Aku terkejut setengah mati. Seperti mendengar halilintar di siang terik mendengar pengakuan gadis kecil itu. Wajahnya terlihat memelas dan ketakutan. Tapi aku tak percaya apa katanya. Sungguh tak percaya. Bagaimana mungkin hal itu terjadi. Aku mengenal baik sosok yang dia laporkan. Sosok yang penuh perhatian dan kasih sayang pada siswa-siswanya pada saat mengajar dan berkomunikasi dengan anak-anak didiknya.

Ini pengaduan yang ketiga tentang hal yang berbeda. Pengaduan yang selalu bikin sakit kepala. Bagaimana tidak? Karena pengaduannya kami berjibaku mencari fakta sesuai informasi yang disampaikan. Merembet bagai tanaman pagar, dari ujung ke ujung. Bertambah banyak orang yang masuk dalam daftar investigasi. Sampai tak ada tempat lagi untuk mencari bukti. Terpisah-pisah kami menginterogasi. Ujung-ujungnya semua informasi dan cerita bersumber dari si pelapor. Ya…dia yang menciptakan kegaduhan itu dengan skenario luar biasa. Bahkan tanpa perasaan bersalah sedikit pun.

Beberapa temannya menangis karena cerita yang berkembang dari teman ke teman lain semakin bertambah bumbu ceritanya yang membuatnya malu. Semakin bertambah kebohongan-kebohongan yang diciptakan entah untuk apa. Dia bahkan tak peduli ketika temannya menangis dan berdebat bahkan bersumpah tidak mengatakan hal yang dituduhkan. Dia sama sekali tidak punya empati. Memfitnah orang yang tidak bersalah dan menebarkan kebohongan sesuka hatinya.

Gadis kecil itu sangat berbakat jadi penulis cerita fantasi. Tapi sepertinya dia butuh bantuan psikolog lebih dulu untuk ditangani masalah kejiwaannya. Semoga orang tuanya bisa menerima niat baik kami.

Jakarta, 18 Oktober 2023