Eli Latipah

Lulus diploma dua dari PGSD IKIP Bandung (UPI) dan S1 dari Pendidikan Matematika STKIP Garut. Mengajar di SDN 2 Cintanagara Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut, J...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

Sintesis Berbagai Materi

Ki Hajar Dewantara telah menjadi pelopor pendidikan yang banyak menyumbangkan ide dan pemikirannya dalam dunia pendidikan. Konsep pemikiran yang diperjuangkan sejak zaman kolonial memberikan kontribusi besar dalam sejarah untuk membebaskan bangsa Indonesia dari segala keterbatasan. Perjuangannya dalam dunia pendidikan diharapkan dapat membantu rakyat Indonesia terbebas dari ikatan penjajah yang membelenggu segala kebebasan dan membuat bangsa Indonesia berada di dalam keterpurukan.

Perjuangannya untuk membebaskan bangsa Indonesia ditempuh melalui konsep kemerdekaan dalam belajar yang diharapkan dapat mencapai kebahagiaan setinggi-tingginya baik lahir maupun batin. Pendidikan dijadikan sebagai media untuk memuliakan bangsa Indonesia dan memiliki derajat yang sama di mata dunia, sehingga tidak lagi tertindas oleh bangsa lain yang memiliki kecerdasan tinggi tetapi sangat tidak beradab. Sehingga mereka berpikir dan berperilaku semena-mena tanpa memikirkan kebebasan orang lain yang terbelenggu akibat kecerdasan akal tanpa dibarengi kecerdasan budi pekerti.

Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. Menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Untuk mencapai tujan pendidikan diperlukan proses perubahan dan pendewasaan. Di dalam proses perubahan itu diperlukan perencanaan yang matang agar pelaksanaan menuju pencapaian tujuan dapat berjalan dengan lancar. Ada empat hal utama dalam dunia pendidikan yang sangat menentukan maju mudurnya dunia pendidikan yaitu sekolah, pendidik, peserta didik, serta upaya dan tindakan untuk mencapai tujuan.

Dalam pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan, sekolah dijadikan sebagai wadah untuk tumbuh kembangnya benih-benih kebudayaan. Bagaimana upaya dan tindakan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan sangat perlu diperhatikan oleh seluruh stakeholder di dalamnya. Yang pertama apa yang ingin dicapai dalam penyelenggaraan sekolah tersebut, kemudian bagaimana perencanaan dan pelaksanaan pencapaian tujuan, serta apa upaya dan tindakan pencapaian tujuan tersebut.

Tujuan sekolah harus seiring sejalan dengan apa yang dicita-citakan oleh pendidikan di Indonesia. Sebagai rujukan sekolah kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang sekarang diberlakukan untuk mengatur jalannya pendidikan di Indonesia. Tujuan pendidikan di dalam kurikulum 2013 sejalan dengan tujuan pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, yaitu sama-sama mengarah kepada empat dimensi yaitu jasmani, akal, rohani, dan sosial. Sekolah harus menjabarkan dengan jelas apa yang menjadi tujuan yang meliputi keempat dimensi tadi. Bagaimana mewujudkan manusia yang merdeka secara lahir dan batin. Merdeka secara lahir berarti seluruh pihak terkait di sekolah diberi kebebasan seluas-luasnya untuk menuangkan ide, pemikiran, dan kreatifitasnya sehingga bisa mengembangkan karakter-karakter positif secara mandiri. Merdeka secara batin berarti mampu mengendalikan diri dan mandiri dengan tidak melanggar kemerdekaan orang-orang di sekitarnya.

Merdeka secara lahir dan batin akan menumbuhkan budaya-budaya positif yang terus berkembang menjadikan manusia tumbuh sesuai kodratnya dan tercapainya keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidikan yang berpihak pada anak akan menjadikan peserta didik mengaktualisasikan segala potensi dirinya secara bebas tanpa ada rasa takut dan cemas. Menyampaikan segala keluh kesahnya kepada pendidik sehingga mereka dapat menyelesaikan segala problematika dan mendapatkan solusi terbaik untuk kemajuan dirinya. Perhatian sekolah terhadap kualitas pembelajaran yang dilakukan peserta didik akan menjadikan timbulnya perubahan besar pada kemajuan peserta didik.

Penumbuhan budaya-budaya positif di sekolah tentu saja pendidik memiliki peran penting di dalamnya. Karena pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, jadi tugas pendidik hanyalah mendampingi, mengarahkan peserta didik untuk mengembangkan kekuatan yang ada dalam hidup batin dan hidup lahir mereka. Pendidik tidak bisa memaksakan tumbuh kembangnya kodrat yang ada pada anak karena itu di luar kemampuan kita sebagai pendidik. Ibarat petani pendidik hanya berkewajiban menuntun tumbuhnya padi, tetapi tidak bisa mengubah kudrat iradatnya padi tumbuh menjadi tanaman lain.

