Tak mudah memang melepas sesuatu yang kita miliki. Apalagi untuk sesuatu yang sangat kita cintai. Padahal sejatinya kita tak punya hak milik. Namun, hanya hak pakai selama hudup di dunia. Berapa lamanya pun kita tak tahu.

Hari itu adalah hari permulaanku melepasmu. Belum lengkap dua belas tahun usiamu. Di saat teman-temanmu masih bersenang-senang menikmati liburannya, si kecilku ini sudah disibukkan dengan berbagai rangkaian tes untuk masuk ke jenjang yang lebih tinggi. Tes yang cukup melelahkan hingga makan waktu tiga hari. Lelah, gerah, bahkan terlambat makan saat itu.

Satu bulan sudah kaujalani hidup bersama teman-teman dan ustadzah-ustadzah yang sekufu. Sungguh, inilah masa-masa sulit melepasmu dari pelukan. "Mama kapan ke sini lagi?" Katanya tiap akhir pertemuanku dengannya di pintu gerbang. Derei air mata pun menghiasi senyum indahnya. Terbersit keinginan untuk membawanya kembali pulang. Namun, aku harus kuat. Kuyakinkan bahwa inilah bukti sayangku padanya. Kutahan tetes air mataku. Agar si kecilku tak semakin berat dengan perpisahan ini. "Ya Allah, berikan selalu kesehatan dan kekuatan padanya tuk menimba ilmu-ilmu-Mu di pondok ini".

"Aku sudah krasan di sini, Ma. Tapi kapan aku pulang?" Itulah yang meluncur dari bibirnya. "Kamu adalah ulat kecil yang akan jadi kepompong. Setelah mendapat banyak ilmu, kepompong itu akan jadi kupu-kupu yang bersayap indah, Anakku."