Eko Sutanto

Lahir di Banjarnegara, menjadi guru sejak maret 1997, sampai saat ini masih belajar menulis dan mengeja huruf demi huruf serta angka demi angka....

Selengkapnya
Navigasi Web
Era Kenormalan Baru
Bersama Hadapi Covid - 19

Era Kenormalan Baru

Konsep kehidupan baru setelah pandemi Covid-19 meluluh lantakan kehidupan di muka bumi ini semakin jelas di depan mata. Semua negara di dunia ini kocar kacir dilanda badai virus mematikan yang berjuluk Corona. Negara super power se kelas Amerika Serikat pun harus berjuang keras untuk mengatasi serangan penyakit mematikan ini. Virus mematikan yang telah mengubah perilaku kehidupan manusia di dunia ini. Pemimpin negara – negara di dunia berusaha sekuat tenaga mengendalikan dan mengurangi resiko akibat badai Covid – 19.

Tidak hanya pemimpin, warga negara di seluruh muka bumi pun mengambil peran dalam menghadapi kejadian luar biasa ini. Meskipun demikian angka kematian akibat virus corona setiap hari terus meningkat khususnya di Indonesia. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa Covid-19 akan terus ada mengancam kehidupan manusia, sebab saat ini belum ditemukan obat penangkal yang benar – benar ampuh untuk mengatasi virus ini. Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap negara untuk mengatasi serangan virus mematikan ini menurun. Masyarakat mulai abai dengan penerapan protokol kesehatan yang dianjurkan oleh pemerintah.

Filosof asal Slovenia, Slavoj Zizek dalam bukunya Pandemic Covid-19 Shake The Word meramalkan tahapan reaksi masyarakat terhadap pandemi dibedakan menjadi lima tingkatan, yaitu tahap penyangkalan (denial), tahap kemarahan (anger), tahap tawar menawar (bargaining), tahap depresi (depression) dan tahap menerima (acceptance). Tahap penyangkalan terjadi ketika masyarakat merasa bahwa berita dan informasi tentang covid-19 di media adalah bentuk pembohongan publik, berita virus mematikan itu hanya dramatisasi media saja. Selanjutnya fase kemarahan dimana publik marah setelah menyadari bahwa virus ini sudah berada sangat dekat dan mengancam kehidupan mereka. Negara dianggap lalai mempersiapkan diri sehingga virus terlanjur merebak. Kondisi perkembangan virus yang terus merebak membuat masyarakat dalam tekanan, banyak yang putus asa. Ini adalah fase dimana masyarakat terjebak dalam depresi yang panjang. Akhirnya terjadi tahap tawar menawar antara negara dan warga tentang bagaimana memperlambat penyebaran virus ini. Ketika masyarakat berada dalam keadaan tertekan pemerintah mengajukan penawaran – penawaran kepada masyarakat sehingga akhirnya terjadi kesepakatan – kesepakatan.

