eliyani

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

WISUDA

Oleh: Eliyani

__________________

Menjadi sarjana bagi sebagian orang adalah sesuatu hal yang biasa. Lulusan PT baik negeri maupun swasta setiap tahunnya mencapai ribuan orang, termasuk pasca sarjana. Wisuda adalah sebuah acara seremonial kelulusan yang sudah biasa. Setiap orang yang telah menamatkan kuliah pastinya dikukuhkan dengan wisuda.

Namun, tidak demikian halnya dengan Indah Kurnia Illahi. Wisuda ini demikian istimewa di mata keluarga Indah.Untuk sampai di titik ini, Indah harus mencapainya dengan segenap perjuangan dan pengorbanan yang tidak bisa dikatakan biasa. Melewati setiap riak masalah dengan senyuman bukanlah hal yang mudah. Namun bagi gadis seistimewa Indah ini adalah pesona hidupnya. Tidak semua bisa bertahan dengan kondisi yang sama seperti Indah.

Indah demikian ia dipanggil, gadis berkulit hitam manis yang sungguh manis ini, berjuang demi sebuah cita yang ingin ia persembahkan kepada seorang ibu hebat, ibu yang selalu mengorbankan apa saja buat anak-anaknya, tanpa kenal lelah dan keluh kesah.Ia rela mengorbankan kesenangan masa remaja, walau kadang harus menahan lapar, apalagi mengikuti gaya hidup teman-teman sekampus. Ia lebih rela menampilkan kesederhanaan dalam kesehariannya, demi bisa melanjutkan kuliah.

Bagi Indah Kurnia Illahi wisuda ini sungguh istimewa untuk setiap mimpi yang ia bangun dalam setiap helaan nafasnya. Bertahan atas setiap terpaan ujian yang menghadang, senantiasa tegar demi seorang ibu yang luar biasa tangguh. Setia mendampingi dalam susah senang, tangis tawa, serta kesempitan dan kelapangan, yang singgahi hidup demi patuhi takdir.

Untuk meraih gelar sarjana, Indah rela makan sekedar sepotong kue sebagai pengganjal perut, itu semua ia lakoni dengan senyuman. Tidak ada keluhan yang terlontar dari mulutnya, bahkan dengan teman sekamarnya. Indah menelan sendiri setiap kepahitan yang tersuguh di depannya dengan legowo. Dalam kesehariannya Indah adalah gadis yang ceria, tekun, dan ulet.

“Indah, makan yo!” Vio teman sekamar Indah pada satu kali mengajak makan, kebetulan Ibu Vio baru saja datang dari kampung untuk melihat Vio, “ini ada rendang belut, dari kampungku, ayo sini kita makan bersama!” Indah tersenyum padanya sambil menghentikan pandangan pada tugas kuliah yang harus ia selesaikan malam ini dan berkata, “lanjut Vio, aku sudah kenyang baru saja selesai makan, maaf aku harus mempresentasikan tugas ini besok, sudah dead line nih”, sambil memperlihatkan bungkusan kue. Padahal itulah makanan Indah sejak siang tadi. Ia paling tidak ingin memperlihatkan kesulitan hidupnya pada siapapun kecuali doa panjangnya di hadapan Allah SWT.

Dalam setiap kesempatan iapun bekerja apa saja asal halal demi meringankan beban ibu yang menjadi inspirasi hidupnya. Pernah jadi, asisten foto copy, jadi fotografer dadakan saat wisuda, bahkan jadi sopir dadakan juga pernah. Benar Indah bisa nyetir, untuk profesi dadakan yang satu ini banyak orang kagum pada Indah yang memiliki pribadi multi talenta. Indah memang gadis luar biasa. Dari hasil pekerjaannya itu Indah bisa membeli keperluan kuliah dan sekedar biaya makan. Selama masih bisa ia atasi maka ia tidak akan meminta pada ibunya di kampung. Sungguh Indah adalah gadis pintar dan tak sok tahu. Haru biru kehidupan tidak pernah membuatnya menyerah. Selalu ada cara untuk melewati setiap rintangan menjadikannya sosok “so smart girl.”

