Sepi itu senyap. Senyap itu lengang. Lengang itu sepi yang panjang. Sepi yang panjang menjadi hening. Hening itu sunyi. Sunyi itu diam. Diam dalam kesunyian itu nikmat.

Terdengar kelebat kertas. Tercium udara segar dan angin yang terhempas. Pensil dan penggaris yang terjatuh seperti menggemuruh. Bahkan hembusan napas siswa pun terasa riuh. Detak jarum jam terus memburu batas waktu. Berpacu dengan degub jantung dan detak nadi, mengejar jawaban pasti, jawaban soal-soal yang pelik dan rumit.

Tapi kicau seekor burung di dahan pohon cengkeh itu, seolah menghibur. Suaranya terus terdengar, walau kadang merdu kadang lenyap. Kesunyian pagi itu seperti perjalanan panjang di lembah dan ngarai. Terjal tapi menantang, landai namun harus hati-hati. Seperti siswa yang sedang megerjakan soal PTS itu, sedang diuji nyali berkompetisi dengan dirinya sendiri. Ketika menuntut ilmu, mengasah kemampuan dan keterampilan untuk menaklukkan soal-soal. Tak ada kata menyerah sebelum waktu berakhir. Terus berpacu menggapai nilai sebaik mungkin.

Kicau burung terus berkumandang. Indahnya lengang semakin menghujam atau tambah mencekam. Memang diam dan sepi itu lengang yang tak bertepi. Sunyi jadi batas cakrawala keheningan sejati.

Wonosobo, 8 Maret 2019