Eli Amalia

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

SPIRIT JUARA

Oleh: Eli Amalia, S.Pd.

Ini kisah yang saya alami sendiri. Hehe tentu tiap orang berbeda kisahnya. Kisah ini terjadi dan ditulis sebelum Corona menghadang. Kadang kangen juga dengan suasana ini.

Tentang seorang yang menjadi bintang karena cercaan, makian, hinaan. Jarang sekali mendapat pujian. Tapi tak dinyana justru itu menempanya tidak hanya menjadi besi yang tahan bantingan tapi intan berlian yang berkilauan.

Kisah tentang murid saya yang suka sekali olahraga.

Selama hampir dua tahun ini saya diberi amanah sebagai koordinator ekskur futsal dan basket (baik putra atau putri). Di sekolah kami, karena kelas terpisah antara putra dan putri maka ekskurnya juga. Nah kalo futsal hanya putra.

Bayangkan saya seorang guru bahasa, yang lebih betah baca dipaksa turun ke lapangan. Cuma jadi koordinator sih hehe, yaa ngatur kehadiran pelatih dan siswa, dsb. Kalau ada turnamen otomatis ikut mendampingi karena mewakili sekolah bahkan di hari libur sekalipun #pengorbanan eaa. Kalo turnamen futsal, saya berasa paling cantik di antara murid-murid. Hihi la wong mereka mah ganteng mosok ikutan cantik. Para guru yang mendampingi dari sekolah lainpun rata-rata lelaki. Berasa perawan di sarang penyamun. #hihi gak deh. Kan para panitia ada juga yang perempuan.

Saya ga terlalu suka dengan permainan olahraga karena pernah kegebog. Lumayan sakitnya daripada lu manyun. Lari, senam masih mau lah.

Lah kok pas jadi guru, malah dicemplungin ke bidang itu. Bidang yang paling saya hindarin. Hadeuh. Kan harus menguasai istilah-istilah sport. Belajar lagi. Bikin pala pusing 2 atau 3 keliling. Ga mau 7 keliling ah, itu sih beneran puyeng.

Peserta basket putri di awal tahun ajaran ada sekitar 75 anak, makin kesini tinggal 70. Lima minta pindah ekskur karena capek dan katanya suka dimarahin. Kondisi futsal sama, walaupun anggotanya tidak sebanyak basket putri.

Kalo telat datang dihukum, tidak taat instruksi push up, ga tanggung-tanggung seratus kali. Belum lagi diteriakin, diomelin.

Saya lebih kaget ketika mendampingi siswa untuk turnamen, baik itu futsal atau basket. Sang pelatih atau coach keluar taring seratus kali lipat, kata kasar tuh biasa keluar, segala goblok, bodoh jadi cacian Sang Coach kepada murid-murid yang notabene masih SMP.

Murid kelas 7 yang baru pertama kali dengar mungkin kaget, dan akhirnya menyerah pindah ekskur atau malas latihan. Tapi lebih banyak yang bertahan. Yang paling bertahan dan mengikuti instruksi selama latihan, dialah Sang Bintang. Bintang Lapangan Futsal atau Basket.

Ketua tim Futsal dan Basket, yaa itu orang yang paling banyak dikasih cercaan dan makian. Tapi auranya sungguh luar biasa ketika di lapangan. Menghipnotis semua penonton untuk tak lepas dari pandangan. Kepiawaiannya mengolah bola tendang, kelihaiannya mendrible bola basket, kecepatan memutuskan sesuatu di lapangan, seolah ingin menunjukkan Akulah Sang Bintang.

Dialah juga yang paling mudah disuruh sholat ketika turnamen atau latihan, sementara teman-temannya pake nembak segala. #tar bu. Nantangin bocah yak. Pelototin dikit, buku presensi digulung kek pentungan hansip (kusut kusut dah buku presensi ekskur), tak lupa telap pinggang, langsung ngacir tuh bocah-bocah ke tempat wudhu. Kudu ada gimick emang kalo berurusan ama Abege.

Saya sempet mikir, kok anak-anak gak tersinggung sih dihina dina oleh Coachnya, dicaci maki sampai dikuliti. Atau kalau yang putri kok gak nangis bombay setelah diomelin, dikasarin. Jangan-jangan udah abis tuh persediaan air di mata mereka.

Eehh sekalinya ada yang nangis, saya dipeluknya (catet anak putri ya) hihi. Itupun gegara mereka tidak bisa menjadi Juara 1. Bahkan sampe minta maaf segala.

Saya bilang takdir kemenangan dan kekalahan itu sudah tersurat di Lauhul Mahfudz, ibu liat kamu hebat kok pas tanding. Beneran suer deh tekewer-kewer hehe gak dusta saya. Saya melihat sendiri proses mereka, kerja keras, bahkan minta tambahan latihan. Posisi kami selalu menyerang, tapi kok yo ngono gitu loh. Itu si bola yang ngegemesin ga mau masuk ke ring lawan.

Alhamdulillah kalau futsal dari tahun ke tahun selalu juara Umum bahkan untuk Liga Pelajar Bekasi, salah satu kejuaraan bergengsi. Namun di tahun ini pesona Cleopatra mulai luntur #ehhh. Pesona futsal mulai pudar. Tahun ajaran ini kami kalah, tapi saya gak dipeluk murid putra loh #eehh. Baik tim basket atau futsal tidak ada yang juara. Mereka lagi-lagi hanya minta maaf ke saya. Merasa bersalah, tidak membawa pulang tropi kemenangan. Tapi bagi saya, spirit mereka tetaplah JUARA.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kerenbunda ceritanya

07 Sep
Balas

Siip ulasannya salam literasi dulu ya bunda

06 Sep
Balas



search

New Post