Eldawati, S.Pd

Nama kecilku Elda, tempat pengabdianku di SMP Negeri 24 Padang. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Setangkai Bunga  Edelweis di Lembah Cadas

Setangkai Bunga Edelweis di Lembah Cadas

Tantangan menulis hari ke 29

#TantanganGurusiana

Setangkai Bunga Edelweis di Lembah Cadas

Episode 6

Aline terkesiap mendengar sebuah suara memanggil namanya. Tetiba darah Aline seperti berhenti mengalir. Debar jantungnya berpacu sangat kencang. Tubuh Aline berkeringat dingin. Ia hapal betul pemilik suara itu. Suara yang telah menghilang sekian tahun yang lalu, namun gemanya masih terasa di jantung Aline hingga kini.

Ujung mata Aline menangkap wajah Jefri yang sedang melangkah mendekatinya. Kemudian Aline memasang wajah acuh. Ia berpura-pura tak mengenal siapa yang memanggilnya. Tatapan matanya lurus tertuju pada langit-langit runangan rawat inap. Ia tak ingin memandang wajah Jefri.

Aline terus berusaha menyurukkan debar-debar di dadanya dengan berpura-pura diam. Ia memasang wajah tanpa ekspresi sembari menenangkan perasaannya. Ia tak menginginkan Jefri hadir dihadapannya. Rasa sakit melihat pemandangan malam kemarin masih menyisakan luka.

“Aline.., aku yakin kamu pasti tidak lupa denganku. Tapi maafkan aku yang tak mengenalmu lagi semenjak kejadian itu. Aku minta maaf, bukan aku sengaja berbuat seperti itu, tapi keadaan yang memaksa aku untuk tidak mampu mengenal siapa dirimu lagi.

Jefri melangkah pelan ke sisi ranjang Aline. Bunga yang ada ditangannya, ia taruh bunga di atas nakas. Lalu tatapannya berpindah pada aline yang masih diam mematung.

“Kemarin tanpa sengaja aku bertemua ayah di sini. Ayah telah menceritakan semuanya tentang dirimu. Jadi jangan sembunyikan lagi siapa dirimu. Aku sudah lelah menunggu. Bertahun-tahun aku mencarimu. Bertahun itu pula aku selalu menjaga kesetiaan, hingga detik ini kita dipertemukan kembali.” Jefri menatap sepenuh hatinya pada perempuan yang sedang tergolek lemah dihadapannya. Perempuan yang telah mampu mengunci perasaannya pada wanita lain.

Jefri meraih tangan Aline yang dingin dan berpeluh. Ia bawanya tangan itu ke pipinya. Rasa rindu yang ia simpan selama ini seakan terurai. Penantiannya telah usai. Ia telah menemukan kembali cintanya yang sempat hilang.

Merasakan hangatnya genggaman tangan Jefri, dari sudut mata air bening menetes ke pipi Aline yang putih. Isak yang tertahan kini pecah. Ia menangis sesunggukkan. Suasana di ruangan itu tetiba hening. Hanya isak Aline yang terdengar.

“Maafkan aku, Jef. Aku bukan Aline yang dulu. Aline yang pernah engkau cintai. Kini aku penuh dengan kepalsuan. Hanya karena kecelakaan itu, semua berubah. Dihadapanmu kini adalah seorang perempuan memiliki wajah palsu.”

Alin terisak setelah ia mengakui siapa dirinya. Napasnya turun naik menahan sedak. Tubuhnya terguncang karena melepaskan tangis yang tertahan sedari tadi. Rasa malu bercokol di dalam pikirannya semakin menjadi-jadi. Selama ini ia mampu menyimpan identitas dirinya. Namun kini semua telah terungkap. Jefri telah mengetahui siapa dirinya, di saat ia belum siap.

Jefri menarik napas panjang, tangannya masih memegang jari lentik Aline. “Aline, dari dulu aku tetap menganggapmu setangkai Edelweis yang cantik. Edelweiss yang hanya orang tertentu mampu mendekatinya, karena bunga itu terlalu sulit untuk digapai. Kini edelweiss itu telah berada didekatku. Maka aku tak akan melepasnya lagi. Akan aku rawat edelweiss itu, agar bunganya tetap mekar sepanjang waktu.

“Engkau akan malu melihat wajahku, Jef. Ini wajah palsuku..”

“Tidak. Aku tidak akan malu. Rasa cinta telah menghilangkan semuanya,” pungkas Jefri cepat.

Ia tak ingin mendengar lagi Aline yang bertutur putus asa. Ia ingin Aline memiliki semangat untuk percaya diri.

“Aku akan selalu hadir membantumu untuk bangkit dari rasa tidak percaya diri. Percayalah, seiring dengan waktu, rasa percaya dirimu akan bangkit. Aku akan selalu ada untukmu membantu mengembalikannya.

“Tapi bagaimana dengan Mayang?”tetiba Aline ingat Mayang. Sekelabat bayangan muncul dalam benaknya. Gara-gara melihat kemesraan Jefri dengan Mayang, sehingga kecelakaan ini terjadi.

“Mayang?” Kening Jefri berkerut. Ia tak mengerti arah pembicaraan Aline. (bersambung)

Padang beloved City, 29 Januari 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren menewen bunda. Alhamdulillah kumpulan patidusa sudah di meja tim MediaGuru Indonesia tinggal lay out dan ISBN lanjut proses cetak. Selamat menikmati kebersamaan dengan keluarga tercinta. Terima kasih telah setia mengunjungi sriyonospd.gurusiana.id untuk saling SKSS dan berbagi kebaikan.

30 Jan
Balas

Terima kasih juga supportnya, pak. Tetap semangat dalam berliterasi. Salam sehat selalu..

30 Jan



search

New Post