Awalnya ia tidak ingin kuliah, ia ingin bekerja untuk membantu keterpurukan ekonomi keluarga. “Indah tidak ingin menyusahkan Ibu, biarlah Indah kerja Bu.” Katanya saat Mia menawarkan kuliah selepas SMA. “Indah mau beri kesempatan untuk adik-adik melanjutkan sekolah Bu. Izinkan indah membantu Ibu bekerja demi adik-adik,” lanjutnya dengan genangan air mata. Mia menatap lembut tepat pada bola mata anak sulungnya itu, seolah mencari celah meresapi setiap kata-kata Indah sambil mengenggam tangan Indah ia bekata,“Indah anak tertua ibu, Indah mestilah jadi contoh bagi adik-adik, jika indah gagal, bagai mana dengan adik-adik nantinya, ibu tidak ingin ada penyesalan Indah. Mia terdiam melihat Indah hanya menundukkan pandangannya, menarik nafas sejenak dan melanjutkan, “lihatlah mata Ibu sayang, saat ini benar keadaan kita susah Nak, tapi Ibu percaya Allah SWT tidak pernah tidur, selalu ada jalan untuk keluar dari kesulitan jika kita mau.”

Sungguh Indah hanya mampu terpaku mendengar tutur Sang Ibu. Ia menatap wajah teduh sang Ibu dan berkata, “baiklah Bu, akan Indah pikirkan lagi kata-kata Ibu, Indahpun tidak ingin gegabah dalam tentukan sikap, semoga Allah SWT memberi yang terbaik buat Indah dan keluarga kita Bu.” Jawaban yang sungguh bijak buat anak yang baru tamat SMA. Tempaan hidup membuat Indah lebih cepat dewasa dari usianya.Indah gadis memiliki rasa tanggungjawab yang besar dalam memikirkan adik-adiknya, karakter anak paling tua begitu melekat padanya.

Satu malaman Indah merenungi kata-kata Ibunya, malam itu Indah sholat, mengadukan halnya pada yang Maha Kuasa. Menumpahkan segala keluh kesahnya dalam sujud panjang di rakaat terakhir tahajudnya. Berharap hari esok matahari bersinar cerah, secerah harapan-harapan yang ia tanam untuk kehidupan yang lebih baik. Akhirnya Indah setuju untuk melanjutkan studinya ke perguruan tinggi dengan niat untuk mebahagiakan ibu yang teramat ia sayangi.

Menjadi seorang guru bukanlah cita-citanya. Ia ingin jadi perawat, gambaran guru yang begitu suram di mata Indah, membuat ia berkesimpulan menjadi seorang guru bukanlah suatu pilihan. Indah ingin kuliah di Akademi Keperawatan Bina Insan di kota Padang, dalam pikiran Indah kuliah di akademi tidak membutuhkan waktu yang lama. Lebih menariknya setelah kuliah ia dapat langsung bekerja. “Bu Indah ingin kuliah di AKPER Bina Insan Padang, Indah sudah mendapatkan brosurnya di Google, boleh ya Bu,” kata Indah dengan penuh semangat sambil menunjukkan brosur pendaftaran itu pada Mia. “ Ya, boleh,” kata Mia singkat, tidak ingin mematahkan harapan si Sulung yang sedang membuncah.

Mia dengan nanar menatap brosur yang baru saja diberikan Indah padanya dibacanya satu persatu biaya kuliah di Akademi Bina Insan Padang tersebut.

Biaya Pendaftaran

Rp. 100.000

Medical CheckUp & Psikotes

Rp. 300.000

PPSM & ESQ

Rp. 900.000

Biaya Seragam:

1. Baju Seragam (3 stel) : Rp. 1.350.000

2. Sepatu + Kaus Kaki (2 pasang) : Rp. 400.000

3. Baju Olahraga : Rp. 200.000

4. Jaket Almamater : Rp. 200.000

5. Atribut Mahasiswa : Rp. 50.000

Jumlah

Rp. 2.200.000

Total Biaya Masuk

Rp. 3.500.000

Rincian Biaya Pendidikan

A. SUMBANGAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

1

Pengembangan Pendidikan

Rp. 6.000.000,-

B. BIAYA KULIAH SEMESTER I

Jumlah Biaya Kuliah Semester I Rp. 12.000.000,-

Catatan :

– Sumbangan pengembangan pendidikan dapat diangsur maksimal 6 bulan

– Biaya kuliah sudah termasuk biaya praktek lahan Rumah Sakit.

