Pada Jumat pagi menjelang siang ku menuju makam anakku yang tercinta di satu tempat wilayah pemakaman lama masyarakat setempat di kota Malang. Aku berhenti di tempat seorang ibu menjual bunga untuk kubawa ke makam anakku. Ku bertanya, "berapa harga sebungkus, bu?" Si ibu seetengah baya itu menjawab, "mau beli berapa, mbak?" Lalu ku bertanya lagi, "berapa biasanya?" Dia menjawab, "lima ribu rupiah." Lalu kuminta dia membuatkan empat bungkus. Setibaku di makam anakku aku sedih melihatnya karena banyak rumput liar di atas makam dan sekitarnya. Syukurlah sekitar lima meter dari tempat kuberdiri kulihat seorang pak tua sedikit berjenggot putih memakai baju hitam sedang memotong rumput disekitar itu dengan aritnya. Kucoba mendekatinya dengan meminta bantuan apakah beliau bisa sekalian bersihkan makam anakku dengan memotong rumput di sana. Dengan tersenyum beliau mengatakan "saget" (bahasa Jawa) artinya "bisa." Senang aku mendengarnya, sambil menunggu pak tua membersihkannya ku berdiri dan berdoa untuk anak lelakiku yang tercinta yang sudah menuju surga terlebih dahulu sembilan tahun yang lalu. Aku senang melihat makam anakku menjadi bersih dan rapi atas bantuan pak tua. Kemudian kutaburi dengan bunga yang kubeli dari si ibu setengah baya itu. Pak tua itu mengerjakan dengan ikhlas dan rapi. Setelah selesai kudatangi beliau dengan mengucapkan "matur nuwun" (bahasa Jawa) artinya terima kasih dengan sekedar uang untuk beli kopi. Terima kasih pak tua semoga amal ibadah dan bantuanmu di Jumat suci ini mendapat barakah untukmu.