Salah satu koleksi buku lawas saya adalah The Kennedy Wit. Buku tersebut sudah cetakan ketujuh (Februari 1965). Cetakan perdananya dirilis pada Juli 1964.

Dari judulnya, buku ini memang memfokuskan pada kecerdasan John F. Kennedy, presiden Amerika yang pernah sangat mesra dengan Presiden RI Soekarno (ini karena pilot AS sekaligus agen CIA, Allan Pope, tertangkap karena ketahuan mendukung pemberontakan PRRI/Permesta).

Buku setebal 127 halaman ini hanya berisi 4 bab. Keempatnya adalah The 1960 Campaign, The Presidency, The Family, dan The Press Conferences.

Setelah membaca keseluruhan isi buku ini, saya berkesimpulan bahwa John F. Kennedy memang politikus ulung yang cerdas. Ia mampu memberikan jawaban atas pertanyaan atau kritik dengan elegan tanpa emosi.

Sangat boleh jadi Barrack Obama, mantan presiden AS, belajar banyak dari cara berkomunikasi John F. Kennedy yang dirangkum di buku ini. Itulah mengapa gaya pidato Obama dianggap memiliki kekuatan dan magnet bagi para audiens.

Salah satu kekuatan kecerdasan John F. Kennedy digambarkan di bab The Family halaman 110 di buku ini. Ia mengatakan bahwa dirinya menyukai membaca.

Buku ini juga mengungkapkan bahwa Kennedy selalu berusaha cermat sebelum berbicara di depan publik. Tidak mengumbar emosi dan tidak pula merendahkan lawan bicaranya.

Hari-hari belakangan ini saya memang membuka kembali buku-buku sejarah koleksi saya di rumah. Membacanya ulang. Selain bertujuan mengisi hari tua, saya ingin menyegarkan kembali otak dengan banyak membaca. Menikmati sisa hidup dengan membaca supaya tidak cepat pikun.

Sekarang ini banyak orang lupa. Lupa utang, lupa janji, dan lupa jabatan. Contohnya, banyak yang takut kehilangan jabatan, padahal jabatan itu pasti ada masanya. Lupa bahwa kelak pasti pensiun dan kembali menjadi warga biasa. Tabik.

Castralokananta, 2 Februari 2024