eliyani

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

RANCAK DI LABUAH

RANCAK DI LABUAH

Eliyani

MWC11 AGAM

_______

Aku termasuk salah seorang pengagum istilah Urang Minang yang sangat sarat dengan makna pada setiap ujarannya.

Aku pernah diajak suamiku bertemu dengan seorang tokoh yang cukup disegani di Lasi, Bapak Suardi Mahmud, beliau merupakan tokoh pendiri bangunan yang disebut dengan Istana Rakyat . Di Istana Rakyat ini, persoalan- persoalan anak nagari sering didiskusikan dan dicarikan jalan keluarnya. Termasuk ide mengembangkan kopi arabica khas Lasi, yang bertujuan mengangkat citra Lasi di mata masyarakat luar sekaligus menaikkan ekonomi rakyat.

Dari beliau aku belajar banyak hal, termasuk istilah rancak di labuah.Istilah "rancak di labuah" adalah sindiran ( dalam bahasa Minang disebut ceme-eh) terhadap anak gadis yang suka memamerkan kecantikannya dan memukau setiap orang yang melihat sehingga banyak orang yang terpesona karenannya. Sementara rumahnya, kamarnya, dan dapurnya berselemak peak alias tidak terurus dengan baik. Padahal menurut etika masyarakat Minang, seorang gadis (perempuan Minang), memiliki tugas menata rumah, sehingga layak dipandang mata serta membuat nyaman penghuni rumah.

Gadis rancak di labuah, sibuk bersolek ria, rumahnya jarang disapu, kamar berantakan, kain tidak terlipat, piring kotor jadi pemandangan di dapur halaman rumah penuh semak ,bertolak belakang dengan penampilannya yang menawan.

Begitulah gambarannya sehingga para tetua menasehati anak gadis minang "jan rancak di labuah", hal ini bukan berarti gadis minang tidak boleh dandan, rancaknya di luar rumah jangan sampai mengabaikan tugas utamanya dalam mengurus rumah.

Selain itu "rancak di labuah" juga menjadi sebuah kata kiasan yang mengandung makna yang sangat filosofis yang memberi pesan bahwa sebuah kesuksesan, keindahan dan kemegahan jangan terperangkap dalam tataran kulit(cashing) semata, polesan tanpa isi, seperti buah mangga yang harum dan terlihat menggiurkan, namun ketika dikupas isinya penuh dengan ulat.

Lebih jauh, hakekat sebuah rumah adalah terletak pada keluarga yang sakinah bukan kemegahan bangunannya, hakekat seorang yang mumpuni dalam ilmu adalah bermanfaat bagi orang banyak, luas pengetahuannya, bukan sekedar panjangnya gelar yang tersemat pada namanya.

Penghargaan dan gelar bukan tidak penting, ia adalah pengakuan dan apresiasi dari sebuah kerja keras, tapi terperangkap dengan berbagai penghargaan tanpa melihat inti dari sebuah gelar dan penghargaan tersebut, akan menjadikan seorang penulis menjadi plagiator, penghargaan dan gelar akan diperjual belikan serta perilaku menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.

Terakhir aku menemukan sebuah renungan panjang tentang rancak di labuah untuk mengajak diriku, anak didikku serta, handai taulan serta sahabat- sahabatku, untuk senantiasa bergerak dalam ranah subtansial/isi dalam berbagai bidang yang dilakoni, jangan sampai menyandang predikat sebagai "rancak di labuah".

Demikian ulasanku tentang “rancak di labuah” semoga memberi manfaat buatku dan para pembaca.

Wallahu alam bissawwab

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post