Eko Prasetyo

Eko Prasetyo, pemimpin redaksi MediaGuru dan penjaga gawang Majalah Literasi Indonesia. Dia menyelesaikan pendidikan S-1 Sastra Indonesia Unesa dan S-2 Ilm...

Selengkapnya
Navigasi Web

FILM INDONESIA (SAAT INI)

Saya tidak anti-Barat, tapi juga tidak kebarat-baratan. Saya hafal lagu-lagu The Beatles serta The Everly Brothers, tapi saya juga menggemari campur sari serta dangdut. Saya membaca banyak novel asing, tapi saya juga sangat mengagumi serta mengoleksi novel-novel dari Angkatan Balai Pustaka.

Tulisan ini tidak hendak mempertautkan kejemawaan, melainkan sikap terhadap kondisi perfilman Indonesia sekarang. Terkait film Indonesia saat ini, saya ingin menyoroti satu kelemahan (kalau boleh saya sebut demikian) dalam produksi-produksinya. Hal itu terkait dengan banyaknya aktor atau aktris blasteran.

Silakan Anda lihat sendiri bagaimana film Indonesia sekarang sering dibintangi oleh aktor/aktris yang berdarah Indo.

Indonesia punya berapa suku sebenarnya? Berapa banyak potensi seni dari daerah-daerah yang gagal terangkat karena produser atau sutradara lebih memilih mereka yang blasteran atau bertampang bule.

Di sisi lain, film Indonesia disesaki genre horor, yang sedihnya sebagian di antaranya justru miskin bobot cerita. Malah saya pernah menonton satu film horor yang plotnya tidak jelas. Entah saya harus tertawa atau sedih.

Produksi film semestinya menyadari bahwa tampang cakap dari aktor dan aktris itu bukan penentu utama untuk mendongkrak keberhasilan. Kemampuan akting pun menentukan. Kalau cuma modal tampang cakap tapi aktingnya tidak sesuai (seperti film Bumi Manusia yang diadaptasi dari novel terkenal milik Pramoedya Ananta Toer), ya wasalam. Selain itu, faktor lain tentu saja kekuatan jalan cerita. Bukan sekadar jualan wajah-wajah manis para pemerannya.

Jika kemudian ada yang beralasan bahwa tampang ganteng dan cantik itu menjamin kesuksesan sebuah film, jawabannya tidak juga. Lihat saja para pemeran cilik di Laskar Pelangi.

Kelemahan lainnya yaitu aktornya kadang itu-itu saja, hehehe. Ndak percaya? Anda tonton film-film karya sutradara Joko Anwar.

Back to topic, saya hanya menyoroti mengapa banyak pemeran blasteran di film-film kita sekarang.

Tapi, saya tidak anti dengan aktor/aktris blasteran lho. Yang penting risetnya sesuai dengan data-data yang akurat.

Saya beri contoh sederhana. Jika Kapten czi (anumerta) Pierre Tendean diangkat ke layar lebar, saya sepakat aktornya harus blasteran. Pasalnya, Pierre Tendean itu berdarah Prancis-Manado. Ajudan Jenderal Nasution ini punya paras tampan dan kebule-bulean. Saat ini saya melihat Enzo Zenz Allie (taruna Akmil Magelang) yang bisa dikatakan mirip dan kebetulan sama-sama blasteran Prancis.

Btw, saat muda, saya pernah aktif di teater kampus. Namanya Teater Kaki Langit. Walau tidak terlalu bisa berakting, setidaknya saya punya kemampuan belajar serta riset jika diberi peran seorang tokoh. Misalnya, memerankan tokoh sebagai pemred MediaGuru yang mbencekno (menjengkelkan) tapi ngangeni. Bismillah...

Castralokananta, 14 Mei 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen ulasannya, Pak. Salam literasi

14 May
Balas

Hihi... Itu sih ndak usah akting ya...

15 May
Balas



search

New Post