. Itulah beberapa sifat anak yang setiap hari saya hadapi di dalam kelas. Ulfa merupakan murid yang periang, suka usil dan lincah. Dia paling dulu menyelesaikan setiap ada tugas yang harus dikerjakan. Husna adalah siswa yang pendiam, ulet dan pandai. Amin, siswa yang pendiam, gak peduli, kurang semangat dalam belajar, namun suka sekali menggambar. Jika diminta untuk mengerjakan tugas pasti paling belakang selesainya. Bahkan, terkadang tidak selesai. Izza, anaknya jagoan suka keluyuran di kelas dan terlewat aktif. Jika ada anak yang izin ke kamar mandi, pasti dia ikut-ikutan izin ke luar kelas meski sebenarnya tidak ingin ke belakang. Sedangkan Nugi, anak yang disiplin, pinter, pekerja keras, baik hati tapi sedikit manja. Jika sedang bermain pasti ujung-ujungnya menangis dan ngambek.

Ketika melihat betapa majemuknya karakter murid-murid, maka sebagai guru saya perlu berpikir. Bagaimana caranya supaya dapat menyediakan layanan pendidikan yang maksimal? Artinya saya harus bisa memungkinkan semua murid mempunyai kesempatan dan pilihan untuk mengakses apa yang saya ajarkan secara efektif sesuai dengan kebutuhan mereka. Tentu bukan pekerjaan yang mudah. Apalagi yang saya hadapi adalah insan-insan yang bernyawa dan harus diperlukan kendali agar mereka bisa belajar sesuai kebutuhannya. Gambaran kemajemukan anak yang ada di dalam kelas tersebut harus saya utamakan dalam penanganannya. Saya harus banyak belajar dan bisa menerapkan dengan tepat bagaimana cara memperlakukan mereka dengan baik. Kendati demikian guru harus bisa sabar dan telaten dalam menghadapi semua murid-muridnya. Maka disinilah peran dan tugas guru yang diharapkan bisa mengelola kelas dengan strategis dan tepat.

Sebagai pendidik, saya harus melayani murid-murid dengan segala keberagaman tersebut dengan menyediakan lingkungan dan pelayanan yang optimal. Salah satunya menciptakan suasana yang nyaman dan aman di dalam kelas. Dalam modul 2.1. Calon Guru Penggerak ada ungkapan Ki Hadjar Dewantara sebagai berikut:

"Serupa seperti para pengukir yang memiliki pengetahuan mendalam tentang keadaan kayu, jenis-jenisnya, keindahan ukiran, dan cara-cara mengukirnya. Seperti itulah seorang guru seharusnya memiliki pengetahuan mendalam tentang seni mendidik. Bedanya, guru mengukir manusia yang memiliki hidup lahir dan batin."(Ki Hadjar Dewantara).

Ungkapan tersebut sangat rasional. Secara fakta murid mempunyai karakteristik yang beragam, kekuatan dan kebutuhan belajar yang berbeda, juga keunikan yang pantas dihargai. Perlu respon dengan tepat agar tidak terjadi kesenjangan belajar (learning gap), di mana pencapaian murid tidak sesuai dengan potensi yang tunjukkannya.

Lalu, apa pembelajaran berdiferensiasi itu? Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Menurut Tomlinson (1999:14) dalam kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru melakukan upaya yang konsisten untuk merespon kebutuhan belajar murid. Setiap hari saya dihadapkan pada keberagaman karakter murid seperti ilustrasi yang saya sebutkan di atas.

Ada 36 siswa dikelas saya. Namun, baru 4 karakter siswa yang bisa saya tuliskan yaitu Ulfa, Husna, Izza dan Nugi. Bisa dibayangkan bagaimana saya mengondisikan 36 anak dengan karakter yang berbeda. Untuk itu pembelajaran berdiferensiasi menjawab tantangan guru dalam menghadapi murid yang beragam karakter. Misalnya ketika saya memberikan tugas kepada siswa untuk menyelesaikan soal cerita. Amin merasa kesulitan untuk memahaminya, sehingga saya harus membantunya. Tetapi Isna dengan mudah menyelesaikannya. Merasa sudah selesai mengerjakan dia dengan santai bernyanyi di dalam kelas. Disaat yang sama, di pojok kelas ada dua siswa yang berselisih karena tak dipinjami mainan oleh teman sebangkunya. Mereka akhirnya adu mulut dan bertengkar. Mungkin banyak lagi kondisi lain yang dihadapi oleh guru.

Guru bukanlah manusia bersayap. Bukan juga superman yang bisa terbang dan lari ke sana kemari untuk menyelesaikan masalah. Jadi, tepat sekali jika guru menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dalam proses pembelajarannya. Lalu seperti apakah pembelajaran berdirefensiasi itu? Adalah serangkaian keputusan yang masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi pada kebutuhan murid. Keputusan masuk akal yang buat oleh guru harus berdasar pada hal-hal berikut ini.

Satu, menerapkan kurikulum yang mempunyai tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas dan konsisten. Tujuan pembelajaran bukan hanya dapat dipahami oleh guru namun bagi murid-muridnya.

Dua, guru dapat merencanakan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan murid. Bagaimana guru menanggapi dan merespons kebutuhan belajar murid. misalnya menyiapkan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

Tiga, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang mengundang murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan.

Empat, guru dapat menciptakan manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas yang memungkinkan fleksibilitas, namun terstruktur, sehingga walaupun murid melakukan kegiatan yang mungkin berbeda-beda namun kelas tetap kondusif.

Lima, penilaian berkelanjutan, di mana guru dapat memperoleh informasi dari proses penilaian yang dilakukan. Untuk mengetahui murid yang sudah mencapai tujuan pembelajaran dan murid mana yang masih ketinggalan untuk kemudian menyusun rencana dan proses pembelajaran selanjutnya.

Bapak dan ibu, jika dibayangkan maka peran dan tanggung jawab guru sungguh berat, namun dalam kesehariannya bapak dan ibu guru sudah sering menghadapi berbagai macam karakter murid, sehingga kemampuan multitasking secara natural sudah dimiliki. Kemampuan ini tidak disadari karena begitu alaminya hal ini terjadi, betapa sudah terbiasanya bapak dan ibu guru menghadapai tantangan ini. Sehingga harapannya apa yang menjadi jerih payah dalam membimbing murid-murid menjadi amal salih yang bisa bermanfaat, dan bisa mengantarkan murid-murid menjadi generasi penerus bangsa yang berkarakter.

Salam bahagia dan sehat selalu.

Penulis adalah Guru di SD Negeri 2 Ngarap-arap. Saat ini masih mengikuti Program Guru Penggerak angkatan 7 dari kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Tulisan ini sebagai salah satu pemenuhan tugas CGP pada Modul 2.1.a.8 yakni Koneksi Antar Materi Modul 2.1. Saya juga mengambil referensi artikel dari Modul 1.2 CGP "Praktek Pembelajaran yang Berpihak pada Murid". Semoga bermanfaat. Guru Penggerak harus selalu Tergerak, Bergerak, dan Menggerakkan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen ulasannya, Pak. Sukses selalu. Salam literasi!

19 Feb
Balas



search

New Post