Eko Prasetyo

Eko Prasetyo, pemimpin redaksi MediaGuru dan penjaga gawang Majalah Literasi Indonesia. Dia menyelesaikan pendidikan S-1 Sastra Indonesia Unesa dan S-2 Ilm...

Selengkapnya
Navigasi Web
TANTANGAN 90 HARI MENULIS DI GURUSIANA (18): Rahwana

TANTANGAN 90 HARI MENULIS DI GURUSIANA (18): Rahwana

Saya menyukai kisah pewayangan sejak kecil. Entah mengapa. Yang jelas, filosofi hidup itu terasa hidup ketika saya menonton pentas wayang kulit di TVRI ataupun membaca buku-buku epos Mahabharata dan Ramayana.

Saking senangnya akan kisah pewayangan, saya diberi warisan buku tua oleh kakek. Judulnya "Wajang Poerwa" terbitan 1950-an.

Salah satu cerita yang mengaduk emosi saya adalah Ramayana. Banyak orang yang mengidentikkan epos Ramayana dengan kisah cinta Rama dan Shinta.

Namun, bagi saya, yang memikat justru kesejatian cinta yang ditunjukkan oleh Rahwana alias Prabu Dasamuka. Ia memimpin Kerajaan Alengka.

Julukan Dasamuka diberikan karena Rahwana memiliki sepuluh wajah. Sebuah simbolisasi bahwa ia menguasai kitab dan pengetahuan sastra.

Betapapun punya sifat jahat dan digambarkan sebagai sosok raksasa, Rahwana punya sisi baik. Sayangnya, sisi baik ini tenggelam oleh wiracarita Rama dan Shinta. Ya, Rahwana tipe ksatria yang setia.

Dalam sebuah versi, dikisahkan bahwa ia hanya punya satu cinta. Untuk Dewi Widowati. Ketika Widowati mati dan menitis ke Shinta, Rahwana diliputi cinta bukan kepalang. Ia memuliakan Shinta. Bahkan ketika menculiknya dari Rama Wijaya, Rahwana tetap memperlakukan Shinta secara baik.

Sejatinya, Rahwana hanya punya satu cinta. Cinta yang ia perjuangkan hingga mati secara ksatria.

Epos Ramayana memang berakhir tragis lantaran Shinta memilih bunuh diri. Ini dilakukannya demi memperlihatkan kesetiaan kepada Rama yang meragukan kesucian Shinta saat diculik Rahwana. Tapi, menjelang ajalnya Shinta justru berdoa agar anak keturunannya memiliki jiwa ksatria seperti Rahwana. Sosok yang memperjuangkan keyakinannya dan cinta sejati.

Cinta merupakan napas kebahagiaan. Layak diperjuangkan tanpa perlu menjelaskan alasannya. Mengutip pendapat Paolo Coelho, one is loved because one is love. No reason is need for loving.

Jakarta, 1 Februari 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Rindu ini salah, tapi benar adanya (Shinta Widayanti)

08 Feb
Balas

Mantap pak

01 Feb
Balas

Cinta suci Rahwana...

02 Feb
Balas

Siip Pak eko... Melihat rahwana dari sisi yang berbeda

01 Feb
Balas

Bagus ya pak... Sejahat jahatnya seseorang ia punya sisi naik, dan sebaliknya...

02 Feb
Balas

Baru paham setelah baca tulisan Pak Eko. Sepanjang yg saya paham, Rahwana antagonis. Makasih Pak Eko.

01 Feb
Balas

Benar, tak perlu alasan untuk mencintai. Pokoknya cinta banget pada tulisan yang enak dibaca. Sehat dan sukses terus ya, Mas Eko

02 Feb
Balas

Entah bagaimana saya bisa belajar cara menulisnya, saya sangat suka banget tulisan pak eko, mantulll

02 Feb
Balas

Saya pikir Rahwana tuh raksasa jahat pak..

02 Feb
Balas

MEMBACA cerita ini ingat pelajaran Sejarah ketika dibangku sekolah dulu. Mantul Pak

02 Feb
Balas

Baru tau pak...Rahwana sebenarnya tokoh baik..selama ini jadi tokoh jahat digambarkan

01 Feb
Balas

Hemm, tulisan Mas Eko selalu enak dibaca. Apalagi yang dibahas tentang cinta. Keren Mas Eko. Sukses terus ya Mas

01 Feb
Balas

Mantul!

02 Feb
Balas

Mantap

04 Feb
Balas

Mantul tulisannya.. mahabharata dan Ramayana dilahapnya oleh si bapak

01 Feb
Balas



search

New Post