Elizabeth Tjahjadarmawan

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
INI SOLUSI JITU MENGATASI KEBOCORAN USBN

INI SOLUSI JITU MENGATASI KEBOCORAN USBN

Aku sedih melihat keadaanmu, Nak..

Kamu belajar selama 3 tahun di SMA dilanjutkan kursus di bimbel-bimbel..

Habis waktu bermainmu hanya untuk belajar dan belajar...

Namun akhirnya kamu mengkhianati usahamu sendiri...

Salam sejahtera, gurusianers

Artikel ini saya tulis mendadak dalam suatu keadaan yang saya beri istilah 'gawat darurat pendidikan".

Rumor kebocoran USBN sejak hari Senin 20 Maret 2017 lalu yang santer diberitakan di berbagai medsos dan media elektronik menjadi berita yang hangat dan faktual. Sangat disayangkan ternyata terbukti di sekolah saya juga yang membuat hati saya sedih .... ya sedih .... suatu hal yang tak pernah saya sangka akan terjadi...sebab saya berpikir dengan adanya USBN tak mungkin lagi ada kebocoran ujian ....

Sejak hari pertama USBN dilaksanakan di sekolah saya (sebuah sekolah swasta di kota Jambi), saya melihat sebagian besar siswa jarang yang memegang buku namun mereka lebih banyak memberi perhatian kepada gadget. "Ada apa?", pikiran saya berkecamuk. Saya terus melakukan pengamatan hingga hari terakhir USBN berlangsung. Saya pun berburu informasi dari beberapa medsos yang terkait. Memang begitulah faktanya. Siswa memang sangat serius belajar dari hanphonenya masing-masing. Mempelajari kunci, menghapalkan kunci, bukan mempelajari materi ujian.

Bocornya kunci USBN yang terjadi di berbagai provinsi di Indonesia mendapat sorotan dari berbagai grup di medsos. Sebagian besar orang mengutuk si pembocornya bahkan menteri pendidikan juga akan mengusut si pelaku kebocoran usbn. Mencari si pembocor dan menghukumnya bukanlah solusi yang tepat. Daripada energi kita habis mencari si pembocor lebih baik kita melakukan tindakan inisiatif yang efektif. Sebagai guru naluri saya tak bisa diam melihat keadaan ini. Saya bukanlah decision maker namun saya harus bisa mengambil tindakan edukatif (minimal di kelas yang saya ajar) yang bertujuan agar siswa menjadi jera terhadap tindakannya menggunakan kunci untuk mengerjakan ujian apapun. Tugas guru bukan hanya mengajar namun harus mengambil peran dalam mendidik terutama membangun karakter generasi di sekolahnya masing-masing. Di atas prestasi dan kepintaran, karakterlah yang akan membawa orang survive menjadi manusia seutuhnya. Manusia yang memuliakan Tuhan yang menciptakannya.

Akhirnya otak saya pun berpikir keras dalam dua hari saya menemukan jawabannya. Segera saya umumkan bahwa hasil ujian usbn tidak saya gunakan melainkan saya akan retest usbn dengan soal yang saya buat sendiri dan tes dilaksanakan pada hari Jumat 24 Maret 2017.

Berikut adalah upaya yang saya lakukan di sekolah saya pada mata pelajaran saya sendiri. Melalui tulisan ini menghimbau kepada Bapak/ibu guru untuk melakukan sesuatu bagi perbaikan karakter anak bangsa ini.Tidak perlu complain atau mencari kesalahan siapa pembocornya, tetapi lakukan tindakan inisiatif yang efektif sebagai salah satu upaya memutuskan mata rantai kebocoran USBN di sekolah-sekolah dengan cara:

Buatlah:

(1) sweeping kebocoran usbn pada mapel masing-masing, catat dan record data sebagai bukti ilmiah yang akan menjadi bahan evaluasi berikutnya.

(2) crosscheck nilai usbn yg dicurigai melalui performa test

(3) retest usbn dengan soal yang dibuat sendiri dengan tetap mengacu kisi-kisi dan SKL.

(4) jangan gunakan nilai usbn namun gunakan nilai hasil retest nya

(5) membuat resume kegiatan untuk report ke kementerian pendidikan.

Retest USBN sudah selesai saya lakukan di sekolah saya unt mapel kimia. Done. Thank you ya my Lord..

Inilah tanggung jawab moral sbg guru. Janganlah berdiam diri sebab perbaikan kualitas pendidikan adalah tanggung jawab pendidik. Melakukan sedikit kebaikan jauh lebih berarti ketimbang tidak sama sekali.

Ayo bapak/ibu guru, jangan malu menulis apa yang terjadi, janganlah menutupi keburukan, kejahatan, ataupun kelemahan lainnya. Tulisan memiliki power untuk mengubah paradigma pembaca. Siapa tahu melalui tulisan kita, sedikit demi sedikit perubahan sistem pendidikan terjadi ke arah yang lebih baik. I love my generation, Indonesia.

Semoga bermanfaat.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

inspiratif, bu Eliz. Memulai dari yang bisa kita lakukan sendiri pada lingkungan yang paling dekat dengan kita.

25 Mar
Balas

Good solutionssss

25 Mar
Balas

MANTAP, BU!

25 Mar
Balas

nuhun kang Cepppp

25 Mar
Balas

nggih Cak Leck Murman. Leres hee matur nuwun..

25 Mar
Balas

Benar,kita harus memerangi tindak kecurangan dalam pendidikan. Anak2 mesti di ajarkan sedini mungkin untuk bertangung jawab dan berlaku jujur terhadap diri sendiri. Disamping mengharapkan anak2 bertangung jawab dan displin kita sebagai guru pembimbing harus meletakkan fondasi yg kuat tentang materi yg bersangkutan bagi semua anak2 didik. Seorang guru pendidik dinilai berhasil jika lebih dari 50% anak didik nya mengerti tentang pelajarannya. Jika tidak sampai 50% anak didik kita yg mengerti,berarti ada yg salah dg metode penyampaian kita. Karena tanpa meletakan fondasi pendidikan yg kuat kepada anak2 didik, bagaimana kita bisa mengharapkan mereka bertindak jujur. Semoga ke depan, pendidikan dijambi bisa tambah maju, semua anak2 didik bisa menjadi orang yg berhasil.

01 Apr
Balas



search

New Post