Ely Herlina

Ely Herlina, lahir di karawang 07 Oktober 1963. mendapat tugas sebagai PNS pada Desember tahun 1984, di SMPN I Kotabaru, karawang. Tahun 2017 mendapat tugas tam...

Selengkapnya
Navigasi Web
JEJAK RAHASIA

JEJAK RAHASIA

JEJAK RAHASIA

#TantanganGurusiana

Hari ke-127

Episode: Penyesalan Pandu (48)

Sore Pandu itu sedang bersama Eyang Dewi, duduk-duduk santai di halaman belakang. Eyang Dewi sedang menikmati wedang jahe buatan mbok Nah, sambil membuka-buka album lama. Untung saja photo yang sempat dibawa oleh Sania sudah dikembalikan, batin Pandu.

“ Eyang… banyak gak sih photo-photo Pandu waktu kecil dalam album ini? Jadi pingin tahu gimana sih wajah Pandu waktu kecil…” Kata Pandu sambil duduk di lantai, di dekat kakinya Eyang Dewi.

“ Banyak… setiap kesempatan Bapakmu selalu mengabadikannya, nah coba lihat yang ini… ini saat sedang acara aqiqah kamu, kami memotong dua ekor kambing sesuai dengan ajaran Islam.” Eyang Dewi sangat antusias sekali menjelaskan photo-photo yang ada di album itu.

“ Kalau ini waktu Pandu TK yah Yang… waktu itu sedang ikut lomba kan?” Pandu menunjuk photonya yang sedang berdiri berjejer dengan anak-anak yang lain.

“ Iya ini di Taman Mini, kamu sedang ikut lomba paduan suara.”

“ Tapi kenapa sekarang aku jadi gak suka nyanyi ya?”

“ Ya setelah agak besar, perhatianmu sudah berubah… sudah tidak mau lagi ikut latihan nyanyi… kamu lebih suka kegiatan yang lebih ke Teknik.” Sahut Eyang, tiba-tiba Eyang Dewi menghentikan gerakannya membuka album, dia memandangi photo yang sempat dibawa Sania lebih lama lagi, terlihat ada genangan air mata di sudut mata Eyang Dewi.

“ Eyang… ini photo ibu ya? yang ini photo siapa Eyang? Wajahnya persis seperti Eyang…” Pandu sengaja memancing , ingin tahu jawaban apa yang akan diberikan oleh Eyang Dewi.

“ Bukan siapa-siapa, ini orang yang tidak penting dibicarakan.” Sahut Eyang Dewi ketus sambil menutup album photo itu.

“ Apa itu anak Eyang?”

“ Iya anak yang sudah Eyang lupakan, kamu jangan banyak bertanya lagi, Eyang mau istirahat.” Eyang Dewi langsung berdiri, dengan tergesa Pandu bangun dan membantu Eyang Dewi untuk memasuki kamarnya. Akhir-akhir ini Eyang Dewi memang agak sulit untuk berjalan, asam uratnya sedang kambuh.

“ Maafkan Pandu Eyang…” Kata Pandu sambil membantu Eyang Dewi yang akan merebahkan badannya di atas Kasur.

“ Iya.” Hanya itu jawaban Eyang Dewi, sambil memejamkan matanya. Sepertinya Eyang Dewi ingin menutupi kegundahannya. Setelah dilihatnya Pandu keluar dari kamarnya, Eyang Dewi menangis terisak, tapi... sebelum menutup pintu Pandu sempat melihatnya.

Teringat kembali seluruh peristiwa yang pernah terjadi, sudah lebih dari dua puluh tahun dia tidak pernah bertemu dengan anaknya. Dia sudah mengerahkan orang-orang suruhannya untuk mencari keberadaan anaknya namun tidak pernah berhasil, akhirnya dia memutuskan untuk melupakannya dan menganggap kalau anaknya sudah tidak ada. Hatinya sangat terluka menerima kenyataan anak kandungnya meninggalkannya, dan lebih memilih laki-laki yang sangat dia benci.

