Eliana Safitri lubis

Assalamualaikum wr.wb. Salam kenal sebelumnya dengan sahabat-sahabat guru se-Indonesia. Saya Eliana Safitri Lubis, S.Pd. Lahir di Medan. Menamatkan kuliah tahun...

Selengkapnya
Navigasi Web
Biarkan Aku Jatuh Cinta (1)

Biarkan Aku Jatuh Cinta (1)

"Engkau masih anak sekolah satu SMA belum pantas untuk begini begitu" mirip cuplikan lagu Chrisye kesukaan Bapak, pikirku geli disela-sela kemarahan guru BP. Namun, aku hanya tertunduk. Diam saja. Sembari menutupi perasaan geliku. Toh tak ada gunanya melawan. Tetap saja aku terdakwa. "Kau akan segera diproses karena ini sudah sekian kalinya. Kau tahu Nisa dilarang bermedsosan ketika pembelajaran berlangsung. Apalagi pacaran. Hari ini bapak akan membuat surat panggilan untuk orang tuamu. Saya berharap besok kami akan membicarakan ini semua."

Aku terperanjat jangan sampai Bapak tahu ini semua. Aku tidak takut Bapak marah. Bapak adalah orang yang tak banyak bicara. Apalagi marah. Seumur hidup baru dua kali aku melihat Bapak marah. Pertama gara-gara adik bungsuku bermain api di belakang rumah yang mengakibatkan rumah kami hampir kebakaran. Bapak memang marah besar. Wajahnya merah padam. Sorot matanya tajam menatap adikku. Aku juga ingat sekali saat itu Bapak memukul kaki adik dengan sapu lidi. Kemarahan Bapak yang kedua adalah ketika aku dan teman-temanku pergi kongkow dan kami lupa waktu. Aku sampai di rumah hampir pukul 22.30. Bapak marah besar. Katanya ia sangat khawatir sesuatu hal terjadi padaku. Apalagi HP tak bisa dihubungi karena lowbat. Aku juga tak hapal no di rumah. Lengkaplah sudah....aku kena marah. Lagi-lagi sapu lidi Bapak mendarat di kakiku. Terkejut sekali itulah pukulan Bapak yang kukenang dan kusesali. Air mataku tak berhenti hingga dua malam. Ibu hanya bisa menghiburku dan mengatakan aku lah yang salah dan harus bertanggung jawab. Hukuman yang kuterima memang karena kelalaianku.

Aku berusaha bernegosiasi dengan Pak Ihsan. "Pak saya mohon jangan sampai Bapak saya tahu. Saya yakin Bapak tak marah. Lagian ini sesuatu hal yang alamiah bagi remaja Pak. Saya hanya tak ingin Bapak kepikiran saja". Pak Ihsan melirikku. "Apa alasanmu mengatakan bahwa Bapak kamu tidak marah, Nisa? tanya nya penuh selidik. "Ya, karena Bapak pernah menanyakan pada saya jika saya punya pacar bawa saja ke rumah jangan ketemuan di luaran." Lantas apa kamu pernah membawa pacarmu itu ke rumah kamu?" tanya Pak Ihsan. "Tidak, Pak. Saya malu. Loh kenapa kamu harus malu. Karena Bapak saya pasti kenal dengan pacar saya, Pak! Ya, justru itu makin baguskan? Aduh Bapak gak ngerti perasaan saya Pak. Perasaan kamu apa? Ayo jelaskan. Pacar saya...pacar saya.... Pacar kamu apa, Nisa? Seketika lidahku kaku. Hey, Nisa katakan ada apa dengan pacarmu? Pacar saya adalah .... Hmmm.... Hmmm adalah guru saya, Pak.

Bersambung....

*Edisi belajar membuat cerpen.....

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

uhuk uhuk, ada siswa yang naksir gurunya Lanjut Bu

11 Apr
Balas

Insyaallah bunda....Trimksh supportnya..

12 Apr

Inget masih single menjadi guru SMA banyak fans anak gadis SMA yang minta dijadikan pacar he..he...

11 Apr
Balas

Gitu ya pak...Cerpen ini jga berangkat dari kisah nyata....

12 Apr



search

New Post