Peran pendidik menurut Ki Hajar Dewantara hanya sebagai fasilitator dan motivator dimana pendidik harus kreatif memberikan layanan terbaik dan menjadikan peserta didik sebagai mitra di dalam pembelajaran. Tidak hanya berperan sebagai guru, tetapi di sekolah pendidik berperan sebagai orang tua dan pemimpin agar mereka dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, gembira dan penuh semangat, tidak cemas, dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka. Hal ini sejalan dengan slogan Trilogi pendidikan yang dicetuskan Ki Hajar Dewantara yaitu tut wuri handayani artinya dari belakang memberikan dorongan, ing ngarsa sung tulada artinya di tengah menciptakan prakarsa dan ide, dan ing madya mangun karsa artinya di depan memberikan contoh teladan yang baik bagi peserta didik.

Trilogi pendidikan mengisyaratkan keterlibatan seluruh pelaku pendidikan yaitu pendidik dan peserta didik. Perlakuan pendidik terhadap peserta didik diharapkan dapat membangun komunikasi yang baik sehingga peserta didik merasa nyaman berada di lingkungan sekolah.

Kreativitas pendidik dalam mengemas pembelajaran menjadi kunci utama pencapaian tujuan pembelajaran. Strategi dan metode yang tepat dapat memperlancar pencapaian keberhasilan proses pembelajaran. Ki Hajar Dewantara mengenalkan metode pembelajaran sistem among artinya menjaga, membina, dan mendidik anak dengan kasih sayang. Pelaksana among disebut pamong yang tentu wawasan dan pengetahuannya lebih tinggi dari yang diamong. Dalam sistem among mengajar berarti mengasuh anak. Sistem among dapat didesain dengan metode permainan. Bermain merupakan salah satu aktifitas yang sangat disukai dan disenangi anak. Dengan bermain sambil belajar bermanfaat bagi peserta didik untuk menanamkan karakter positif serta terbiasa berinteraksi dengan kelompoknya.

Konsep merdeka belajar yang dicetuskan Mendikbud Nadiem Makarim terinspirasi dari pemikiran Ki Hajar Dewantara yang memeberikan keleluasaan kepada peserta didik untuk mengaktualisasaikan segala potensi dirinya baik lahir maupun batin. Kemerdekaan belajar diarahkan pada kemerdekaan yang berbudi pekerti, dimana nilai-nilai kultural Indonesia harus ditanamkan dalam pembelajaran. Merdeka belajar bukan berarti merdeka dalam arti bebas tanpa aturan tetapi merdeka dengan tuntunan budi pekerti sehingga pencurahana segala potensi diri siswa berakibat positif bagi diri, keluarga dan masyarakat bahkan bagi bangsa dan negara. Peserta didik diharapkan menjadi manusia yang cerdas dalam bersikap, menuangkan ide dan pemikiran setinggi-tingginya, peduli dengan lingkungan sekitarnya serta bermanfaat bagi masyarakat, bangasa, dan negara.

Profil pelajar Pancasila yang cetuskan Nadiem Makarim lahir dari peserta didik dengan kemerdekaan belajar. Berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kebinekaan global, bernalar kritis, dan kreatif akan terwujud ketika kualitas pembelajaran diperhatikan dengan baik secara holistik dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan tidak dapat diwujudkan oleh hanya sebgaian pelaku pendidikan tetapi pemerintah, masyarakat, sekolah, pendidik, dan peserta didik ikut andil di dalamnya. Apabila pemikiran Ki Hajar Dewantara dijadikan dasar acuan untuk penyelenggaraan pendidikan di setiap sekolah di Indonesia dan dilaksanakan dengan baik serta didukung oleh semua pelaku pendidikan, masyarakat, dan pemerintah maka bukan tidak mungkin jika Indonesia sejajar dengan negara-negara lainnya dan berkibar di dunia internasional.

Apa yang saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum saya mempelajari modul 1.1?

Setiap anak sejak dalam kandungan pasti memiliki kekhasan dan karakteristik tersendiri, tidak bisa disamakan antara satu dengan lainnya. Mereka memiliki pembawaan sifat dan karakter yang berbeda sehingga cara dan gaya mereka pun dalam belajar akan berbeda. Ada yang dengan membaca mereka segera paham dan bisa mengerti serta mengaktualisasikanya dalam perilaku, tetapi ada juga anak yang harus dengan cara visual mereka baru bisa dan mengerti nilai-nilai yang diajarkan oleh gurunya, sebagian anak harus belajar melalui permainan dengan rasa semangat dan gembira, dan sebagian anak lainnya mempunyai cara dan keunikan tersendiri untuk bisa mengerti dan paham akan nilai-nilai yang diajarkan baik oleh orang tuanya maupun oleh gurunya di sekolah. Perbedaan karakteristik ini saya sadari telah ada sebagai kodrat bawaan masing-masing yang harus disikapi dengan cara dan gaya yang berbeda pula. Akan tetapi pengalaman saya ketika saya berada pada bangku sekolah sejak sekolah dasar hingga perguruan tinggi memengaruhi saya untuk mengambil langkah pembelajaran yang berpusat pada guru. Pendidikan yang berpusat pada guru dianggap paling efektif dan tidak banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk kemudian dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran sudah dianggap bermakna bagi peserta didik meskipun mereka lebih banyak duduk, dengar, dan mencatat materi yang disampaikan oleh guru tanpa menilai sejauh mana potensi-potensi lain yang ada pada peserta didik bisa diaktualisasikan dengan baik.

