Asyik dengan pikiran sendiri, ratih dikejutkan dengan suara randi yang memulai pembicaraan. "Apakah ratih sehat?" awal pembicaraan mereka, dengan masih agak malu-malu ratih menjawab sehat, abang bagaimana sehat? Pembicaraan mereka semakin lama semakin hangat, sudah terasa seperti waktu awal pacaran dulu, rasa canggung diantara mereka sudah hilang.

Dalam pembicaraan mereka ratih bertanya bagaimana keadaan istri randi, nanti istri abang marah kalua sering kesini. karena bagaimanapun mengebunya perasaan cinta dalam hati ratih, tapi ratih tetap ada rasa was-was, makanya ditanyakan juga oleh ratih tentang istri randi.

Dengan agak terdiam sebentar randi menceritakan kalau istrinya sudah meninggal tujuh tahun yang lalu. Istrinya saya meninggal ketika akan melahirkan anak saya yang kedua, anak saya yang dilahirkan hanya beberapa hari keumurnya, kemudian meninggal pula, menyusul ibunya. Dengan kepergian istrinya randi menjadi orang yang putus asa, tidak tahu arah dan harapan untuk melanjutkan hidupnya. Semangatnya untuk hidup seperti dibawa oleh istrinya.

Sampai saat ini abang bertemu dengan ratih, tidak pernah bisa membuka hati untuk wanita lain. kesibukan yang dilakukan hanya bekerja demi anak satu-satunya, kemudian randi akan mencari minuman sebagai penenang diri demi melupakan masalah dalam hidupnya. Yang menurut randi tidak ada jalan untuk kebahagiaannya selain dengan minum.