#tagur-363

HUJAN DAN MATI LAMPU

oleh : EMILIA TRIAS ANANDA

Saat ini hujan deras di luar. Ditambah mati lampu. Baru itu saja rasanya sudah bagaimana. Tak terbayangkan penderitaan saudara-saudara kita di Turki dan Suriah saat ini. Gempa dahsyat bermagnitudo 7,7 yang mengguncang Turki hingga Suriah pada Senin kemarin menyisakan duka yang mendalam.

Di luar masih hujan. Semakin deras malah. Begitupun aliran yang terputus sejak hujan mengguyur kota biru ini. Teringat ketika anak-anak masih bocah pas mati lampu dan hujan turun. Kami akan berkumpul secara spontan di ruang keluarga. Mengitari nyala lilin dan temaram senja yang mulai hilang berganti gelap. Ada yang membawa selimut. Ada yang bawa bantal. Lalu tiduran di atas karpet yang dibentangkan.

Rindu suasana itu. Beda sekarang. Tak ada yang melontarkan teka-teki garing. Tak ada yang sibuk mencari nama buah-buahan berawalan huruf A. Tak ada yang jahil diam-diam meniup lilin ketika menemani saudaranya ke kamar mandi untuk berwudhu. Rindu….

Katanya ketika hujan itu ada adalah 1% air dan 99%nya lagi kenangan. Betul begitu bukan. Tapi biarlah hujan turun. Semua akan mengingatkan akan arti sebuah keluarga. Akan arti persaudaraan. Akan arti rindu yang sebenarnya.

Hujan…titip rindu itu disana ya. Sesekali akan kami jenguk untuk mengenang kalau masa kecil mereka sesederhana itu dan semembahagiaka itu. Di luar masih hujan dan aliran listrikpun belum kembali. Tak mengapa. Kembali belajar akan rasa kesyukuran ini. Berharap mereka saudara-saudara kita yang sedang ditimpa musibah dan kemalangan diberi kekuatan dan keikhlasan dalam menghadapi cobaan ini. Doa kami selalu.

Payakumbuh, malam di Rabu 8 Februari 2023