Lanud Kalijati
Kalau berkunjung ke Subang, salah satu yang selalu saya ingat adalah Kalijati. Di sini tersimpan sejarah kecil Angkatan Udara kita.
Tak banyak yang tahu bahwa Kecamatan Kalijati di Subang dahulu memiliki sekolah penerbang. Di sini memang pernah berdiam markas AU Belanda (Militaire Luchtvaart) yang tergolong besar pada masanya.
Saking besarnya, sampai-sampai mereka punya sekolah penerbang, yaitu Vliegschool Militaire Luchtvaart. Mereka tidak hanya mendidik penerbang Belanda. Ada pula penerbang asli Indonesia. Mereka, antara lain, Adisutjipto, Sambojo Hoerip, dan Husein Sastranegara.
Pangkalan di Kalijati ini (sekarang bernama Lanud Suryadarma) termasuk kuat. Ketika pernyataan kemerdekaan RI pada Agustus 1945 saja, markas AU Belanda ini tidak goyah. Baru setelah pengakuan kedaulatan RI diumumkan Belanda pada 27 Desember 1949, semuanya berubah. Segala fasilitas dan pesawat dihibahkan tiba-tiba ke Indonesia.
Tentu saja Indonesia seperti mendapat durian runtuh. Maklum, saat itu Indonesia tak punya fasilitas pendidikan penerbang yang memadai. Ada sih di Maguwo, Jogjakarta, yang didirikan oleh Komodor Muda Adisutjipto. Tapi, sekolah penerbang ini akhirnya tidak berjalan karena rusak berat akibat agresi militer Belanda pada 19 Desember 1948.
Di Kalijati, AURI kala itu memperoleh secara cuma-cuma puluhan pesawat jenis P-51 Mustang, B-25 Mitchell, AT-16 Harvard, dan C-47 Dakota. Inilah yang akhirnya membuat AURI mendirikan sekolah penerbang di sana. Sebab, kebutuhan akan pilot memang mendesak. Saking mendesaknya, sejumlah calon kadet penerbang dikirim ke India.
Karena itu, pada 6 November 1950, Sekolah Penerbang (Sekbang) Kalijati dibuka. Momen yang bersejarah. Pada angkatan pertama, ada 24 calon kadet. Uniknya, sekbang ini tak pernah melahirkan angkatan kedua. Pada masa itu AURI cenderung mengalihkan perhatiannya ke Sekolah Penerbang Lanjutan (SPL) di Andir, Bandung. Kini SPL tersebut dikenal sebagai Bandara Husein Sastranegara. SPL Andir hanya berlanjut hingga angkatan ketiga yang melahirkan tiga KSAU, yaitu Rusmin Nurjadin, Suwoto Sukendar, dan Ashadi Tjahjadi.
Pada 1960, KSAU S. Suryadarma mengembalikan sekolah penerbang ini ke Lanud Adisutjipto atas pertimbangan historis. Dalam puluhan buku tentang AURI dan tokoh-tokohnya yang saya miliki, Sekbang Kalijati tidak mendapat ulasan mendalam. Saya hanya menemukannya dalam potongan kliping berita majalah Angkasa edisi September 1998.
Setidaknya generasi kita perlu tahu bahwa dulu Kalijati pernah begitu diperhitungkan karena ada pangkalan udara kuat. Juga sempat melahirkan tokoh AURI serta penerbang-penerbang militer yang berjasa bagi negeri ini.
Sidoarjo, 16 April 2019
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kalijati juga saksi bisu kekuatan Jepang 8 Maret 1942. Informatif mas Eko.
Siap Pak
Wow...lengkap sekali. Btw di daerah maguwo yogya masih ada instansi penerbangan AAU lho Mas Eko....hehe
Njih Bu...
Keren. Nambah pengetahuan saya dengan membaca artikel Bapak. Terimakasih. Salam sehat.
Sehat selalu Bu, aamiin
Sehat selalu Bu, aamiin
keren pak. saya orang subang baru tahu sejarahnya.
Siap Pak
Artikelnya informatif pak, sebelumnya.. saya mau tanya mengenai sumber soal SPL Andir yang bapak gunakan? Saya tertarik untuk membacanya lebih jauh.. terimakasih