Tahapan – tahapan yang diramalkan oleh Slasoj Zizek ini juga terjadi di negara Indonesia. Pada awalnya virus corona dianggap enteng seperti virus Flu Babi, Ebola, SARS, atau virus mematikan lainnya yang tidak bakal masuk ke Indonesia. Bahkan ketika banyak negara mulai khawatir, Indonesia masih enjoy menerima kunjungan wisatawan, padahal mereka berpotensi besar membawa virus masuk ke dalam negeri. Kekhawatiran berbagai pihak terbukti, tetapi semua sudah terlambat. Fase kedua dimulai di Indonesia ketika korban mulai berjatuhan akibat serangan virus corona. Pemerintah bergegas membentuk satuan tugas penanggulangan bencana Covid-19. Terjadi pergeseran anggaran besar – besaran untuk menyediakan sarana dan prasarana pendukung penanggulangan Covid-19. Alasan “Salus populi suprema lex esto” atau keselamatan rakyat merupakan hukum tertinggi menjadi pedoman negara dalam menghadapi bencana nasional Covid-19. Namun demikian masyarakat mulai marah ketika penanganan Covid-19 oleh pemerintah dianggap tidak serius dan main – main. Ketika setiap hari tejadi peningkatan angka kematian yang dramatis akibat virus masyarakat mulai cemas. Penerapan protokol kesehatan menjadi tren yang menggejala di semua tempat. Banyak daerah menetapkan status pembatasan wilayah (lock down) dengan membatasi orang keluar masuk di wilayah mereka. Tahap berikutnya pemerintah mencoba menawarkan kepada masyarakat agar terbiasa hidup berdampingan dengan virus. Bahkan Presiden Jokowi sempat mengajak masyarakat untuk ‘berdamai’ dengan covid-19. Ajakan ini sempat menimbulkan kontroversi pro dan kontra dalam masyarakat. Pro kontra terjadi akibat tarik menarik kepentingan dunia usaha ekonomi (bisnis) dan dunia kesehatan. Pada satu sisi dunia usaha harus bergerak kembali agar ekonomi kembali berputar, akan tetapi sebaliknya dunia kesehatan khawatir jika pergerakan dunia usaha ini akan membuat penyebaran Covid-19 semakin tidak dapat dikendalikan. Akhirnya masyarakat diberi kelonggaran untuk beraktivitas di luar rumah setelah sebelumnya diharuskan berdiam di rumah (Stay At Home).

Saat ini kita masuk fase kelima dalam ramalan Zizek yaitu fase kesepakatan (acceptance). Masyarakat telah berdamai dengan Covid-19, kenyataan bahwa virus ini membahayakan kehidupan manusia telah diterima. Era baru hidup berdampingan dengan Covid-19 disebut era New Normal atau kenormalan baru. Satu kondisi dimana kita harus hidup dalam keadaan ‘tidak normal’ karena harus menerapkan prasarat tertentu dalam aktivitas keseharian. Bagaimana dengan dunia pendidikan? Apakah kenormalan baru juga akan diterapkan dalam kegiatan keseharian di dunia pendidikan? Dunia pendidikan mau tidak mau juga masuk pada masa kenormalan baru. Pemandangan siswa bersekolah mengenakan masker setiap saat akan kita jumpai setiap hari. Guru mengajar menggunakan penutup wajah transaparan (face shield) juga akan menjadi perilaku yang lazim di era new normal. Belum lagi penerapan protokol kesehatan lain ; pemeriksaan suhu tubuh setiap pagi ketika siswa hadir di sekolah, cuci tangan pakai sabun atau handsanitizer, penyemprotan ruang kelas secara berkala dengan cairan desinfektan akan menjadi pemandangan yang biasa kita lihat di sekolah pada masa kehidupan baru.

Semua membutuhkan energi dan daya dukung yang cukup untuk dapat terus bertahan hidup. Semoga era kenormalan baru ini tidak berubah menjadi kondisi herd immunity, siapa yang berdaya tahan tubuh baik maka dia akan mampu bertahan hidup dari serangan covid-19. Kita tidak pernah tahu kapan pandemi ini akan berakhir, tapi kita yakin bahwa Tuhan akan mengangkat wabah ini dari muka bumi pada saatnya nanti.

Sumber referensi :

https://mediaindonesia.com/read/detail/309483-paradoks-dalam-realitas-covid-19

https://en.wikipedia.org/wiki/Salus_populi_suprema_lex_esto&hl=id&sl=en&tl=id&client=srp&prev=search

https://link.springer.com/article/10.1007/s42438-020-00161-0

https://en.wikipedia.org/wiki/Pandemic!:_COVID-19_Shakes_the_World

https://www.wiley.com/en-us/Pandemic%21%3A+COVID+19+Shakes+the+World-p-9781509546107

(Huma di Lembah Serayu, 17 Juli 2020)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap pak

18 Jul
Balas

Terima kasih

20 Jul

Keren pak. Tulis yang ispiratif.sdh aku follow ya pak

18 Jul
Balas

Makasih, berarti di follback ya

18 Jul



search

New Post