Part 1

Ulang tahun (ultah) bisa bermakna hari lahir atau hari ketika suatu peristiwa penting terjadi, seperti perayaan Kemerdekaan RI. Istilah ulang tahun memang tidak ada dalam keyakinanku, namun aku juga pernah membaca hadits bahwa Nabi Muhammad Rosululoh Saw. sering berpuasa pada hari lahirnya, yang bertepatan dengan hari diutus/diturunkannya wahyu.

Menandai hari kelahiran seseorang dihitung sejak dimulainya kehidupan di luar rahim. Sudah menjadi kebiasaan untuk memperlakukan seseorang secara istimewa pada hari ulangtahunnya. Begitu juga yang terjadi padaku saat ini, terbawa hanyut kebiasaan hampir semua masyarakat di lingkunganku berada.

Dini hari aku dibangunkan dengan doa tulus dari imamku. Selanjutnya solat shubuh dan rutinitas seperti biasa tak ada yang istimewa. Pagi-pagi sekali anak perempuanku sudah membuat kue black oreo kukus, terakhir dilumuri krim dan ditaburi keju parut. Menjelang sarapan, aku dipanggil anak perempuanku dan diminta memotong kuenya yang masih panas. Menggoda selera tampilannya sehingga aku pun tertantang untuk segera menikmatinya.

Ternyata sejak aku keluar kamar dan melakukan aktivitas memotong kue tersebut tak luput dari kamera HPnya anakku juga. Sambil tentu saja ucapan selamat ulang tahun dan nyanyiannya bertaburan di ruang makan. Aku bahagia walau sederhana diperhatikan seperti ini. Ucapan doa-doa berbagai kebaikan pun bermunculan. Ada satu tas cantik, yang pernah kuungkapkan di grup keluarga sebulan lalu ingin kupesan, namun gagal entah karena apa. Tak disangka anakku menyimpan keinginanku itu dan memberikannya di hari spesial.

Semuanya tak lebih dari membahagiakannku ketika kado terindah datang dari kedua anakku. Kado pertama nilai kuliah anak lelakiku semester ini A semua, sehingga IPKnya mendapatkan 4 sempurna. Kemudian kado terindah lainnya di hari ultah ini adalah kepastian sidang skripsi anak perempuanku yang kunanti selama 4 tahun ini akan segera tiba.

Terima kasih atas kebesaran-Mu yang Maha Pengasih pemberi kasih, Maha Penyayang tak pandang sayang. Anugerah-Mu tiada terkira. Aku sungguh malu bersujud di hadapan-Mu, sangat tak terhitung nikmat yang kau berikan. Namun ketaatanku pada-Mu sungguh membuatku menangis, saat introsfeksi dini hari aku miris dengan keimananku sendiri. Maafkan aku ya Allah, selalu bimbinglah kami kejalan-Mu, jalan yang kau ridhai dan kau beri nikmat kepada kaum sebelum kami, bukan jalannya orang yang sesat, namun jalannya orang-orang yang beriman dan taat. Aamiin Yra.

#TantanganGurusiana_hari ke-50

Oleh. Ela Komala