eko indriati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Pinangan

Pinangan

"Assalamu'alaikum...."

Samar terdengar suara salam itu dari dapur rumah.

"Wa'alaikumsalam..."jawabku sambil membuka pintu. Kupersilahkan masuk perempuan paruh baya ini.

"Ada apa ya Bik Siti?" tanyaku keheranan. Tak biasanya Bik Siti bertandang ke rumah apalagi malam-malam begini. Biasanya kami hanya saling bertegur sapa saat berpapasan ketika Bik Siti pergi ke pasar untuk berjualan.

"Maaf Mbak...mengganggu sebentar. Saya mau minta tolong" jawab Bik Siti setengah ragu-ragu.

"Minta tolong apa ya Bik?" tanyaku penasaran.

"Menghias hantaran lamaran... Mamad mau meminang gadis desa tetangga" jawab Bik Siti dengan wajah mengharap.

"Alhamdulillah...kapan ya Bik?"

"Besok sore Mbak"

Aku menatap BIk Siti dengan pandangan tak percaya...besok.

Biasanya aku mengerjakan ini paling tidak butuh dua minggu sebelum hari H, karena kukerjakan disela-sela waktu luangku sepulang kerja. Tapi Bik Siti hanya memberiku waktu semalam.

"Tolong ya...Bik Siti sudah nggak tahu harus kemana lagi." lanjut Bik Siti seolah mengerti jalan pikiranku.

"Kok mendadak sekali Bik Siti?"

"Iya...nunggu Mamad gajian dulu jadi baru bisa beli kekurangannya. Tolong ya Mbak" sekali lagi Bik Siti memohon. Bik Siti memang sudah lama menjanda sejak Mamad masih berusia 3 tahun. Hidup seadanya dengan hasil berjualan sayur di pasar. Tak terasa anak satu-satunya itu sudah menjadi perjaka dan bersiap menikah.

"Gimana Mbak?" tanya Bik Siti membuyarkan lamunanku.

"Seberapa banyak Bik Siti...aku khawatir nggak bisa menyelesaikannya"

"Nggak banyak Mbak...tunggu sebentar ya, barangnya saya antar ke sini." kata Bik Siti sambil keluar tanpa menunggu jawabanku. Aku hanya bisa memandang punggung Bik Siti sampai hilang di ujung gang dengan tertegun.

Besok sore...duh!! Mau kutolak tapi aku tak tega melihat Bik Siti yang pontang panting sendirian. Kasihan Bik Siti, sebetulnya ada saudara laki-lakinya yang tinggal bersama Bik Siti tapi kondisi kejiwaannya tidak stabil.

Tapi besok sore....bisa kah?

Otakku masih berputar-putar dengan kata-kata besok sore saat Bik Siti sudah ada di ruang tamuku. Barang-barang untuk hantaran sudah diletakkan di meja tamuku dan keranjangnya pun berjejer di kursi panjang, tampak memenuhi ruang tamuku yang tak seberapa luas.

"Masih ada lagi Bik Siti?" tanyaku

"Sudah...sudah Mbak. Hanya itu saja"

Kuperiksa barangnya satu-satu, sambil kupasangkan dengan wadahnya. Alhamdulillah tidak terlalu banyak.

"Baiklah Bik Siti...mudah-mudahan bisa selesai tepat waktu ya"

"Iya Mbak...terima kasih ya. Saya pulang dulu" pamit Bik Siti.

Setelah menutup pintu segera kusiapkan peralatan untuk mengerjakan hantaran itu. Kulirik jam dinding di ruang tengah, waktu menunjukkan pukul 21.30 WIB. Hmmm...bakal jadi malam yang panjang nih! Gumamku sambil memulai merangkai barang-barang itu.

Suara jam bekerku berteriak nyaring kriiiiiing...kriiiing. Waduuh...sudah jam 3 pagi. Mataku terbelalak seketika teringat orderanku yang belum selesai. Rupanya aku ketiduran. Bergegas aku ke dapur, strategi pekerjaan rutin pagi ini sudah tersusun di otakku. Menanak nasi sambil mencuci, habis itu menyiapkan teh panas untuk pak suami dan sarapan pagi untuk keluarga kecilku. Setelah itu semua...baru kukebut sisa pekerjaanku semalam. Untung sekarang hari Minggu.

Alhamdulillah pukul 13.30 WIB sudah selesai tinggal dua keranjang belum terbungkus. Pasti sebentar lagi Bik Siti datang. Benar saja tak lama kemudian Bik Siti datang.

"Gimana Mbak sudah bisa diambil?" tanyanya sembari masuk.

"Iya Bik Siti...tinggal bungkus satu lagi" jawabku sambil menyodorkan keranjang-keranjang yang sudah siap untuk di bawa. Tampak Bik Siti tersenyum lega.

"Bagus Mbak"kata Bik Siti sambil meraih sebuah keranjang berisi mukenah. Alhamdulillah...Bik Siti senang dengan hasil karyaku.

"Terimakasih Bik Siti...maaf ya kalau banyak kekurangan. Waktunya mepet sih" sahutku sambil menyerahkan keranjang terakhir.

"Iya nggak apa-apa Mbak. Saya yang minta maaf...terlalu mendadak. Jadi berapa ongkosnya Mbak?"

"Terserah Bik Siti saja" jawabku. Aku memang sengaja tak memasang tarif untuk jasa ini. Apalagi untuk seorang Bik Siti yang aku tahu persis keadaannya.

"Gimana ya Mbak...nggak enak kalau begitu"

" Nggak enak gimana? Udahlah terserah Bik Siti aja." jawabku meyakinkan.

"Kalau begitu...diterima seadanya ini ya Mbak" kata Bik Siti dengan menyodorkan amplop yang rupanya sudah disiapkan.

"Ya Bik Siti...sekali lagi saya minta maaf kalau ada yang kurang cocok."

"Ya Mbak...sudah cocok kok" jawab Bik Siti sambil berkali-kali mengucapkan terima kasih.

Bik Siti...perjuanganmu sungguh luar biasa. Seluar biasa perjuangan ibu-ibu single parent di luar sana.

Semoga lancar acaranya Bik Siti.....

19 Pebruari 2019

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post