Eko Yulianingsih

Eko Yulianingsih ibu dari 4 orang anak. Selain sebagai ibu dan istri dia juga aktif mengajar di SMAN 1 Gapura dan di Universitas Terbuka UPBJJ Surabaya....

Selengkapnya
Navigasi Web
KECAKAPAN ABAD 21 DALAM PEMBELAJARAN

KECAKAPAN ABAD 21 DALAM PEMBELAJARAN

Pendidikan pada abad ke 21 menjadi semakin penting untuk menjamin peserta didik memiliki keterampilan belajar dan berinovasi, keterampilan menggunakan teknologi dan media informasi, serta dapat bekerja, dan bertahan dengan menggunakan kecakapan hidup (life skills). Kecapakan hidup (life skill) ini dikenal dengan kecakapan abad 21. Berbagai organisasi mencoba merumuskan berbagai macam kompetensi dan kecakapan yang diperlukan dalam menghadapi abad ke-21. Namun, satu hal penting yang perlu diperhatikan adalah bahwa mendidik generasi muda di abad ke-21 tidak bisa hanya dilakukan melalui satu pendekatan saja.

Beberapa organisasi tersebut dan hasil pengembangannya disampaikan sekilas sebagai berikut. Wagner (2010) dan Change Leadership Group dari Universitas Harvard mengidentifikasi kompetensi dan kecakapan bertahan hidup yang diperlukan oleh siswa dalam menghadapi kehidupan, dunia kerja, dan kewarganegaraan di abad ke-21 ditekankan pada tujuh (7) kecakapan berikut: (1) kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah, (2) kolaborasi dan kepemimpinan, (3) ketangkasan dan kemampuan beradaptasi, (4) inisiatif dan berjiwa entrepeneur, (5) mampu ber-komunikasi efektif baik secara oral maupun tertulis, (6) mampu mengakses dan menganalisis informasi, dan (7) memiliki rasa ingin tahu dan imajinasi.

US-based Apollo Education Group mengidentifikasi sepuluh (10) kecakapan yang diperlukan oleh siswa untuk bekerja di abad ke-21, yaitu keterampilan berpikir kritis, komunikasi, kepemimpinan, kolaborasi, kemampuan beradaptasi, produktifitas dan akuntabilitas, inovasi, kewarganegaraan global, kemampuan dan jiwa entrepreneurship, serta kemampuan untuk mengakses, menganalisis, dan mensintesis informasi (Barry, 2012). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh OECD didapatkan deskripsi tiga (3) dimensi belajar pada abad ke-21 yaitu informasi, komunikasi, dan etika dan pengaruh sosial (Ananiadou & Claro, 2009). Kreativitas juga merupakan salah satu komponen penting agar dapat sukses menghadapi dunia yang kompleks (IBM, 2010).

US-based Partnership for 21st Century Skills (P21), mengidentifikasi kompetensi yang diperlukan di abad ke-21 yaitu “The 4Cs”- communication, collaboration, critical thinking, dan creativity. Kecakapan abad 21 menurut Widayat ( 2018) terintegrasi dalam kecakapan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta penguasaan TIK dapat dikembangkan melalui: (1) Kecakapan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah (Critical Thinking and Problem Solving Skill; (2) Kecakapan Ber-komunikasi (Communication Skills); (3) Kecakapan Kreatifitas dan Inovasi (Creativity and Innovation); dan (4) Kecakapan Kolaborasi (Collaboration). Keempat kecakapan tersebut telah dikemas dalam proses pembelajaran Kurikulum 2013.

Kecakapan abad 21 dalam Kurikulum 2013 diintegrasikan dengan penguatan pendidikan karakter dan literasi asar. Penguatan pendidikan karakter diantaranya iman dan takwa, cinta tanah air, rasa ingin tahu, inisiatif, gigih, kemampuan beradaptasi, kepemimpinan, kesadaran sosial, dan budaya. Melalui penguatan pendidikan karakter ini diharapkan mampu membekali peserta didik bagaimana menghadapi lingkungan yang terus berubah.

Literasi dasar juga membekali siswa bagaimana menerapkan keterampilan abad 21 dalam kehidupan sehari-hari. Literasi dasar ini meliputi literasi bahasa dan sastra, literasi sains, literasi numerasi, literasi digital, literasi finansial, serta literasi budaya dan kewarganegaraan.Melalui literasi dasar inilah kecakapan abad 21 dikembangkan oleh peserta didik dalam pembelajaran.

