Ely Rositawati

A mom, a teacher, books lover, loves being around with children...

Selengkapnya
Navigasi Web

Koneksi Antarmateri - Modul 3.1. Pengambilan Keputusan berbasis Nilai-Nilai kebajikan

oleh : Ely Rositawati, S.Pd

CGP angkatan 7 kab. Bogor - Jawa Barat

Tujuan Pembelajaran Khusus:

CGP membuat kesimpulan (sintesis) dari keseluruhan materi yang didapat, dengan beraneka cara dan media. CGP dapat melakukan refleksi bersama fasilitator untuk mengambil makna dari pengalaman belajar dan mengadakan metakognisi terhadap proses pengambilan keputusan yang telah mereka lalui dan menggunakan pemahaman barunya untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan yang dilakukannya.

“Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best”

(Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik) - Bob Talbert

Sebagai seorang guru tentu kita memahami bahwa adab lebih tinggi daripada ilmu. Mengajarkan anak didik kita tentang pengetahuan saja tanpa menanamkan nilai-nilai kebajikan dan moral bukanlah sebuah Pendidikan. Karena kepintaran tidak ada artinya apabila seseorang tidak memiliki adab (etika). Ilmu menjadi berbahaya bagi pemiliknya dan orang lain karena tidak dihiasi budi pekerti atau akhlak. Dengan budi pekerti dan karakter yang baik maka ilmu yang dimiliki seorang manusia tentu akan menjadi baik. Dapat berguna bagi diri dan lingkungannya, menghantarkannya menuju keselamatan serta kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Tugas kita sebagai pendidik tentulah harus menjadi cerminan dari nilai-nilai kebajikan yang kita ajarkan. Menjadi role model dalam keseharian bagi seorang pendidik tentu adalah sebuah keharusan. Sebagai pendidik kita mengemban tanggung jawab itu. Bagaimana karakter-karakter baik itu adalah kita, menjadi suri tauladan dan panutan sehingga dapat dengan jelas mereka melihat karakter dan nilai-nilai kebajikan itu nyata adanya, bagi anak didik kita dan lingkungan sekitar. Menjadikan nilai-nilai kebaikan sebagai fondasi kita dalam bertindak dan mengambil keputusan, tentu akan terlihat dan menjadi inspirasi bagi mereka. Dengan mempertimbangkan prinsip dan nilai-nilai kebajikan maka keputusan yang diambil akan menjadi masuk akal dan sesuai dengan norma dan etika.

Sejalan dengan kutipan di bawah ini :

Education is the art of making man ethical (Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis) ~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~

Dapat dinyatakan bahwa pendidikan merupakan suatu proses menuntun anak didik kita untuk menguatkan karakter-karakter baiknya, memunculkan nilai-nilai budi pekerti sehingga tercipta generasi yang memiliki nilai moral, kebajikan dan kebenaran untuk menjalankan kehidupannya secara individu maupun sosial. Hal ini tentu akan berdampak pada peradaban sebuah negara, dimana sumber daya manusianya adalah manusia-manusia dengan adab dan ilmu yang seimbang dan kuat, sehingga tercipta sebuah negara dengan peradaban yang maju, negara dengan karakter yang humanis dan memanusiakan manusianya.

Sebagai seorang pendidik atau pemimpin pembelajaran tentu kita harus memahami prinsip dan nilai-nilai tersebut untuk pengambilan keputusan. Berikut adalah rangkuman dari koneksi antar materi modul 3.1 tentang pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan:

Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Pratap triloka dalam filosofi pendikan Ki Hajar Dewantara adalah Ing Ngarso Sung Tulodho (didepan menjadi tauladan), Ing Madya Mangunkarsa (ditengah memberi semangat), Tut Wuri handayani (dibelakang memberikan dorongan). Nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin pendidkan atau guru sudah termaknai dalam Pratap triloka ini, yaitu menjadi tauladan, memeberi semangat atau motivasi dan dan memberikan dorongan atau dukungan bagi anak didiknya. Makna dari pratab triloka dalam filososfi Pendidikan KHD adalah seorang pemimpin pembelajaran harus mampu perperan dalam 3 hal itu, yaitu menjadi tauladan, menjadi motivator dan menjadi pendorong bagi Kemajuan murid-muridnya. 3 hal inilah yang menjadi landasan bagi seorang guru atau pemimpin pembelajaran dalam setiap pengambilan keputusan yang berpihak pada murid. Sehingga menjadikan mereka manusia – manusia yang bernilai dan dapat memaknai nilai-nilai kebajikan dalam Pancasila (profil Pelajar Pancasila). Menjadikan mereka generasi yang beradab dan berbudi pekerti luhur yang sesuai dengan norma-norma kebaikan dalam Pancasila.

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Disadari atau tidak setiap keputusan yang kita ambil tentu berdasarkan prinsip-prinsip yang kita anut sebagai nilai-nilai yang tertanam dalam pemikiran kita dan menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Jika prinsip yang kita anut dangkal dan hanya berlandaskan ego kita semata tentu keputusan yang yang diambil bukanlah keputusan yang bijak, karena syarat pengambilan keputusan sebagai seorang pendidik (pemimpin pembelajaran) harus berlandaskan 3 hal, yaitu berpihak pada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan dan bertanggung jawab pada apapun konsekuensi dari keputusan yang diambil.

Dalam pengambilan keputusan ada banyak nilai-nilai yang bersinggungan, entah itu nilai kebenaran melawan ketidakbenaran, atau kebenaran melawan kebenaran. Tentunya diperlukan nilai- nilai kebajikan yang kuat sebagai landasan bagi kita sebagai pemimpin dalam mengasah keterampilan untuk memgambil keputusan yang berpinsip dan bernilai sesuai etika dan moral.

Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Dalam pengambilan keputusan yang sudah kita ambil yang berkaitan dengan kegiatan ‘coaching” Bersama pendamping atau fasilitator, pastinya keputusan tersebut berdasarkan hasil penggalian dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul, yang tentunya jawabannya adalah hasil dari refleksi diri kita sendiri. Pertanyaan yang diajukan coach untuk kita menjadi pemicu atau stimulus bagi jawaban yang keluar dari hasil pemikiran kita sendiri. Tentu saja jika ada pertanyaan-pertanyaan dari dalam diri yang menandakan ketidakpuasan kita akan kefektifan keputusan yang sudah diambil tentu akan dijadikan evaluasi untuk tindakan selanjutnya. Karena pada dasarnya proses coaching adalah komunikasi selaras yang memberikan peluang bagi seorang coachee dalam menemukan kekuatan dan potensi dari dirinya sendiri.

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Ada 5 kompetensi sosial emosional yang harus dimiliki seorang guru, yaitu :

· Kesadaran diri

· Manajemen diri

· Kesadaran social

· Keterampilan berelasi

· Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

Guru yang mampu mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya memiliki kepekaan terhadap perasaan dan aspirasi siswa, sehingga dapat memahami sudut pandang mereka dan bertindak secara empatik. Hal ini akan sangat membantu guru dalam menghadapi masalah dilema etika. Dalam kasus dilema etika, guru perlu mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk nilai-nilai fundamental yang dianut oleh siswa, nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat, kepribadian siswa, dan faktor-faktor yang berkaitan dengan situasi spesifik yang dihadapi.

Seorang guru yang kemampuan sosialnya baik akan dapat berinteraksi dengan siswa, dan dapat menggali informasi tentang apa yang mereka pikirkan dan rasakan tentang masalah tersebut. Dengan cara ini, guru dapat mempertimbangkan sudut pandang mereka dalam pengambilan keputusan.

