Tantanga menulis hari ke 18

#TantanganGurusiana

Penyeberangan Basah

Episode 5

Selesai berkemas, para Caang (calon nggota) MP mulai melangkah mendekati bibir muara. mereka mulai mempersiapkan diri untuk menyeberang.

Penyeberangan pertama dilakukan oleh Elya si gadis pendiam, dan disusul Menik, si gadis cantik bermata sipit. Keduanya tidak ada menemui kesulitan ketika menyeberang. Dibantu tali serta abang-abang senior yang juga mendampingi, Elya dan Menik bisa menyeberangi muara. Seakan arus deras adalah hal biasa baginya. Malah mereka sempat bermain-main dengan tali yang dipegangnya, saking mereka menikmati penyeberangan basah ini.

Berikutnya Komeng , Yanti, Yessi , Yose dan Aden, juga seperti tidak ada masalah. Medan yang sulit dengan mudah bisa ia tembus dengan santai. Muara yang begitu besar mampu diseberangi dengan mudah.

Namun berbeda dengan Eel dan Fitri. Eel tidak pandai berenang, Fitri juga. Pada awalnya Fitri yang akan menyeberang. Namun ia agak gentar, sehingga Eel disuruh maju duluan. Malas-malasan Eel meraih tali untuk mulai menyeberang. Ujung kaki Eel mulai basah. Selangkah, dua langkah, hingga langkah kaki ke empat, air sudah sepinggang Eel. Wajah Eel mulai cemas.

“Pegang talinya yang kuat, tuan!” dari seberang Bang Roni berteriak kencang.

Eel tergagap mendengar teriakan bang Rony. Nyalinya ciut. Namun ia berusaha untuk tidak hanyut. Cukup penyeberangan muara yang pertama ia merasa kesulitan menyeberangi muara, dan tidak untuk yang kedua kalinya. Eel membangkitkan semangat untuk dirinya.

Ia memperhatikan kesekelilingnya. Semua pasang mata sedang tertuju padanya. Merasa tidak nyaman ditatap oleh semua orang, Eel kembali mengayunkan kakinya. Ia mulai mengapungkan tubuhnya dengan berpegangan pada tali. Kakinya seakan sulit diayun karena arus bawah air terlalu deras. Eel tetap berusaha melawan arus air. Ia terus berenang dengan mengayunkan kedua kakinya. Ternyata Eel bisa menyeberang tanpa bantuan abang-abang senior. Eel merasa senang karena ia telah berhasil mencapai bibir muara. Senyum Eel terukir manakala ia telah berada di dekat teman-temanya yang telah lebih dulu menyeberang.

“Ayo, tuan Fitri. Silahkan menyeberang,” teriak bang Em.

“Aku tak bisa berenang, bang. Teriak Fitri tak kalah kerasnya. Ia berbicara keras karena berpacu dengan suara deru ombak yang menghempas pantai.

“Dicoba saja dulu. Jika menemui kesulitan, kami siap membantu," teriak bang Deva.

“Siap, bang.” Dengan terpaksa Fitri mulai melangkah ke bibir muara. Tangannya menjangkau tali, dan Fitri mulai melangkah. Fitri mengayunkan kakinya sembari berpegangan tali. Tubuhnya mulai mengapung. “Ayo jangan diam. Nanti hanyut” bang Dodi menyahuti Fitri dari ujung muara yang agak dangkal.

“Kakiku kram, bang!" teriak Fitri dengan wajah cemas. Baru saja selesai mengatakan kakinya kram, tetiba tangan Fitri terlepas dari tali. Fitri kelabakan. Di saat situasi genting, bang Jhon Gultom yang berada tak jauh dari Fitri segera berenang mengejar Fitri yang mulai hanyut terbawa arus. Bang Jhon berenang dengan cepat, hingga bisa meraih tangan Fitri (Bersambung)

Padang Beloved City, 18 Januari 2022