Beberapa faktor yang mendukung pembelajaran berpusat pada peserta didik diantaranya jumlah peseta didik di kelas melampaui ketentuan, yang seharusnya jumlah murid satu kelas di sekolah dasar adalah 28 siswa pada kenyataan di lapangan hampir satu setengah atau dua kali lipat banyaknya. Kurangnya maksimalnya perencanaan pembelajaran menjadikan langkah itu diambil oleh pendidik karena dianggap paling mudah dan efektif dan proses pembelajaran dapat diselesaikan. Kekurangpahaman pendidik adalah faktor ketiga yang menjadikan proses pembelajaran berpusat pada guru. Penguasaan ilmu pedagogi yang belum mumpuni menyebabkan pemilihan strategi, metode, model pembelajaran, dan pemilihan alat peraga kurang tepat sehingga proses pembelajaran tidak berkualitas.

Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku saya setelah mempelajari modul ini?

Pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara di dalam pendidikan memberikan pandangan luas bagi saya untuk memperbaiki kulalitas pembelajaran di kelas. Konsep bahwa pendidikan adalah menuntun segala kodrat belum sepenuhnya saya terapkan di dalam kelas. Proses membimbing, mengarahkan, dan mendampingi dirasakan masih sangat kurang maksimal. Hal ini ke depannya akan saya perbaiki dengan perencanaan pembelajaran yang maksimal. Pemilihan strategi, metode, dan alat peraga akan dipertimbangkan sesuai dengan karakteristik yang dimiliki peserta didik.

Sharing dan diskusi dengan teman sejawat merupakan langkah awal yang akan saya lakukan dengan harapan dapat menemukan solusi terbaik demi terlaksananya pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik. Tidak hanya itu saja tetapi perangsangan timbulnya karakter-karakter positif akan di dalam setiap kegiatan sekolah akan menjadi pertimbangan di dalam diskusi kami di sekolah. Berusaha untuk selalu memperbaiaki kekurangan diri dengan terus menuntut ilmu, salah satunya dalam kegiatan Pelatihan Calon Guru Penggerak yang diharapakan memberikan pengalaman dan ilmu yang lebih luas untuk dapat dipraktikan dalam pembelajaran di kelas.

Apa yang bisa segera saya terapkan lebih baik agar kelas saya mencerminkan pemikiran KHD?

Rancangan Tindakan:

Pembelajaran AKI Sebagai Implementasi Pembelajaran Yang Berpusat Pada Peserta Didik

Latar Belakang

Untuk memperbaiki kualitas pemebelajaran di kelas saya berencana untuk menerapkan konsep pembelajaaran aktif, kreatif dan inovatif (AKI). Di dalam konsep pembelajaran AKI ini peserta didik berperan aktif di dalam pembelajaran melalui multi metode, bukan hanya diskusi, tanya jawab dan demonstrasi, tetapi dapat juga dilakukan dengan permainan. Bermain sambil belajar diharapkan dapat menjebatani kebosanan peserta didik di dalam pembelajaran untuk turut serta aktif, semangat, dan gembira.

Tujuan:

1. Terciptanya pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dengan konsep pembelajaran aktif, kreatif dan inovatif.

2. Meningkatnya kompetensi peserta didik melalui metode yang variatif.

Tolok Ukur:

Terwujudnya peserta didik yang aktif, kreatif, dan inovatif dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Linimasa Tindakan yang Akan Dilakukan

Karena saat ini pendidikan sedang dilaksanakan melalui daring dan luring maka saya membutuhkan waktu yang cukup lama sekitar satu bulan atau lebih. Saya akan meminta dukungan dari kepala sekolah dan teman sejawat serta orang tua untuk mewujudkan terlaksananya kegiatan ini serta menginformasikannya kepada peserta didik.

Dukungan yang dibutuhkan:

Saya berharap dukungan dari kepala sekolah dan teman sejawat, serta orang tua dan peserta didik untuk dapat mewujudkan pembelajaran aktif, kreatif, dan inovatif. Dengan harapan kelancaran dalam pelaksanaan dan terwujudnya tujuan dari kegiatan ini.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post