Memiliki pemahaman dan kemampuan sosial emosional yang baik juga dapat membantu guru dalam membangun hubungan positif dengan siswa, yang akan membantu mengatasi masalah dengan cara yang konstruktif dan saling menghargai. Oleh karena itu, guru yang mampu mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan lebih efektif dalam mengambil keputusan dalam kasus dilema etika dan situasi sulit lainnya.

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Secara umum, ketika membahas masalah moral atau etika dalam sebuah studi kasus, seorang pendidik harus mengutamakan keselamatan dan kesejahteraan peserta didik serta mengedepankan nilai-nilai seperti kejujuran, integritas, dan tanggung jawab.

Seorang pendidik harus selalu memperhatikan konteks dan dampak dari keputusan dan tindakan yang diambil. Terkadang, dapat terjadi situasi di mana dua nilai yang sama-sama penting dalam prinsip moral atau etika muncul dalam konflik. Misalnya, ketika sebuah keputusan mengenai solidaritas dan otonomi yang diberikan peserta didik harus dilakukan.

Dalam hal ini, seorang pendidik harus mempertimbangkan tujuan utama pendidikan, yaitu membantu peserta didik untuk menjadi pribadi yang baik, bertanggung jawab, dan memiliki kemampuan untuk berkontribusi pada masyarakat. Selain itu, perlu juga untuk mengacu pada etika profesional dalam bidang pendidikan yang telah ditetapkan oleh institusi atau lembaga yang bersangkutan.

Kesimpulannya, seorang pendidik harus selalu menghadapi masalah moral atau etika dengan hati-hati, mempertimbangkan nilai-nilai yang dianut serta tujuan dan prinsip moral yang mendasari pekerjaannya sebagai seorang pendidik.

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat adalah sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan meliputi:

1. Mempertimbangkan dampak keputusan - Hal yang penting adalah mempertimbangkan dampak dari setiap keputusan. Keputusan yang diambil haruslah mempertimbangkan konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang, serta mencoba menghindari dampak negatif.

2. Melibatkan semua pihak terkait - Penting untuk melibatkan semua pihak yang terkait dengan masalah yang akan diambil keputusan. Dalam hal menciptakan lingkungan yang kondusif, hal ini bisa berarti melibatkan orang-orang yang akan tinggal dan aktif di lingkungan tersebut untuk memberi masukan dan perspektif yang berbeda-beda.

3. Menjaga keadilan - Setiap keputusan yang diambil haruslah adil bagi semua orang yang terlibat. Ini termasuk keputusan yang berkaitan dengan redistribusi sumber daya, penentuan aturan, dsb.

4. Mengambil keputusan yang berkelanjutan - Keputusan yang diambil harus mempertimbangkan lingkungan dan memiliki dampak yang berkelanjutan bagi generasi selanjutnya.

Jika semua hal ini diperhatikan dalam pengambilan keputusan, maka kemungkinan besar lingkungan yang diciptakan akan menjadi lebih positif, kondusif, aman, dan nyaman karena setiap keputusan yang diambil akan didasarkan pada faktor-faktor yang penting untuk menciptakan lingkungan yang baik untuk semua orang.

Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan yang dihadapi dalam menjalankan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika sangat kompleks dan beragam. Berikut adalah beberapa tantangan di lingkungan yang saya hadapi dalam menjalankan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika dan kaitannya dengan perubahan paradigma yang terjadi:

· Perubahan paradigma yang saya hadapi mengacu pada pergeseran fokus dari pendidikan tradisional ke pendidikan yang lebih inovatif dan mencakup semua aspek yang relevan dengan kehidupan nyata. Ini termasuk kesadaran akan hak-hak manusia, keterampilan lingkungan hidup, keberlanjutan, dan kerja sama global. Pendidikan yang lebih inovatif dan inklusif harus mempertimbangkan nilai-nilai universal seperti kemandirian, kerjasama, dan partisipasi. Namun, tantangan besar dalam hal ini adalah memastikan bahwa setiap siswa memiliki akses penuh ke pendidikan dan kompetensi yang cocok dengan kebutuhannya.