******

Pandu keluar dari kamar Eyang Dewi dengan penuh rasa sesal, dia tidak mengira reaksi Eyang akan seperti itu. Pandu dapat melihat dengan jelas Eyang sangat bersedih mendengar pertanyaannya. Saat melihat Bundanya sedang membaca majalah di ruang tamu, Pandu segera mendekatinya…

“ Bunda… tolong masuk ke kamarnya Eyang Dewi, tadi Pandu menanyakan photo tang dulu juga pernah Pandu tanyakan kepada Bunda, kelihatannya Eyang Dewi sedih sekali… Pandu takut Eyang jadi sakit.”

“ Ya ampun Pandu, bunda kan sudah bilang jangan sekali-kali menanyakan semua itu sama Eyang…”

“ Maafkan Pandu Bun, Pandu tidak mengira sama sekali kalau akibatnya akan seperti ini.”

“Ya sudah jangan kamu ulangi lagi, Bunda mau ke kamar Eyang,,, mungkin Eyang sekarang membutuhkan Ibu.”

Bunda masuk ke dalam kamar Eyang Dewi, dilihatnya Eyang sedang menangis…

“ Eyang… sedang kurang enak badan ya? Mau saya pijit Eyang? biar lebih enak badannya…” Kata Bunda, tanpa menunggu persetujuan, dia langsung memijat badannya Eyang, sampai Eyang benar-benar tertidur. Bundanya Pandu sangat menyayangi Eyang Dewi, sudah puluhan tahun lamanya dia selalu sabar mendampingi Eyang Dewi.

******

Semua yang dialaminya diceritakannya kepada Sania, penyesalannya karena telah membuat Eyang Dewi bersedihpun diceritakannya…

“ Sayang… aku betul-betul merasa menyesal sudah membuat Eyang Dewi menangis.”

“ Ya ampun… masa sih kamu sampai membuat Eyang Dewi menangis? Memang kamu sudah melakukan apa?”

“ Photo itu sayang… saat Eyang sedang membuka-buka album, aku menanyakan photo yang kamu bawa itu, eh reaksi Eyang gak aku kira sama sekali, dia langsung masuk kamar dan kulihat dia menangis.”

“ Kasihan banget Eyang, sudah ah… mulai sekarang kita gak usyah lagi menanyakan masalah Tante Laras lagi. Aku takut Eyang malah jadi sakit.”

“ Iya… mulai sekarang kita jangan lagi menanyakan tentang tante Laras. Lagi pula aku juga sudah mendapatkan pengakuan dari Eyang Dewi kalau Tante Laras adalah anaknya”

“ Sebetulnya aku juga sudah mendapatkan pengakuan dari Bu Dewi kalau Eyang Dewi adalah ibunya, malah aku disuruh untuk mengamati Eyang Dewi, terutama tentang kesehatannya.”

“ Tapi kenapa mereka berdua tidak mau saling bertemu ya?” Tanya Pandu

“ Ya sudah lah…gak usyah lagi kita mencari tahu tentang semua itu… kasihan Eyang Dewi.”

“ Siap… cukup sampai di sini.”

“ Oke… janji..”

Mereka berdua saling berjabat tangan, dan memliki kesepakatan untuk tidak melanjutkan penyelidikan lagi tentang Eyang Dewi dan Tante Laras atau Bu Dewi.

Bersambung…

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ditunggu lanjutannya bu

22 Jun
Balas

Siap...terima.ksh ya

23 Jun

Hebat, lanjut

22 Jun
Balas

Siap bu...barokallah

23 Jun

Hebat, lanjut

22 Jun
Balas

Hebat, lanjut

22 Jun
Balas

Hebat, lanjut

22 Jun
Balas

Hebat, lanjut

22 Jun
Balas

Lanjutin bun...

22 Jun
Balas

Siap....terima kasih atas kunjungannya

22 Jun



search

New Post