tantangan menulis hari 26

#TantanganGurusiana

Geladi Bersih

Episode 6

Kesalahan yang diperbuat para Ksatria , memaksa gerombolan Srikandi menahan rasa kesal di dada. Dua seri push up harus dilakukan ditengah cuaca yang masih remang-remang.

Setelah melakukan push up dua seri, tubuh para Ca-ang teraliri hawa panas keseluruh tubuh mereka. Push up dua seri mampu mengusir rasa dingin yang menyelimuti mereka. Namun rasa kesal masih mengungkung perasaan.

“Komeng, apa yang akan kamu lakukan tolong dipikirkan sebelum bertindak. Hari masih pagi sudah kena hukuman.” Fitri langsung melabrak Komeng setelah mereka melakukan push up dua seri.

“Aku tak sengaja , Fit. Aku kebelet. Makanya aku langsung pergi tanpa sempat meminta izin panitia terlebih dahulu. Cuaca juga masih gelap, maka aku ajak Yose dan Aden untuk menemani.” Komeng berusaha membela diri dengan mendengkus kesal. Wajahnya memerah. Ia palingkan wajahnya dari sergapan tatapan Fitri.

Yanti menatap Komeng dan Fitri bergantian. “Sudah berdebatnya, nanti kena hukuman lagi.” sahut Yanti pelan. Ia tak ingin gara-gara persoalan kecil akhirnya disidang oleh team panitia.

Bang Em masih berdiri dihadapan para tiga Ksatria dan enam Srikandi. Tatapannya masih kaku. Senyumnya jarang terlihat. Ia edarkan pandangannya, memperhatikan satu-persatu wajah-wajah lelah. Ada perasaan iba kala ia menatap wajah Komeng dan kawna-kawannya. Namun karena ini adalah pelatihan, maka ia kesampingkan sejenak rasa empatinya. Pendidikan dan latihan Dasar bertujuan untuk menempa fisik seseorang, agar nanti jika ia sudah sah menjadi anggota Mapala maka fisik mereka telah siap dengan segala kondisi.

“Tuan-tuan semua. Sebentar lagi pagi datang seiring terbitnya cahaya pagi. Tidak ada lagi waktu untuk bermain-main di cadas ini. Kita akan melanjutkan perjalanan menuju telaga. Di sana beberapa senior telah menunggu kedatangan tuan-tuan.”

Selesai mendengar instruksi, Eel mulai menapaki cadas. Dia menginjak bebatuan yang berwarna kuning kecoklatan dengan hati-hati. Eel menikmati pemandanga sembari melangkah. Dia mengedarkan pandangannya keseluruh cadas yang hanya memiliki sedikit tumbuhan yang Rumput liar. Pohon alpine merupakan tanaman khas cadas gunung singgalang, dan hanya sedikit bunga edelwaeis tumbuh di selah-selah cadas.

Langkah terus terayun. Tanjakan demi tanjakan dilalui dengan deru napas yang tersengal. Hingga memasuki hutan kecil menuju telaga. Setengah jam melangkah, sebuah telaga berwarna bening menyambut mereka. Telaga Dewi yang lumayan luas, dan dikelilingi pepohonan rindang.

Padang Beloved City, 26 Januari 20222