· Budaya Siswa dan Lingkungan Keluarga. Budaya siswa dan lingkungan keluarga yang berbeda-beda terkadang menjadi hambatan dalam merumuskan keputusan terhadap kasus dilema etika. Nilai dan praktik yang berbeda dapat menghasilkan perspektif yang beragam dan cara berpikir yang berbeda. Oleh karena itu, sebaagai guru, saya berusaha memahami budaya siswa dan lingkungan keluarga untuk membuat keputusan yang etis dan tepat.

· Kecanggihan Teknologi. Tantangan terakhir yang perlu diatasi adalah kecanggihan teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan dilema etika. Ini termasuk penggunaan kelompok diskusi online dan media sosial, yang dapat membantu dalam memahami perspektif orang lain. Namun, implikasi etis dalam kegunaan teknologi masih menjadi masalah, seperti privasi, efek negatif dan keamanannya.

Dalam kondisi yang kondusif, lingkungan pendidikan haruslah menciptakan kondisi yang mendukung keputusan-keputusan etis yang tepat. Oleh karena itu, sebagai pelaku dalam dunia Pendidikan saya berusaha beradaptasi dengan perubahan paradigma yang terjadi agar dapat mengambil keputusan yang benar dan tepat sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi.

Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengambilan keputusan yang tepat oleh seorang guru dapat mempengaruhi pengajaran yang memerdekakan murid-muridnya. Dalam pengambilan keputusan tersebut, seorang guru harus mempertimbangkan kemampuan, minat, dan karakteristik individu murid untuk menentukan strategi pembelajaran yang efektif dan memerdekakan mereka. Saat murid merasa diberikan kebebasan untuk berpikir dan bertindak mandiri dalam pembelajaran, mereka akan lebih termotivasi untuk belajar dan meningkatkan prestasi akademiknya.

Untuk memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid yang berbeda, seorang guru harus melakukan pengamatan dan evaluasi terhadap setiap murid, menerapkan pembelajran berdiferensiasi, dan juga dapat menggunakan berbagai metode pembelajaran dan kegiatan yang berbeda sesuai dengan kemampuan dan minat murid. Selain itu, penggunaan teknologi dan media pembelajaran yang interaktif dan menarik juga dapat membantu guru dalam memfasilitasi pembelajaran yang memerdekakan murid-muridnya.

kesimpulannya, pengambilan keputusan yang tepat dalam pembelajaran dapat mempengaruhi pengajaran yang memerdekakan murid-muridnya. Seorang guru harus mempertimbangkan individualitas dan kebutuhan khusus setiap murid untuk menentukan strategi pembelajaran yang efektif dan memerdekakan.

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Seorang pemimpin pembelajaran yang bijak dalam mengambil keputusan dapat memiliki dampak positif yang signifikan pada kehidupan dan masa depan murid-muridnya. Berikut adalah beberapa contoh:

· Memotivasi murid-murid: Seorang pemimpin pembelajaran yang memotivasi dapat membuat murid-muridnya mengembangkan kepercayaan diri mereka dan memotivasi mereka untuk berprestasi lebih tinggi. Ini dapat membantu murid-murid mengembangkan keterampilan baru atau menemukan bakat yang mereka miliki.

· Meningkatkan kinerja akademis: Seorang pemimpin pembelajaran yang dapat mengambil keputusan yang tepat dalam menentukan kurikulum dan metode pengajaran yang efektif dapat membantu meningkatkan kinerja akademis murid-murid.

· Mengembangkan keterampilan sosial dan emosional: Seorang pemimpin pembelajaran yang dapat membantu membentuk hubungan harmonis antara murid-murid dan mempromosikan keterampilan sosial dan emosional dapat membantu meningkatkan kesejahteraan emosional dan sosial murid-muridnya.

· Membentuk karakter: Seorang pemimpin pembelajaran yang mempertimbangkan nilai-nilai karakter dapat membantu murid-murid untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan menghargai nilai-nilai moral dan etika.

· Mempersiapkan untuk masa depan: Seorang pemimpin pembelajaran yang dapat membantu memperkenalkan murid-murid pada karir di bidang yang mereka minati dan memberikan bimbingan pada saat mereka mencari opsi pendidikan setelah lulus dapat membantu murid-murid untuk mempersiapkan masa depan mereka secara lebih baik.

Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan yang dapat saya Tarik dari pembelajaran dalam modul ini adalah dalam mengambil keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran, sangat penting untuk berbasis nilai-nilai kebajikan seperti kejujuran, integritas, dan empati. Hal ini akan membantu kita mempertimbangkan tidak hanya keuntungan pribadi, tapi juga dampaknya pada orang lain.

Kaitannya dengan materi pada modul sebelumnya yaitu, sebagai seorang pemimpin pembelajaran setiap keputusan yang yang diambil harus berpihak pada murid sesuai dengan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, bertjujuan untuk memerdekakan dan pencapaian keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya selain itu guru sebagai pemimpin pembelajaran secara sadar mengambil keputusan bijak, dengan mengedepankan regulasi kesepakatan kelas, keyakinan kelas untuk mewujudkan karakter dan budaya positif dalam kelas. Sedangkan dalam proses pembelajaran perlu diterapkan Pembelajaran diferensiasi yang merupakan salah satu bentuk merdeka belajar, karena dengan pembelajaran berdiferensiasi maka kebutuhan murid terpenuhi sesuai bakat, minat dan kecenderungan gaya belajarnya.

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Ada 4 paradigma pengambilan keputusan, yaitu :

· Individu lawan masyarakat

· kebenaran lawan kesetiaan

· keadilan VS belas kasihan

· Jangka Pendek VS jangka Panjang

Ada 3 prinsip mengambil keputusan, yaitu:

· berfikir berbasis akhir

· berfikir berbasi aturan

· berfikir berbasis rasa peduli

Ada 9 tahapan pengambilan dan pengujian keputusan, yaitu:

· Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan

· Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini

· Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini

· Pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulasi, uji instuisi, uji publikasi, uji panutan/idola)

· Pengujian paradigma benar atau salah

· Prinsip pengambilan keputusan

· Investigasi tri lema

· Buat keputusan

· meninjau kembali keputusan dan refleksikan

Hal-hal yang menurut saya diluar dugaan adalah ternyata dalam pengambilan keputusan ada banyak tahap yang dilakukan untuk pengambilan keputusan, bukan hanya berdasarkan pemikiran saya saja namun perlu melihat 4 paradigma, 3 prinsip dan melakukan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan.

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelum mempelajari modul ini saya pernah mengambil keputusan dalam situasi moral dilemma, namun tidak mengikuti 9 tahapan pengambilan dan pengujian keputusan, tidak mengetahui teori tentang paradigma dan prinsip pengambilan keputusan.

Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Dampak dalam mempelajari konsep ini adalah adanya perubahan persepsi saya dalam mengambil keputusan. Tidak hanya berdasarkan pemikiran saya saja tapi juga berdasarkan ilmu dan prinsip serta tahapan dalam pengambilan keputusan yang berbasis nilai-nilai kebajikan kepemimpinan.

Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Sebagai seorang individu dan pemimpin pembelajaran sangat penting bagi saya mempelajari topik pada modul 3.1 ini. Karena dari sini saya memahami bahwa keputusan yang diambil harus sesuai dengan paradigma yang berlaku, memahani teori tentang pengambilan keputusan dan bagaimana menerapkannya, sehingga keputusan yang saya ambil menjadi lebih bijak, berpihak pada murid dan siap bertanggung jawab pada konsekuensi yang dihadapi nantinya.

Sekian dari saya. Salam dan Bahagia.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post