Elis lisnawati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
GENERASI SERU

GENERASI SERU

Sejenak ku disibukkan dengan berbagai aktivitas akhir tahun pelajaran yang berkaitan dengan kenaikan kelas. Baik sebagai guru ataupun sebagai wali kelas, ku disibukkan mulai dari pemeriksaan hasil Ujian, analisis sampai pada pengisian buku raport peserta didik. Memang hal itu merupakan hal biasa yang sudah menjadi rutinitas kami selaku pendidik. Bukan hal yang aneh, bukan hal yang asing lagi. Karena ini menjadi salah satu tupoksi yang harus kamu laksanakan. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran di kelas, menilai, membimbing dan melatih peserta didik serta melaksanakan tugas tambahan.

Khusus untuk penilaian, penilaian yang kami lakukan memang berbeda dengan apa yang dilaksanakan sebelumnya. Dengan kurikulum baru ini yakni kurikulum 2013 penilaian yang dilakukan lebih bersifat menyeluruh. Penilaian autentik (Authenthic Assessment) yakni pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan dan pengetahuan. Disini guru harus dapat menilai kekuatan dan kelemahan peserta didik selama proses pembelajaran tak lupa tentunya dengan persiapan dan teknik terbaik agar semua peserta didik dapat mencapai hasil akhir. Konstruksi sikap, keterampilan dan pengetahuan dicapai melalui penilaian tugas dimana peserta didik telah memainkan peran aktif dan kreatif selama proses pembelajaran.

Dalam penilaian authentik ini baik guru maupun peserta didik memiliki peran yang sama-sama penting. Disatu sisi guru harus merancang proses pembelajaran sebaik mungkin dengan teknik penilaian yang dipersiapkan sebelumnya agar kemampuan peserta didik dapat tereksplor dengan baik di lain fihak peserta didik dituntut dapat mengumpulkan informasi dengan pendekatan saintifik, memahami fenomena secara mendalam serta dapat mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia nyata di luar sekolah.

Meski dengan teknik yang berbeda pada dasarnya penilaian yang dilakukan baik dulu maupun sekarang sama-sama bertujuan mengukur kemampuan peserta didik, sampai sejauh mana peserta didik dapat menyerap ilmu dan pengetahuan selama proses pembelajaran berlangsung. Ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan sama menjadi penilaian selama proses pembelajaran meski dulu hanya tersirat dalam proses pembelajaran. Yang berbeda mungkin porsi dan cara yang diterapkannya namun kenyataannya kemampuan peserta didik dalam ketiga ranah tersebut terlihat jelas. Bagaimana muncul orang-orang yang memiliki prestasi membanggakan dalam dunia pendidikan, bagaimana sikap yang diperlihatkan seorang peserta didik terhadap guru dan orang yang lebih tua darinya demikian santunnya atau bagaimana lahir orang-orang yang memiliki kreativitas tinggi dalam memunculkan ide-ide barunya yang demikian brilliant.

Ketika dalam penilaian kurikulum 2013 penilaian sikap mendapat prioritas utama, ini menandakan betapa telah terjadinya pergeseran nilai moral dalam pribadi anak pada masa sekarang ini. Kita bisa lihat bagaimana sikap yang diperlihatkan peserta didik terhadap gurunya sekarang ini, bagaimana peserta didik dalam bergaul, tingkat kenakalan peserta didik yang lebih beragam, gaya berpacaran yang membuat miris, serta banyak hal-hal yang menyerempet bahaya yang jelas-jelas akan berdampak terhadap pencapaian tujuan pendidikan nasional.

