RINGAN DI MULUT, KENYANG DI PERUT
Tanpa kerupuk, apalah artinya sayur lodeh, ikan pindang, dan sambal terasi.
Bagi hamba yang daif ini, kerupuk adalah simbol kebahagiaan yang begitu sederhana. Ringan di mulut, kenyang di perut.
Oh Tuhan, jangan pisahkan aku dengan kerupuk. Makan siang akan menjadi hampa tanpa kehadirannya. Keberadaannya akan menenteramkan hati ini.
Ketika meja makan tak menampakkan kerupuk di atasnya, dunia serasa sunyi. Kau adalah kerinduan paling nyata. Rasa paling indah yang pernah ada.
Hanya dengan uang Rp5 ribu di Pasar Sukodono, kerupuk satu plastik sudah berada di genggaman. Hati ini sangat gembira. Ingin rasanya berlari slow motion mengelilingi tiang listrik sambil mengibarkan singlet dan berteriak alhamdulillah.
Kerupuk puli, kerupuk jengki, kerupuk udang, kerupuk samiler, dan aneka kerupuk lainnya, terima kasih.
Terima kasih Rabb atas kebahagiaan yang indah ini. Tak terbayangkan apa jadinya makan siang tanpa keberadaan kerupuk. Hanya manusia tulus dan aneh tapi mengagumkan yang menuliskan rasa terima kasihnya untuk kerupuk seperti ini.
Castralokananta, 24 Agustus 2024
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar