Elyusra Ulfah

Elyusra Ulfah nama lengkapku, yusra panggilan keseharianku. Aku anak keempat dari empat bersaudara dari kedua orang tuaku Alm. H. Jam'an Karim Jum'ah dan M...

Selengkapnya
Navigasi Web

PERTUALANGAN MENEMBUS OMBAK DI TANAH SIKEREI

Pernahkah Anda ke tanah Sikerei? Tanah masyarakat adat Mentawai. Aku baru tiga kali ke sana. Mengunjungi keluarga kakak yang tinggal di Mentawai. Butuh waktu sekitar 10 jam perjalanan padang–mentawai dengan jalur laut. Itupun dengan menggunakan kapal feri. Ada beberapa kapal feri yang berangkat menuju mentawai, diantaranya kapal ambu-ambu, kapal gambolo dan kapal perintis, sesuai dengan jadualnya masing-masing.

Saat itu, 10 Agustus 2017, aku dan tim pengabdian masyarakat dari UIN Imam Bonjol Padang akan bertolak ke mentawai. Kami berangkat hari kamis. Sekitar jam 10.00, aku dan pak idris memasukkan kendaraan roda dua ke dalam kapal, lalu pulang. Kemudian sekitar jam 16.00 kami mesti berangkat menuju pelabuhan bungus untuk bersiap melanjutkan perjalanan ke tanah Sikerei. Sekitar jam 18.00 kapal ambu-ambu bergerak meninggalkan Pelabuhan Bungus. Pemandangan yang indah menyapa kami di awal perjalanan. Langit jingga dengan matahari yang mulai terbenam menambah indahnya perjalanan. Jejeran pepohonan kelapa di sepanjang jalan pelengkap keindahan sore itu. Tak lupa kami mendokumentasikan moment itu.

Pertualangan itupun bermula sehari setelah kami berada di tanah Sikerei. Dengan bermodalkan dua kendaraan roda dua yang dibawa dari Padang, kami berpetualangan diiringi rintikan hujan. Jalanan tanah liat yang licin kami lalui, belum lagi jalanan berlubang, dan jembatan kayu yang putus. Berkali-kali kaki aku berlepotan karena terperangkap dalam lumpur. Sampai akhirnya puncak pertualangan kami pada sore menjelang magrib itu adalah perjalanan menembus deburan ombak di perbatasan sipora utara dengan sipora selatan. Aku tak berani melewatinya. Lalu kakak aku bolak balik membantu menyeberangkan aku. Aku pikir deburan ombak yang dilalui hanya satu itu saja. Ternyata aku salah. Masih ada deburan ombak kecil berikutnya. Saat akan melewati deburan ombak kedua, aku memberanikan diri menyeberangi pinggiran pantai tanah sikerei seorang diri. Saat ombak tampak menyusut, aku buru-buru menjalankan kendaraan menyisiri pantai sebelum ombak besar datang menghampiri. Dengan nafas terengah-engah aku menembus ombak itu. Alhamdulillah berhasil.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ya nia... insya Allah pertualangannya akan dilanjutkan. Terasa enak memang menuliskan pengalaman yg dialami, potongan kisah di atas belum seberapa dibandingkan dg faktanya. Masih byk hal2 menarik & unik lainnya yg kami lalui saat berpertualan ke tanah sikerei. Tunggu bukunya terbit yaaa...

23 Mar
Balas

Keren bu, cerita tentang pulau memang sangat menarik bu, imajinasinya langsung keluar bu

22 Mar
Balas



search

New Post