Di kamar bernuasa merah muda, Aisyah tak berhenti memandang potret dirinya bersama Husein. dengan berbalut busana bernuansa putih, tampak mereka sedang berdiri dengan posisi saling membelakangi. Keduanya memandang langit biru yang cerah. Sedangkan padang ilalang terlihat di belakang mereka, condong mengikuti arah angin.

Aisyah sangat bahagia. Impiannya sebentar lagi akan terwujud. Dia akan menikah dengan lelaki yang disayanginya. Dan yang terpenting, Husein pun sangat menyayanginya. saat belum puas menatap foto-fotonya bersama Husein, kemudian terdengar beberapa bunyi pesan masuk di ponselnya.

“Siapa ini malam-malam? Nggak ada namanya,” ucap Aisyah bingung. Sebuah pesan dari nomor tak dikenal. Saat dibuka isi pesannya ternyata ada beberapa foto yang membuat Aisyah harus menajamkan pandangannya.

“Apa maksud semua ini? Kak Husein.. Siapa perempuan yang bersama Kakak?”

Aisyah membolak-balikan pesan gambar yang baru diterimanaya, seolah tidak yakin dengan penglihatannya. Namun yang dilihatnya tidak berubah, tetap berisi gambar Husein dan seorang perempuan yang tidak dikenalnya. Tiba-tiba dadanya menjadi sesak. Hatinya merasa hancur berkeping-keping. Air mata pun tidak terbendung lagi. Aisyah menangis di tumpukan bantal. Tak ingin suaranya terdengar membangunkan seisi rumah.

Ponsel yang tadi dipegangnya kini tergeletak di sampingnya. Layarnya masih menampilkan gambar Husein bersama seorang perempuan cantik. Berlatarkan pantai dengan buih ombak menyentuh kaki mereka yang tak beralas. Mereka memang tidak bersentuhan tapi wajah mereka terlihat sangat bahagia.

“Mengapa jadi begini? Di saat aku sedang menantikan hari pernikahanku, kenapa harus ada foto-foto seperti ini?"