Pembelajaran abad 21 memperhatikan empat pilar pendidikan abad 21. Empat pilar dalam pembelajaran abad 21 yaitu sebagai berikut.

1. belajar untuk mengetahui (learning to know)

Aktifitas belajar merupakan kegiatan untuk mencari dan mengetahui sesuatu bermanfaat bagi individu. Berarti belajar itu mencakup seluruh aktivitas dalam rangka mencari dan menggali ilmu pengetahuan guna memperluas wawasan pemikiran. Pilar ini bertolak pada pemberdayaan aspek intelektual (kognitif).

2. belajar melakukan (learning to do)

Untuk dapat mengerjakan sesuatu dengan baik, orang harus memiliki keterampilan dan kecakapan dalam hidup. Ilmu pengetahuan tidak selalu bersifat teoritis namun ada pula yang memerlukan keterampilan untuk menerapkannya. Kuncinya adalah orang selalu berusaha untuk berlatih melakukan sesuatu agar mahir dan terampil. Zubaidah (2016) menjelaskan bahwa agar mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi dalam masyarakat yang berkembang sangat cepat, maka individu perlu belajar berkarya. Siswa maupun orang dewasa sama-sama memerlukan pengetahuan akademik dan terapan, dapat menghubungkan pengetahuan dan keterampilan, kreatif dan adaptif, serta mampu mentrasformasikan semua aspek tersebut ke dalam keterampilan yang berharga.

3. belajar menjadi diri sendiri (learning to be)

Pilar ini mendorong manusia untuk belajar mengembangkan diri. Pendidikan yang dijalani harus mampu memperkukuh jati diri individu sebagai umat beragama, berbangsa dan bernegara. Dapat menumbuhkan karakter yang baik pada individu. Secara khusus, generasi muda harus mampu bekerja dan belajar bersama dengan beragam kelompok dalam berbagai jenis pekerjaan dan lingkungan sosial, dan mampu beradaptasi dengan perubahan zaman.

4. belajar untuk hidup bermasyarakat( learning to live together

Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lainnya. Prinsip kerja sama dan gotong royong menjadi satu aset berharga untuk mengembangkan diri menjadi pribadi yang mempunyai rasa sosial yang tingi. Disinilah pentingnya pendidikan berwawasan sosial dan lingkungan.

Kecapakan abad 21 dalam Kurikulum 2013 juga dapat dikembangkan melalui berbagai model kegiatan pembelajaran berbasis pada aktivitas yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan materi pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk mewujudkan hal tersebut melalui penerapan pendekatan saintifik (5M), pembelajaran berbasis masalah, penyelesaian masalah, dan pembelajaran berbasis projek. Pembelajaran pun perlu dilaksanakan secara kontekstual dengan menggunakan model, strategi, metode, dan teknik sesuai dengan karakteristik Kompetensi Dasar (KD) agar tujuan pembelajaran tercapai.

Ada beberapa perubahan paradikma belajar abad 21. Perubahan paradikma belajar abad 21 ini adalah pembelajaran diarahkan untuk mendorong peserta didik mencari tahu dari berbagai sumber bukan diberi tahu, pembelajaran diarahkan untuk meruimuskan masalah atau menanya bukan hanya menyelesaikan masalah atau menjawab, pembelajaran diarahkan untuk melatih berpikir analitis (pengambilan keputusan) bukan berpikir mekanistis (rutin), dan pembelajaran menekankan pentingnya kerja sama dan kolaborasi dalam menyelesaikan masalah. Oeh karena itu guru harus pintar-pintar memilih model pembelajaran yang sesuai dengan paradikma belajar abad 21.

Adapun konsekuensi pembelajaran abad 21 yang sesuai dengan paradikma belajar abad 21 yaitu pembelajaran berpusat pada peserta didik (instructions sould be student centered), education sould be colaborative, pembelajaran kontekstual dan bermakna (learning sould have context), sekolah diintegrasikan dengan masyarakat (school sould be integrated with society). Zubaidah (2016) mengatakan bahwa peran guru dalam melaksanakan pembelajaran abad ke-21 sangat penting dalam mewujudkan masa depan anak bangsa yang lebih baik.

