Ely Rositawati

A mom, a teacher, books lover, loves being around with children...

Selengkapnya
Navigasi Web

Garuk-garuk layar gawai akibat nonton Drakor, The world of The married.

Pecinta drama Korea mungkin sudah tak asing dengan drama berjudul tersebut di atas. drama dengan tema perselingkuhan paling keji, katanya.

Saya sendiri tadinya tidak terlalu mengikuti drama ini, karena belum ngeh saat pertama kali tayang. Ngeh dan jadi penasaran dengan jalan ceritanya saat blurpnya sering mucul di time line salah satu akun medsos saya. Kepo dan penasaran, akhirnya ikutanlah mantengin drama ini di youtube.

Ternyata memang si tokoh utama (JI Sun Woo atau Dokter Ji) dalam drama ini sungguh mempunyai nasib yang mengenaskan, hiks.

Okay, saya gak akan bahas jalan cerita atau sinopsis dari Drakor ini. Sila saksikan sendiri dan get that feeling, bagaimana rasanya pingin garuk-garuk layar gawai (saya nonton dari HP), dan bagaimana gemasnya emosi kita dipermainkan oleh alur cerita.

Yang saya ingin bahas adalah tentang pesan moral dari drama ini. Saya pikir hanya orang-orang yang punya karakter raja tega yang tega mematikan rasa dan bisikan hati nuraninya untuk menjadi cheater, berani berkhianat, menghianati orang yang tulus menyayangi kita, yang menemani hidup kita sepanjang masa pernikahan, mengorbankan hampir sebagian besar waktunya untuk orang yang bersatus pasangan hidup. Lalu kita membalasnya with that ena ena di atas rasa sakitnya. Sikap mencinta yang dibalas dengan irisan silet langsung ke hati, perih gak sih :'(

Pesan moral lainnya adalah bagaimana perselingkuhan menghancurkan banyak hal. Baik orang yang berkhianat maupun yang dikhianati, terutama bagi pasangan yang sudah mempunyai anak, mereka bertanggung jawab pada mental anak-anak yang melihat perselingkuhan orang tuanya. Anak-anak adalah korban dari keegoisan para orang dewasa, mereka, mau tidak mau harus menerima efek dari setiap pertengkaran, kekejian perilaku memalukan yang terjadi di depan mata, dan itu akan membentuk karakter mereka di masa depan.

Ah lebay, ini kan cuma film, kisahnya fiktif, gak usah diambil hati, begitu kata para realist. Eits, jangan salah mas bro, hampir sebagian besar drama yang fiktif-fiktif dan lebay-lebay itu diambil dari drama-drama di dunia nyata yang benar-benar terjadi. Dibuat film dan di perankan oleh para aktornya itu untuk menjadi tontonan agar bisa diambil hikmahnya, oleh kita si penonton. Bukankah memang pada dasarnya kita adalah penonton bagi sebagian kehidupan orang lain. Entah itu sebagai inspirasi buat kita, sebagai pelajaran yabg bisa kita ambil hikmahnya, atau sebagai bahan nyinyiran.

Hehe, ngomong opo tho saya ini, mohon maaf ya gurusianers. Hanya sedang belajar menuangkan rasa gemas akibat drama Korea. Yang jelas semoga kita dapat ambil hikmah dari setiap tontonan yang sudah menyita waktu kita, jadi tidak terbuang sia-sia waktu kita itu.

Baiklah cukup sekian opini dari saya dan terimakasih gurusiana.

Stay safe, stay positive think.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post