Ely Rositawati

A mom, a teacher, books lover, loves being around with children...

Selengkapnya
Navigasi Web
Happiness Only Real When Shared

Happiness Only Real When Shared

Film "INTO THE WILD"

Salah satu film yang ingin saya rekomendasikan untuk para gurusianer. Film lawas yang punya kedalaman makna dan membuat saya tercenung lama setelah selesai menontonnya. Berdasarkan kisah nyata dari seorang pemuda bernama Christopher McCandles, film ini membuat saya akhirnya mencoret-coret jurnal saya yang lama tak tersentuh, dan jadilah tulisan ini. Jasad McCandles ditemukan oleh sekawanan pemburu di padang Alaska yang awalnya terheran-heran menemukan sebuah bis rusak yang entah bagaimana caranya bisa terparkir begitu saja di tengah luasnya padang salju dan pepohonan. Dan mereka lebih terkejut lagi ketika melihat ada mayat di dalamnya. Beserta sebuah buku catatan harian, dan sebuah kalimat yang tertulis di salah satu lembaran kertasnya "Happiness only real when shared". Yang membuat Seorang Christopher McCandless terkenal adalah novel biography berjudul "Into the Wild". Ditulis oleh Jon Krakauer. penulis asal Amerika yang terkesan dengan kisah hidup McCandless, lalu mengadakan riset dan menapaki jejaknya sampai ke Alaska. Sang penulis pun ikut merasakan kesendirian yang dialami tokoh dalam bukunya tersebut. Beginilah ceritanya : Hidup dalam kemapanan dan semua yang seba mudah tidak membuat McCandless puas. Ada spirit kebebasan yang ingin ia temukan. Semacam pencarian untuk memenuhi sesuatu dalam hatinya yang terasa kosong. Lulus dari Universitas Emory dengan nilai tertinggi, kegemilangan seharusnya akan menjemput di depan mata. Berasal dari keluarga menengah kelas atas yang mapan, mempunyai nominal tabungan yang sangat tidak sedikit, kehidupan sosial yang baik dengan sekitarnya, adik perempuan yang lucu dan sangat menyayanginya, tidak menghentikan pemuda bernama McCandless mencari sumber kehampaan. Sampai suatu peristiwa membuka kedok sang ayah, yang ternyata mempunyai istri lain, menjadi pemicu untuk MCCandless pergi mencari kedamaian dan "kebahagiaan" yang ia definisikan sebagai lepas dari aturan, rutinitas dan materi. Bertualanglah McCandless dengan melepas semua yang ia miliki : keluarganya, uangnya yang ia donasikan seluruhnya ke yayasan amal, adik tersayangnya, dan bahkan namanya sendiri yang ia ganti menjadi Alexander Supertramp. Ia mulai berkelana dengan nama baru. Menjalani berbagai peristiwa yang selalu ia maknai ke dalam catatan-catatan kecil di bukunya. Menemukan tempat-tempat baru, bertemu dengan orang-orang baru, pengalaman baru yang membuatnya semakin kaya akan kedalaman hidup. Mereka yang ia temui berperan dalam karakter mereka masing-masing menjadi pendewasa karakter Chris McCandless yang masih terus mengembara menuju alam liar, definisi kebebasannya. Ada beberapa kalimat inspiratif dari catatan Christopher McCandless yang bisa kita renungkan: "When You want something in life, you just gotta reach out and grab it!" (Bila kita menginginkan sesuatu dalam hidup, kita harus mengulurkan tangan dan meraihnya!) "If we admit that human life can be ruled by reason, then possibility of life is destroyed" (Jika kita mengakui bahwa kehidupan manusia dapat diatur dengan akal, maka kemungkinan hidup akan hancur) You are wrong if you think that the joy of life comes principally from the joy of human relationships. God's place is all around us, it is in everything and in anything we can experience. People just need to change the way they look at