Elis lisnawati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

RONA RAMADHAN TAHUN LALU

Memasuki bulan ramadhan sontak ingatanku terkenang bulan ramadhan tahun lalu. Bagaimana tidak baru memasuki hari ketiga, saat itu kami harus rembuk dengan keluarga untuk membawa ibuku ke rumah sakit karena penyakitnya kambuh lagi setelah sebelumnya pengobatan maksimal dilakukan menjelang bulan puasa tiba. Tapi ya itulah manusia hanya bisa berusah dan berikhtiar Alloh yang menentukan segalanya. Hingga sampai pada satu kesepakatan, ibuku dibawa ke rumah sakit terdekat karena berbagai pertimbangan.

Kuatur jadwal tunggu ibu di rumah sakit, kami sepakat hanya menggunakan jasa orang lain sampai jam 11 siang itu juga disebabkan karena kami harus bekerja dulu. setelah itu kami anak-anaknya yang bergiliran jaga di rumah sakit karena kami sadar sesadar-sadarnya bahwa yang beliau butuhkan saat itu adalah perhatian dari anak-anaknya. Hingga dengan berbagai kesibukan kami berusaha ada disampingnya.

Masih teringat bagaimana kami harus berganti shift jaga. Setelah jam 11 siang, adikku yang bungsu bagian jaga karena dia ngajar di TK jadi pulang lebih dulu. Jam 2 siang, giliran saya yang bagian jaga setelah sepulang sekolah terlebih dahulu pulang ke rumah untuk ganti baju dan mempersiapkan buat buka puasa. Giliran suamiku yang pulang jam 4 sore menggantikan posisiku di rumah sakit untuk jaga dan saya kembali ke rumah untuk masak persiapan buka puasa. Menjelang magrib giliran adik lelakiku yang langsung pulang kerja menuju rumkit menggantikan posisi suamiku dan dia harus rela buka puasa di rumkit dengan aroma bau obat dengan serba ketidaknyamanannya. Jam 9 malam dia pulang dan digantikan adik lelakiku yang satu lagi sampai pagi menjelang. Bahkan kakak pertamaku yang kebetulan tinggal di Bandung, dengan berbagai kesibukannya berusaha sebisa mungkin menyempatkan diri untuk hadir di tengah-tengah ibu yang sedang sakit. Itulah rutinitas selama ibuku berada di rumah sakit, kami berusaha berbagi waktu dan perhatian. Tak ingin sebenarnya menomor duakan beliau tapi itulah cara kami menyiasati agar anak-anaknya bisa berada disampingnya saat beliau membutuhkannya.

Cerita tersimpan rapih selama berada di rumah sakit mulai dari pas masuk ke ruang perawatan ada seorang ibu yang sudah lanjut usia berkata “ ach,, eta mah tos sosorosodan bobona ge, kade we tong dikantunkeun, tereh eta mah “. Ingin rasanya marah, tapi ku mencoba menahannya, karena setiap orang berhak mengungkapkan apa yang dilihatnya meski sebenarnya tidak etis berbicara seperti itu. Karena kami sedang berusaha mendapatkan pengobatan untuk kesembuhan ibu kami. Kemudian masih teringat beberapa kali aku harus ke rumkit jam 3 subuh karena di telepon adikku yang lelaki hanya untuk menggantikan pampers ibuku, karena kebetulan perawat jaga tidak ada yang perempuan. Atau tidak jarang Ipah yang bagian jaga pagi meneleponku hanya karena ibu ingin di bersihkan samaku, padahal jam pagi itu waktu yang paling riweuh karena harus mempersiapkan segala sesuatu untuk bekerja. Kupaksakan berangkat ke rumkit untuk mengikuti keinginan ibuku, meski sesampainya disana sedikit ku beri gambaran tentang kesibukanku di pagi hari, ini dimaksudkan agar ibu mau diurus pada jam itu oleh orang lain. Tak jarang ku harus bolak-balik ke rumkit di tengah jam ngajarku hanya untuk mengontrol dan menyuapin makannya dengan sedikit paksaan. Kemudian masih teringat ketika ku harus pulang jam 10 malam dari rumkit seorang diri tanpa kerudung, karena ketika aku pamit pulang, ibu mau tidur menggunakan kerudung yang dipake olehku. Dengan sangat terpaksa ku pulang tanpa kerudung, untung malam hari.

Ku cancel masalah kedinasanku, hanya untuk bisa fokus berada di samping ibu. Masih teringat ku harus menolak tugas yang diberikan kepala sekolah untuk mengikuti pelatihan selama seminggu yang kemudian digantikan oleh guru lain, atau ku harus mengolah nilai dan mengisi buku raport di rumkit hanya dengan beralaskan selembar tikar. Ternyata tak ada salah dengan keputusanku, karena dengan begitu kami bisa mengikuti perkembangan kesehatan ibu dari awal masuk RS sampai keluar RS dengan pemindahan pengobatan karena keterbatasan peralatan.

Tak ada fase yang kami lewati dari kesehatan ibu kami. Perubahan dari bisa ke jamban sendiri sampai segala sesuatu dilakukan di tempat tidur, pemindahan dari ruang perawatan ke ruang observasi dengan alat deteksi terpasang di tubuhnya sampai dengan cerita-cerita tentang saudara-saudara ibu yang sudah meninggal hadir dalam cerita ibu kami, bahkan sampai kepada fungsi organ tubuhnya yang semakin lemah dari hari kehari. Ini kelihatan ketika ku menyodorkan tasbih ke tangan ibu untuk berdzikir, tidak ada respon dari tangannya. Kucoba beberapa kali tapi tidak bisa, ibu hanya menatapku dalam-dalam, gak tahu apa artinya.

Tak ada yang sia-sia dari semua usaha yang dilakukan karena kenyataannya Alloh lah sang pemilik kehidupan yang menentukan semua pengobatan harus berahir di penghujung bulan ramadhan. Ibu meninggal dalam bulan yang baik yakni bulan suci ramadhan, di hari baik yakni hari jumat dan dalam keadaan baik yaitu waktu ibu-ibu pengajian membacakan Qalam ilahi dalam rangka mendapatkan kesembuhan bagi ibu kami. Kami keluarga besar hanya bisa menghantarkan doa terbaik bagi beliau semoga segala amal ibadahnya diterima Alloh swt.

Sebelum masuk bulan ramadhan tahun ini, kami hanya bisa mendatangi pusaranya. kami hanya bisa berada digundukkan tanah sambil terdiam, dalam hati banyak yang kami ceritakan ke Ibu. Betapa kami merindukan kehadirannya, betapa kami merindukan ciuman tangannya, betapa kami merindukan doa tulusnya. Hingga tak sadar air mata kami berlinang, kulihat adik lelaki ku mengecup padung dimana kepala ibuku berada, adik perempuanku sama menyusut air mata yang otomatis keluar dari kelopak matanya. Surat Yasin di tangan dengan bergambarkan foto ibuku merupakan simbol betapa ibu selalu hadir meski keberadaannya tidak dapat kami peluk lagi. Semoga doa yang kami semat dalam setiap sujud kami bisa menghantarkan ibu dalam surga-Nya yang begitu di dambakan. Aamiin Ya Robbal Alamin.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Aamiin,,, mksh Pak.

07 Jan
Balas

Subhanallah. Semoga do'a anak-anak sholehah beliau memberi penerangan. Aamiin

29 May
Balas



search

New Post