Sumber https://www.akper--------.ac.id/pendaftaran-mahasiswa-baru-akper/

Berlahan air mata Mia jatuh dalam diam, dari mana ia memperoleh uang sebanyak itu sedang untuk biaya makan sehari-hari saja sudah sulit ia dapatkan, untuk bisa makan sehari sekali saja itu sudah mereka syukuri. Namun demi Indah dapat kuliah pada jurusan yang ia sukai, Mia tetap berusaha mendapatkan uang tersebut.

“Indah, ibu telah menyiapkan uang untuk Indah dapat kuliah,tapi ada sesuatu yang ingin ibu sampaikan, agar kelak tidak ada penyesalan di hati, keputusan tetap ada pada diri indah, karena ibu tau sungguh indah yang akan menjalaninya, ibu hanya memberi pandangan.”

“Menjadi perawat bukan pilihan yang buruk, Ibu suka, mengingat kondisi kita, Ibu hanya sedikit khawatir, jika nantinya Indah patah di tengah jalan, ini hanya kekhawatiran Ibu saja Nak, kalau Indah merasa yakin dengan keputusan Indah, jalani saja, Ibu tidak ingin Indah terpaksa dengan pilihan yang Ibu sarankan.”

Indah mengingat kata-kata ibunya itu, begitu lembut tapi sangat menusuk di hulu hati, Indah paham maksud Ibu megatakan itu. Indah sadar tidak perlulah ia memaksakan kehendak. Kondisi keuangan ibu tidak memungkinkan indah untuk jadi perawat inilah inti kata-kata ibu sebenarnya, namun sebagai seorang ibu yang memahami gejolak jiwa anaknya Ibu tidak menyebutkannya secara gamblang.

Dengan memperpanjang doa malamnya, Indah mohon diberikan kekuatan serta petunjuk, dari Allahu ‘azawajalla. Indah Sholat istikharah, untuk memutuskan mana yang harus ia pilih. Begitu khusuk munajat Indah malam itu, diiringi setiap tetes air matanya yang terurai tanpa sengaja. Berharap sangat akan kekuatan dari Allah SWT, agar keluarganya bisa keluar dari cobaan hidup yang Allah gariskan buatnya.

Akhirnya Indah memilih untuk kuliah di S1 PGSD, niat membahagiakan ibu dan berusaha menjadi guru yang baik, buat anak didiknya kelak, dan yang terpenting adalah kuliah di S1 PGSD tidak begitu menambah beban Ibu pikirnya. Jadilah ia salah seorang dari ratusan orang mahasiswa S1 PGSD di Padang, lengkap dengan segala pernik liku-liku di tengah himpitan ekonomi keluarga yang begitu berat ia rasakan. Melalui setiap keperihan dengan lapang dada.

Ibu Indah memanglah seorang guru ASN salah satu SD di kampung, namun tidak seperti ASN lain, lilitan hutang justru membelenggu kehidupan keluarga Indah, tidak ada lagi sisa gaji yang dapat diandalkan bahkan untuk sekedar makan, untuk mengatasi masalah keuangannya, ibu Indah berjualan di kantin sekolah. Sementara ayahnya seorang pengangguran. Ibu Indah seorang perempuan tangguh yang ditempa himpitan hidup. Meski demikian ia tidak pernah mengeluh.

