Ada rindu yang menggebu untuk bertemu kawan-kawan di gurusiana tapi setiap akan masuk akun gurusiana, lupa passwordnya. Akhirnya keinginan itu urung dan selalu urung, walaupun kerinduan ini semakin menggunung. Entah sudah berapa bulan bahkan tahun, yang pasti rindu telah membatu, diam membisu. Pernah kepikiran untuk mengganti password tapi kepikiran juga kalau nanti lupa lagi. Akhirnya, hanya mencari dan mencari dulu catatan tentang password gurusianaku dan hingga hari ini, pagi tadi belum ketemu.

Mendadak baru kepikiran, kenapa tidak tanya anak bungsuku? Gimana untuk mengatasi masalah lupa password gurusiana itu? Akhirnya, hanya dalam bilangan detik akun gurusianaku bisa dibuka dengan password baru. Lega rasanya, senang dan girang, seperti mimpi bagi manula sepertiku, yang lebih sering tergagap-gagap oleh teknologi. Bahasa Jawanya, "grothal-grathul" belajar IT meski sudah berusaha beradaptasi dengan perkembangan teknologi komunikasi yang semakin canggih. Sebagai wujud syukur aku bisa gabung di gurusiana lagi, langsung kutulis kolom ini. Yah, kukategorikan kolom karena tulisanku ini jelas bukan genre puisi, cerpen, artikel, tips, best practise, reportase, atau jenis lainnya. Semata hanya curhatan sebuah pengalaman gara-gara gagap teknologi saja. Semoga bermanfaat bagi teman lain.

Sebagai orang tua, aku sangat menyadari kemampuan dalam menguasai teknologi. Jadi, istilah bahasa Jawa, "Kebo nusu gudel" itu benar-benar ada. Orang tua minta diajari pada anaknya untuk hal-hal tertentu di luar kapasitasnya. Cuma, kesadaran itu sering tergusur oleh rasa malas atau enggan belajar. Akhirnya terbelenggu sendiri dalam kesulitan yang panjang. Seandainya kesadaran untuk belajar dari yang muda atau anak sendiri itu langsung ditindaklanjuti bisa jadi masalah lupa password tidak berlarut-larut. Alhamdulillah, sekarang sudah pulih, sudah bisa memposting tulisan ringan sebagai wahana mengkonsistenkan kegemaran menulis. Walau sejatinya, kebiasaan menulisku tetap jalan di media lain, seperti facebook, instagram, atau media cetak, seperti tabloid, majalah, dan sekali waktu di koran. Beberapa juga ada yang dibukukan sebagai kumpulan puisi, kumpulan geguritan, antologi bersama, dan terbit pada jurnal ilmiah. Alhamdulillah.

Namun demikian, menulis di gurusiana tetap punya warna yang berbeda. Tegur sapa rekan penulis yang produktif berkarya dengan apresiasi yang luar biasa itu yang dirindukan. Tidak ada yang merendahkan, tidak ada yang mengkritik pedas, apalagi menjatuhkan, meski itu masukkan yang sangat dalam baik pada bentuk, maupun isi tulisan kita. Adanya saling suport, saling berbagi, sama-sama menginspirasi, dan sama-sama belajar dan terus belajar. Akankah tulisan perdanaku (setelah sekian lama kehilangan password) ini juga mendapat apresiasi? Entahlah, yang pasti aku bersyukur bisa hadir dan ikut menggoreskan tinta, ikut menorehkan warna di langit gurusiana. Akhirnya, kusampaikan salam jumpa pada kawan lama yang mungkin kenal aku, izinkan aku menyapa, :"Selamat Hari Raya Idulfitri, minal aidin wal faidhin" mohon maaf lahir dan batin". Maaf, mungkin ucapan ini agak terlambat, meski masih di bulan Syawal. Toh meminta maaf juga tidak harus nunggu setahun lagi, nunggu Lebaran tahun depan. Selamat berjumpa kawan, izinkan aku bergabung lagi di sini, "Gurusiana" yang lama kutinggalkan.

Wonosobo, 18 Mei 2021