Dalam perhelatan Big Bad Wolf di Surabaya pada 15 Juli lalu, ada novelis yang karyanya saya buru. Namanya Gabriel Garcia Marquez.

Di Amerika Latin sana, penulis Kolombia ini sangat kesohor. Bahkan mungkin di dunia. Salah satu novelnya yang terkenal berjudul One Hundred Years of Solitude (Seratus Tahun Kesunyian).

Novel ini terkenal bukan cuma ceritanya yang amat menggugah, tapi juga kisah di balik proses penyiapannya.

Garcia mempersiapkan novel itu selama berbulan-bulan. Setelah selesai, dia dan istrinya mengirimkan naskah tersebut ke kantor pos. Tapi, keduanya ternyata tak punya cukup uang untuk sekadar membayar biaya pengiriman itu.

Yang mereka miliki saat itu hanya mesin tik dan cicin kawin. Garcia ingin menggadaikan mesin tiknya, namun sang istri melarangnya dan memilih untuk menggadaikan cicin kawinnya.

Keesokan hari setelah perdebatan itu, tanpa diketahui Garcia, istrinya yang bernama Mercedes Barsha menggadaikan cicin kawinnya dan mengirimkan novel itu.

Novel ini akhirnya diterima dan diterbitkan. Tanpa disangka, novel One Hundred Years of Solitude meledak. Sukses besar. Tercatat novel ini telah diterjemahkan ke dalam 15 bahasa (data lain menyebutkan lebih dari 20 bahasa). Penjualannya mencapai jutaan eksemplar.

Terbit kali pertama pada 1967, novel ini kemudian muncul dalam versi bahasa Inggris tahun 1970. Saking fenomenalnya, pada 1982 novel ini menyabet penghargaan Nobel bidang sastra.

Sayangnya, saya gagal memperoleh novel yang saya cari ini di Big Bad Wolf Surabaya. Dapatnya justru novel The Second Mother karya Jenny Milchman dan Maduku Sahabatku.

Castralokananta, 18 Juli 2022