Ketika hari ini, ku mengolah nilai dan mencoba memasukkan nilai peserta didik kedalam aplikasi raport kurikulum 2013 betapa banyak aspek yang harus kami masukkan mulai dari data peserta didik lengkap, nilai sikap, keterampilan dan pengetahuan yang masing-masing dilengkapi dengan deskripsi khusus untuk masing-masing ranah hingga raport yang diterima peserta didik dalam bentuk lembaran kertas dengan tulisan komputer di dalamnya, dibungkus dengan map plastik hingga sekilas raport sekarang tak jauh berbeda dengan lembaran foto kopian berkas biasa. Disini walikelas berperan besar untuk menjelaskan kepada orang tua tentang isi raport peserta didik, karena kalau tidak jelaskan akan banyak orang tua yang tidak mengerti dengan hasil pencapaian anaknya selama proses pembelajaran berlangsung yang tertulis dalam raport tersebut.

Hal ini jauh berbeda dengan raport yang diterima peserta didik beberapa tahun yang lalu, termasuk saya didalamnya. Betapa raport merupakan sesuatu yang istimewa yang kami dapat diahir tahun. Kami menerimanya dalam bentuk buku selama jenjang pendidikan berlangsung. Dalam raport SD, enam tahun belajar di jenjang SD kami bisa melihat perkembangan nilai, peringkat kelas bahkan tulisan tangan wali kelas kami masing-masing dengan karakteristik tulisan yang berbeda, dengan pesan yang tertulis didalamnya “ rajin-rajin belajar “, “tingkatkan prestasimu” , “pertahankan prestasi belajarmu” dan tulisan lain yang menggambarkan keadaan peserta didik saat itu. Lebih bersifat natural dan mudah difahami baik oleh peserta didik ataupun buat orang tua. Bagi orang tua, mereka cukup melihat hasil belajar anaknya dari nilai merah yang ditulis di raport. Ketika pulpen merah yang menggambarkan nilai kurang tertulis di raport, maka orang tua mengetahui bahwa anaknya masih perlu belajar lebih giat lagi. Dan itu cukup menjadi peringatan bagi orang tua untuk memberkan perhatian lebih pada anaknya.

Semua ini, menjadi pembelajaran dan pengalaman yang berharga betapa perubahan itu selalu ada mengikuti perkembangan zaman. Dan saya boleh dibilang merupakan generasi senang yang bisa menikmati indah dan naturalnya proses pembelajaran pada saat itu, langgengnya pembelajaran dengan kurikulum yang sama tanpa pergantian ditengah jalan dan berbagai intrik di dalamnya misalnya : betapa hukuman yang diberikan guru menjadi cambuk ampuh bagi peserta didik untuk berubah, tak ada pelaporan dan pelanggararan HAM didalamnya, merasakan bangganya memiliki buku sumber/ buku paket sendiri karena dibeli dengan susah payah, merasakan bagaimana tiap bulan kami harus bayar SPP dengan antri atau merasakan proses pembelajaran yang anteng tanpa gangguan guru harus mengikuti pelatihan ini dan itu dan lain-lain. Dan kini saya bisa mengawal dan berada di generasi baru dengan diberlakukannya kurikulum 2013 dengan berbagai warna di dalamnya. Generasai dimana peserta didik banyak dimudahkan dan diuntungkan dengan berbagai kebijakan pemerintah di dunia pendiidkan, salah satunya dengan program wajar 12 tahun. Dimana mereka dimudahkan dan difasilitasi untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Namun satu hal bahwa tantangannya jauh lebih besar lagi terutama datang dari peserta didik yang memerlukan perhatian ekstra dengan berbagai permasalahannya yang komplek dan tingkat kenakalan yang beragam yang berdampak pada sikap dan perilaku peserta didik. Jadi alhamdulilah saya berada di dua generasi berbeda yang memberikan warna tersendiri dan nilai-nilai positif di setiap generasi yakni Generasi senang + Generasi Baru = Generasi Seru

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Htr nuhun,,,,

12 Jun
Balas

Makacih,,,,

12 Jun
Balas

Mantap

12 Jun
Balas

keren bu, sae ...

12 Jun
Balas



search

New Post