things." (kau salah jika berpikir bahwa hanya bisa bahagia karena hubungan dengan sesama manusia. Tuhan ada dimana-mana. Manusia hanya perlu mengubah cara pandang mereka dalam melihat sesuatu." Singkat cerita, berhasilkan McCandless si pemuda berusia 23 tahun in menemukan kebahagiaan untuk mengisi kekosongan dalam hidupnya? Saat bertemu dengan sebuah keluarga hippies, ia merasa menemukan apa yang ia cari, kehangatan keluarga, dan cinta seorang gadis. Tapi McCandless mengelak, dan memilih meneruskan perjalanannya. Lalu ia bertemu lagi dengan seorang kakek sebatang kara yang keluarganya habis dibunuh perampok, sang kakek mengajarinya ketrampilan menyamak kulit, salah satu ketrampilan yang bisa dipergunakan di alam bebas, dan sang kakek pun dangan tulus memintanya untuk tinggal dan berharap si pengelana ini berhenti mengembara dan menjadi cucu angkatnya. Lagi-lagi McCandless menolak. Kemudian sampailah ia. Setelah berjalan puluhan mil, McCandless bersorak kegirangan saat berhasil tiba di Alaska dengan segala perjuangannya; dipukuli polisi karena tidak mempunyai kartu identitas, bersusah payah menaiki kano menyebrang sungai dengan arus yang deras, dan kembali berteriak senang saat menemukan bis (ia sebut sebagai magic bus) di tengah hutan alaska yang akhirnya menjadi tempat tinggalnya selama 113 hari. Alexander Supertramp alias Christopher McCandless benar-benar menemukan apa yang ia cari. Hidup bebas di alam liar. Into the wild. Kebahagiaan yang ia nikmati sendiri, tanpa gangguan manusia lain, tanpa telephone, tanpa kompas, semua ia jalani sesuai dengan idealisnya dalam mencari kebebasan dan kebahagiaan, hanya ia dan alam. Lupa ia bahwa alam tidak akan bisa ditaklukkan. Lalu datanglah masa itu, persediaan makanannya semakin menipis, dan ia merasa harus kembali pulang. Sebuah kesadaran dan beberapa pertanda membuatnya merasa harus kembali ke dunia nyata. Tapi sungai yang menjadi satu-satunya penghubung antara dirinya dan dunia nyata gagal ia sebrangi. Arus airnya sedang sangat deras karena mulai mencairnya es di seluruh Alaska. McCandless hanya bisa memandang dengan pasrah topi merah yang ia tancapkan di seberang sungai sebagai penanda tempatnya pulang. Ia kembali dalam keadaan letih dan lapar ke "magic Bus" nya. Tempat perlindungan yang juga menjadi tempatnya bertemu dengan sang ajal. Dalam perjuangannya bertahan hidup, menanti arus air sungai kembali surut (yang tak sampai ia temui), McCandless menemukan kesadaran bahwa ia telah meninggalkan banyak orang yang mencintainya. Adiknya, sang ayah, sang ibu, dan mereka yang menawarkan cinta. Satu persatu mulai terbayang dalam pemikirannya. Dan kesadaran menghampiri, bahwa kebahagiaan tidak bisa ia rasakan sendiri. Kebahagiaan hanya terasa ada saat ia bisa berbagi rasa itu dengan orang lain. "Happiness only real when shared". Ia tulis kalimat tersebut dengan tangan gemetar dan rasa sakit karena racun dari tanaman yang ia makan mulai menjalari tubuhnya. Hidup Seorang McCandless berakhir. Di tengah perjalanannya mencari makna hidup, yaitu kebahagiaan, yang ia kira ada dalam pelarian dari realita di sekelilingnya. Tragis dan sendirian. Sia-sia? Ah, setidaknya kematiannya bukanlah sebuah kematian yang sia-sia. Ada hikmah yang bisa kita petik dari catatan-catatannya. dan sebuah pembelajaran dari kisah hidupnya, bahwa hidup akan lebih bermakna saat kita berbagi kebahagiaan dengan orang-orang di sekeliling kita. Sumber Tulisan; Film Into The Wild Tahun 2007.
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post