Setiap orang memiliki berbagai cara untuk memperoleh keahlian, oleh karena itu sebaiknya pembelajaran diarahkan untuk mengakomodasi beragam gaya dan cara belajar siswa. Pembelajaran abad ke-21 memerlukan pembelajaran yang lebih personal untuk mendukung kreativitas. Menurut Redecker et al. (2011), personalisasi memiliki implikasi tentang apa, bagaimana dan di mana guru mengajar. Personalisasi dapat terjadi melalui kolaborasi. Kolaborasi memungkinkan proses berbagi inovasi terjadi lebih cepat dan informasi tentang bakat serta kemajuan siswa lebih segera diketahui. Guru untuk abad ke-21 diharapkan dapat menumbuhkan rasa ingn tahu dan menginspirasi siswa untuk mengeksplorasi berbagai aplikasi untuk pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka pelajari.

Desain pembelajaran akan memainkan peran sentral dalam keberhasilan pembelajaran abad ke-21. Kreativitas dan kemampuan guru untuk merancang kegiatan belajar yang menarik sangat penting dalam hal ini. McLoughlin dan Lee (2008) menyatakan bahwa praktek pembelajaran yang efektif dan inovatif akan berbeda sesuai dengan mata pelajaran, namun tekanannya pada hal-hal yang tidak jauh berbeda yaitu: kompetensi digital yang berfokus pada kreativitas dan kinerja individu; strategi untuk meta-learning, termasuk pembelajaran yang dirancang; model penalaran induktif dan kreatif, dan pemecahan masalah; penyusunan konten pembelajaran dan pembentukan pengetahuan secara kolaboratif; pembelajaran horizontal (peer-to-peer), dan hal lainnya.

Pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang ideal untuk memenuhi tujuan pendidikan abad ke-21, karena melibatkan prinsip 4C yaitu critical thinking, communication, collaboration dan creativity (berpikir kritis, komunikasi, kolaborasi dan kreativitas). Hasil penelitian tentang pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran berbasis masalah menunjukkan bahwa pembelajaran tersebut memberikan keuntungan bagi siswa untuk belajar secara faktual dibandingkan pembelajaran di kelas yang lebih tradisional. Trilling dan Fadel (2009) menjelaskan bahwa pembelajaran dengan model tersebut dalam waktu yang cukup lama, menunjukkan hasil belajar dan berbagai keterampilan abad ke-21 dari siswa secara signifikan berbeda dengan kelas yang menggunakan metode tradisional.

Namun demikian, agar pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran berbasis masalah dapat berjalan dengan baik, guru harus merancang rencana kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, dan tentu saja disesuaikan dengan kurikulum. Mungkin tidak mudah menerapkan kedua model pembelajaran tersebut dengan standar alokasi waktu perjam 45 – 50 menit seperti lazimnya, namun hal itu dapat diupayakan dengan alternatif penjadwalan kegiatan belajar yang direncanakan dengan sebaik-baiknya. Woods (2014) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran berbasis masalah pada akhirnya memerlukan perubahan dalam peran guru dari menjadi 'sumber pengetahuan' menjadi pelatih dan fasilitator untuk memperoleh pengetahuan. Bagi sebagian guru, mungkin menimbulkan ketidaknyamanan dengan adanya pergeseran dari pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ananiadou, K. and Claro, M. 2009. 21st Century Skills and Competences for New Millennium Learners in OECD Countries. OECD Education Working Papers, No. 41. Paris, OECD Publishing.

Barry, M. 2012. What skills will you need to succeed in the future? Phoenix Forward (online). Tempe, AZ, University of Phoenix.

Trilling, B. and Fadel, C. 2009. 21st Century Skills: Learning for Life in Our Times. San Francisco, Calif., Jossey-Bass/John Wiley & Sons, Inc.

Widayat, Wahyu. 2018. Implementasi Pengembangan Kecakapan Abad 21 dalam Fitur Kelas Maya Portal Rumah Belajar. http://pena. belajar. kemdikbud. go. id/2018/09/ implementasi-pengembangan-kecakapan-abad-21-melalui-fitur-kelas-maya-portal-rumah-belajar.

Wagner, T. 2010. Overcoming The Global Achievement Gap (online). Cambridge, Mass., Harvard University.

Zubaidah, Siti. 2016. Keterampilan Abad 21: Keterampilan yang Diajarkan dalam Pembelajaran. Disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan dengan tema “Isu-isu Strategis Pembelajaran MIPA Abad 21, tanggal 10 Desember 2016 di Program Studi Pendidikan Biologi STKIP Persada Khatulistiwa Sintang – Kalimantan Barat.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen...Literat sejati...Salam sukses, Bu...

07 Nov
Balas



search

New Post