Setelah puluhan purnama, akhirnya saya bersua kembali dengan Mas Ali Harsojo. Kami berjumpa kali pertama di gedung Erlangga, Yogyakarta, pada 2017.

Sosok ini menjelma sebagai guru penulis yang punya nama besar di Sumenep. Karena produktivitasnya menulis di blog Gurusiana, namanya harum di panggung nasional. Pasalnya, tulisan-tulisannya sering menjadi headline dan nangkring lima besar di Gurusiana. Yang baca ribuan.

Tak heran jika dia pernah menyabet penghargaan sebagai gurusianer terbaik di Temu Nasional Guru Penulis (TNGP) pada 2018 dan 2019. Di TNGP 2023, ia kembali menggondol penghargaan tingkat nasional.

Kini karyanya sudah tak berbilang, saking banyaknya. Tulisannya di media massa juga lumayan, termasuk profilnya yang diekspose secara luas di Jawa Pos Radar Madura dan media lainnya.

Namun, tak ada prestasi yang instan dan mulus-mulus saja. Mas Ali sudah melalui berbagai hambatan dan kesulitan dalam membumikan gerakan literasi di Sumenep.

“Di sini banyak komunitas, tapi memang nggak mudah untuk menggerakkan literasi,” ujarnya.

Guru SDN Pejagalan 2, Sumenep, ini tetap berprinsip untuk terus berjuang dan bekerja dengan ikhlas. Baginya, literasi itu harus dikerjakan dengan sinergi, keikhlasan, dan tidak mudah putus asa.

Setelah hampir lima tahun, akhirnya ia berhasil mewujudkan diklat penulisan buku di Kota Sumenep. Ia bersinergi dengan banyak organisasi setempat seperti PGRI, IGI, Pergunu, dan tentu saja restu Dinas Pendidikan Sumenep.

Bapak 7 anak ini memiliki impian makin banyak guru penulis di Sumenep dan bisa bersinergi secara baik. “Di MediaGuru, sukses itu kan sejatinya membantu orang lain sukses. Semangat inilah yang ingin kami wujudkan di sini,” tegas salah satu aktivis Griya Literasi Bondowoso tersebut.

Bagi saya, tak ada yang berubah pada sosok Mas Ali Harsojo. Dia punya kepribadian tulus dan punya perhatian tinggi terhadap kompetensi literasi anak-anak didiknya. Saya lihat pagi ini ia terlihat konsisten. Konsisten bertubuh subur.

Sumenep, 9 Maret 2024