Sadar sebagai anak tertua, Indah harus tabah menjalani proses perjuangan meraih cita-cita, demi ibu dan adik-adiknya. Walau dalam melewati proses itu, ia harus berjibaku dengan berbagai aral rintangan, termasuk berjuang melawan lapar yang acap singgahi perutnya. Hal itu tidak membuat Indah patah semangat. Justru itu memacu semangat juang Indah untuk terus bertahan

Saat teman-teman menampilkan kesenangan indah hanya tersenyum, yang ia tau bagaimana menyelesaikan kuliah tepat waktu, menyelesaikan tugas-tugas kuliah dengan hasil yang di atas rata-rata, membuktikan pada ibunya bahwa ia sungguh memegang amanah yang diembankan dipundaknya, ia tidak ingin ibunya kecewa. Tidak ada satu halpun yang menjadikan Indah mundur. Matanya selalu memancarkan semangat yang tidak pernah memudar.

Puncak perjuangan Indah sungguh teruji saat ia dengan tegar mengajukan judul penelitianya Pengaruh Model CTL Terhadap Pembelajaran Matematika di Kls 4 di SD Tunas Bangsa. Indah berusaha menyediakan alat peraga pembelajaran yang murah tapi sungguh bermakna. Kubus transparan, yang ia dapatkan dari bekas kotak permen hadiah ulang tahun temannya serta payung satuan dan pecahan desimal, yang ia buat dengan mempermak payung bekas. Tanpa diduga justru itu menjadi alat peraga fenomenal yang dipujikan oleh dosen pembimbingnya.

Benar sungguh Tuhan tidak tidur, kata-kata ibunya tetap terngiang di telinga sampai sekarang, kemudahan demi kemudahan ia peroleh, mulai dari mengajukan judul, observasi, seminar, penelitian, kompre, hafalan juz 30, beserta hadist yang menjadi syarat wisuda bisa ia lalui dengan lancar.

Hari menjelang wisuda adalah hari-hari yang penuh dengan rasa syukur, setidaknya ada satu fase terlewati meringankan pundak “sang Ibu the power of spirit,” kelegaan memenuhi rongga dada Indah. Seolah ia tengah menatap masa depan dengan semangat yang ditorehkan oleh Ibunya. Dengan semangat itu ia semakin optimis melangkah untuk mewujudkan mimpi-mimpinya yang masih tertunda.

Hari ini semua tampak begitu gembira, seragam merah bata keluarga indah mewarnai cerahnya hari, di tengah hiruk pikuk upacara sakral prosesi wisuda, dengan lancar indah melafadzkan lantunan ayat demi ayat juz amma, serta beberapa hadist. Adalah benar adanya bahwa “kesuksesan adalah hasil dari kesempurnaan, kerja keras, belajar dari pengalaman, loyalitas, dan kegigihan.” (Colin Powell)

Tidak terasa air mata haru membasahi pipi Mia yang menatap wajah Indah dengan penuh sayang. Walau perjuangan untuk hadir di sini harus pula diiringi dengan menggali hutang baru karena bagi mereka setiap pemenuhan keperluan tidak ada yang mudah. Buat Mia bisa berhutang adalah sebuah anugerah. Kenyataan ini tidak menjadikan Mia patah semangat, ia percaya bahwa Allah SWT punya cara untuk melepaskan dirinya dari himpitan hidup yang tengah ia jalani. Dengan melihat buah hatinya berdiri dihadapanya dengan toga menghiasi kepala, seolah semua jerih itu terobati.

Tiada awan di langit yang tetap selamanya. Tiada mungkin akan terus-menerus terang cuaca. Sehabis malam gelap gulita lahir pagi membawa keindahan. Kehidupan manusia serupa alam. (RA. Kartini dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang). Kalimat motivasi hidup dari tokoh legendaris wanita Indonesia ini melengkapi simpul semangat Indah.

Sungguh inilah wisuda yang luar biasa bagi keluarga Indah Kurnia Illahi. Semoga hari esok yang lebih baik menanti di hadapan. Sebagaimana berlian menjadi sangat berharga karena teruji dengan tekanan-tekanan dalam prosesnya. Justru tekanan-tekanan alam, menjadikan berlian lebih berkilau dari batu manapun.

Lasi, 24 Desember 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerpen pertama saya, mohon krisannya ya pembaca budiman!

27 Dec
Balas



search

New Post