EMI KULSUM

The more that you read, the more things you will know. The more that you learn, the more places you’ll go. —Dr. Seuss 😊✌🏾...

Selengkapnya
Navigasi Web

ASA YANG TERTUNDA

BANGKITNYA ASA RENANGKU

Oleh : Emi Kulsum, S.Pd

SMPN 1 Ngamprah

Rengekan tangis putri kecilku sungguh membuat pikiranku merasa terusik selaku orang tua yang ingin melihat anakya maju dan pintar. “ Umi..... Nazwa ingin belajar renang.” Kata-kata itulah yang selalu keluar dari mulut manis putri kecilku yang baru menginjak usia 5 tahun, kelucuan dan keluguannya membuat mataku nyaris tidak mau melepaskan tatapannya yang begitu suci bersih. “Apa benar Nak.... dirimu mau belajar renang?” Tanyaku penuh ketidakpercayaan. “Iya Umi, Aku ingin bisa renang agar bisa renang di tempat yang dalam kaya abie.” Begitulah celoteh putriku yang memanggil ayahnya dengan sebutan abie sambil tangan dia mempraktikkan gaya berenang yang sering dilihatnya yaitu gaya bebas dan gaya dada. “Yakin mau belajar renang?” Tanyaku lagi menyakinkan. “Iya betul Umi, Aku benar-benar ingin belajar renang.” Dengan penuh keyakinan putri kecilku menjawab pula.

Pada malam hari ketika kami sekeluarga berkumpul di ruang keluarga sambil bercerita ini itu, Aku membicarakan keinginan putri kecilku tdi siang kepada abie nya, setelah aku membicarakan pajang lebar tentang keinginan putri kecilku,suamiku sangat antusias sambil mengelus rambut putri kesayangannya, “Bener De... Kamu mau belajar renang?”

“Iya” Jawabnya cukup singkat sambil main STAC UNO karena kalau dengan abie nya putri kecilku merasa segan, tidak tahu kenapa apakah karena dia jarang berbicara atau apa, aku pun kurang begitu tahu alasan pastinya mengapa anak-anak begitu segan kepada abienya, yang jelas itulah suamiku yang punya aura menyegankan.

“Iya besok daftar saja private renang di brigif!” Kata suamiku.

“Nah, kalau mas zahran mau ikut private renang gak?” Suamiku bertanya kepada putra kami yag paling besar, usianya baru 8 tahun “Aku mah nggak ah.....aku takut air belum berani.” Kakaknya menjawab dengan penuh kekhawatiran. “Iya sudah kalau belum mau ikut private renang, nanti menyusul ya...!”

Keesokan harinya pukul 15.00 WIB. Sampai lah diriku mengantar buah hatiku private renang di brigif, putriku langsung didaftarkan dan mendapatkan seorang guru yang sangat sabar, beuliau bernama Pak Agus, Guru olahraga di SD Kabupaten Bandung Barat.

Anakku tiba tiba saja bilang, "Umi, belajar renang dong biar sama sama kita masuk air kan rame bisa balapan renang." penyataan itu membuat hatiku jleb seratus delapan puluh derajat, aku malu sama anakku yang memang emaknya g. Bisa apa apa. Bagiku renang merupakan olah raga yang bisa membuat bulu kudukku merinding. Bagaimana tidak, memasukkan kaki saja ke kolam membuatku kaki terasa menginjak bara api. Hal tersebut merupakan bagian dari rasa takutku terhadap air, belum sampai ke tahap pobia, hanya saja merasa takut yang begitu nyata, mungkin takut karena memang tidak bisa berenang. Intinya takut tenggelam.

"daripada duduk duduk dipinggir, makan terus lagi." kata anakku lagi. Kata-kata anakku membuka mata batinku seolah aku mendapat hidayah dari buah hatiku untuk belajar dan bangkit dari ketidakmampuan. "Baiklah Nak, umi akan belajar, mari kita belajar bersama asal Nazwa semangat ya... Belajar renangnya, karena umi juga semangat untuk belajar." Aku bilang seperti itu dengan hati penuh kegalauan, apakah aku sanggup belajar renang mana kala usiaku sudah menginjak 36 tahun, tapi ada bisikan juga di dalam relung batinku, pasti bisa, kalau manusia berusaha pasti bisa, aku pun teringat kepada janji Allah bahwa Allah tidak akan merubah suatu kaum apabila kaum tersebut tidak merubah dirinya sendiri. Berbekal keyakinan pada firman Allah tersebut aku memantapkan hati untuk belajar renang, ditambah lagi aku pernah mendapat keterangan dari sebuah hadist bahwa olahraga yang disunatkan oleh Rasul adalah renang, memanah dan berkuda.

Hari berikutnya di sekolah, Aku duduk bersebelahan dengan teman kerjaku namanya ibu Banu Nurderita, S.Pd. Beuliau guru olahraga lulusan dari UPI, sedang mengumumkan bahwa besok ada kegiatan renang bagian dari pembelajaran. Tempatnya di Panorama, pengumuman itu ditujukan bagi siswa yang akan mengikuti pembelajaran renang, hatiku langsung melonjak dan bilang ke beuliau, "Bu. Banu... Kira kira kalau aku mau belajar renang bisa g. Ya? Karena aku takut sekali sama air."

Beuliau mempunyai pengalaman yang luar biasa dalam bidang diving dengan santay nya menjawab, "Pasti bisa, saya juga sedang mengajar murid, dia seorang dokter yang sudah berusia 45 tahun."

"Beneran aku akan bisa nih?" Tanyaku lagi

"Gampang atuh."timpalnya . "Hayu besok sama anak anak." Katanya lagi

"Duh malu Bu. Aku kan belum bisa apa apa."

" kamu mah kudu pede atuh, kita belajar setelah anak anak pulang. " kata beuliau. "okay dech kalo begitu."

Dalam hatiku, masa iya saya belajar sendiri, aku pun mengajak teman teman yang lain yang mau belajar, waktu itu teman temanku ada yang mau belajar renang juga, jadi kami belajar tiga orang bersama rekan dari sekolah. Di hari pertama dengan pakaian renang seadanya dulu, belum memakai seragam renang, kami mulai belajar. Maklumlah kami ibu-ibu, sebelum masuk kolam renang kami sudah ketawa-ketawa membayangkan gimana jadinya, apakah kami sanggup belajar renang di usia yang tidak lagi muda. Hatiku terus meronta dengan pertanyaan-pertanyaan kegalauan.

Bu Banu mulai mengajarkan kami, beuliau menggunakan teknik pendekatan andragogik, suatu tekik mengajar kepada orang dewasa, dalam menyampaikan pembelajaran tata cara renang, beuliau mengawali dengan ilmu sugesti positif. “Tarik nafas yang kuat, lalu masukkan kepala ke air sambil keluarkan nafas dari mulut seraya meniup pelan, ulang terus beberapa kali sambil dirasakan dan nafas kita diatur dengan tenang!” Kami langsung mempraktikanya sampai kami merasakan nafas yang betul-betul stabil, Pelajaran berikutnya beuliau berkata kembali,”Lihatlah saya, bayangkan kita pulang dari tempat yang sangat jauh lalu ingin tidur dengan bebas tanpa beban apapun, ringankan badan kita tanpa beban apapun!” Itulah sugesti positif yang beuliau terapkan kepada kami sambil beuliau memperagakan seperti tidur diatas kasur saja, badannya mengambang dalam waktu yang cukup lama, melihat pemandangan tersebut, hatiku semakin yakin dan berkeinginan kuat ingin segera bisa renang. Kami memperaktikannya, bayangkan saja apa yang terjadi ternyata aku langsung tenggelam dan air kolam pun terminum, aku pun batuk batuk, untungnya kolam nya tidak begitu dalam hanya 150 CM. Sehingga sangatlah beruntung bagi diriku yang tinggi badan 170 CM tidak membuat dalam kolam tersebut melewati hidung saya, tapi tetap kalau tidak mengambang ya.. air kolam terminum juga.

“Ayo lakukan lagi dengan mensugesti diri seperti itu, pasti bisa!” Instruksi beuliau sangat jelas dan membuat aku percaya diri untuk segera bisa re nang. Aku terus mengulang dan terus berusaha agar badan rileks mengambang di air, setelah dicoba beberapa kali ternyata memang aku bisa mengambang di air. Girangnya hatiku. Setelah itu, beuliau memerintahkan lagi agar seluncur tanpa mengambil nafas ke atas. Yang terpenting dari seluncur itu kita sampai dari ujung kolam ke ujung kolam lagi, Itu pun sama dulang lagi sampai akhirnya saya bisa seluncur dari ujung ke ujung melebar tanpa mengambil nafas. Instruksi berikutnya beuliau memerintahkan agar tangan yang digerakkan, itu pun saya ikuti dan terus berlatih sampai saya bisa, instruksi terakhr adalah beuliau memerintahkan saya agar menggerakkan kaki layaknya gerakan seperti katak. Semua instruksi itu butuh proses, sehingga untuk mempelajari semua instruksi tersebut saya mempelajarinya sampai 4 kali pertemuan dari beuliau sisanya saya mempelajari sendiri sambil melancarkan ketika mengantar anak private renang.

Man Jadda Wa Jadda, Siapa yang mempunyai kemauan keras pasti akan menemukan jalan. Itulah kalimat sakti bagiku, setelah sekian lama kurang lebih 6 bulan ajaibnya aku sudah bisa menguasai teknik gaya dada, sempurna seratus persen sih belum tapi setidaknya saya sudah berani dilombakan dengan rekan-rekan yang sama-sama punya hobi renang. Hasilnya pun aku bisa mengimbangi teman-teman dan berada pada urutan runner up. Bahagianya diriku ini, suamiku juga sangat bangga dengan pencapaian prestasiku ini, sampai-sampai aku sekarang sudah mulai “sakau” dengan kegiatan renang ini, aku sudah mulai berani berenang di kedalaman 250 CM, aku rutin renang seminggu sekali bersama anak-anak juga suami, jadi liburan kami memang setiap minggunya pasti di kolam renang, Selain biayanya relatif murah, sekaligus kami bisa olahraga bersama keluarga juga bisa bercegkrama begitu hangat ketika berada di kolam renang. Kami pun sering mengunjungi kolam renang yang tersebar di Bandung Barat, Cimahi juga di Kota Bandung.

Bersama dengan Guru renangku, Ibu Banu Nurderita, S.Pd.

Aksi Bebasku di Kolam Renang

Kompaknya Bersama Rekan di Kolam Renang

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

swimming is good.sport. olahraga segala usia. salam olga,Bun!

04 Dec
Balas

Kereeen bund, aku takut. Sukses selalu dan barakallah

04 Dec
Balas



search

New Post