Seusai kegiatan dengan MGMP Biologi SMA Provinsi Banten di SMAN 3 Serang pada Jumat, 9 Agustus 2024, saya dan Mas Roy bergeser ke Rangkasbitung. Ada kegiatan diklat jurnalistik di SMAN 1 Rangkasbitung, Kabupaten Lebak.

Ini SMA tertua di Rangkasbitung, sudah ada sejak 1959. Artinya, usia sekolah ini sudah hampir 70 tahun. Seusia ibu saya.

Sebenarnya, bangunan sekolah ini merupakan tempat bersejarah. Sayangnya, gedungnya sudah direnovasi sehingga bagian yang mestinya menjadi cagar budaya itu hilang.

Soal kegiatan diklatnya, saya akan ceritakan di tulisan yang lain saja. Saya mau membagikan pengalaman yang tak terlupakan di sini.

Saya terkejut saat Pak Isak Isnain, guru penulis dari SMAN 1 Rangkasbitung, memberikan kunci sepeda motor matiknya ke saya. “Silakan dipakai, barangkali mau keliling Rangkasbitung,” pesannya.

Hal inilah yang membuat saya berdebat keras dengan Om Roy. Ia mengusulkan agar sepeda motor itu digadaikan saja untuk ongkos pulang kami ke Surabaya. Saya tidak setuju. Menurut saya, akan lebih bijaksana kalau sepeda motor itu dijual saja biar uangnya bisa dibelikan dua sepeda onthel.

Om Roy malah marah dan menganggap ide saya tersebut terlalu barbar. Akhirnya kami mencapai kesepakatan. Kami berencana memakai sepeda motor itu untuk jalan-jalan ke Bandar Lampung melalui penyeberangan Merak-Bakaheuni.

Namun, ide itu pun akhirnya urung kami wujudkan karena kami menganggap imajinasi dalam tulisan ini terlalu liar dan ndak masuk akal. Alhamdulillah, kami bisa memanfaatkannya untuk pergi ke SMAN 1 Rangkasbitung, berbagi ilmu jurnalistik dengan para siswa. Masyaallah, tulisan dan orang yang nulis ini sungguh membuat hati ini bergetar dan berdecak kagum.

Rangkasbitung, 10 Agustus 2024