Eko Prasetyo

Eko Prasetyo, pemimpin redaksi MediaGuru dan penjaga gawang Majalah Literasi Indonesia. Dia menyelesaikan pendidikan S-1 Sastra Indonesia Unesa dan S-2 Ilm...

Selengkapnya
Navigasi Web

Alasan Umum Keluar dari Grup WA

Saya memang jarang menulis di blog pribadi dan medsos. Alasannya bukan malas, melainkan kesibukan menyusun buku jurnalisme investigasi. Kegiatan ini lumayan menyita waktu dan energi karena tidak mudah dalam membagi waktu untuk riset literatur, wawancara narasumber, dan lain-lainnya.

Tapi, di sela-sela menulis contoh kasus Marsinah (buruh PT CPS yang dibunuh secara brutal pada 1993), ada teman saya yang memberikan respons dan membuat saya tergelitik membuat tulisan ini.

Kasus Marsinah itu secara iseng saya bagikan ke sebuah grup WA. Saya sampaikan bahwa Marsinah diduga ditembak dari jarak dekat. Yang ditembak adalah (maaf) alat vitalnya. Itu terbukti dari hasil visum yang terpublikasi luas bahwa tulang panggulnya patah dan hancur berkeping-keping. Majalah Tempo pernah menurunkan tulisan betapa bahayanya intervensi militer dalam penyelesaian masalah demonstrasi buruh di zaman Orba (petinggi PT CPS diduga disiksa aparat agar mengakui sebagai pembunuh Marsinah).

Wis panjang kalau bahas kasus Marsinah saja. Apalagi jika ditambah dengan kasus pembunuhan Munir dalam penerbangan Garuda dari Indonesia ke Belanda.

Intinya, teman saya tadi mengatakan senang jika grup WA berisi tulisan informatif seperti itu. "Sehingga kita bisa ikut diskusi secara produktif. Nggak saur manuk (saling balas komen ndak penting, Red) yang bisa bikin anggota pasif jadi left," ujarnya.

Dia menambahkan, dari pengamatannya, alasan kenyamanan itulah yang sedikit banyak membuat seseorang memutuskan untuk left grup WA.

Saya tidak mengiyakan dan tidak menolak pendapat kawan saya tersebut. Toh saya sejatinya sering jadi silent reader di banyak grup WA. Saya sudah terbiasa dengan berbagai macam karakter orang di grup-grup WA MediaGuru. Ada yang suka lemper. Ada pula yang baper. Tapi, tak sedikit yang caper sehingga membuat sebagian anggota grup tidak nyaman lalu memilih left grup.

Saya sendiri pernah mengalaminya. Rasanya nggak nyaman banget ada di sebuah grup WA. Akhirnya saya putuskan untuk left dari grup tersebut.

Kalau saya ingat-ingat lagi kejadian itu, ya sedih sekali. Namun, saya ndak punya pilihan lain. Saya memutuskan keluar dari situ. Lha wong anggotanya cuma saya sendiri. Huwaaaaaa!!!

Castralokananta, 4 Juli 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Hadeuh... Essiip... Semoga sehat selalu...

05 Jul
Balas



search

New Post