emi priyanti

Emi Priyanti lahir di Brebes, 24 Agustus 1968. Masuk SDN Penjaringan 08 Pagi Jakarta tahun 1975, lulus dari SDN Pejagala...

Selengkapnya
Navigasi Web

Kamu Punya Simpanan?

Beberapa hari mereka tak bertemu. Minggu malam yang larut baru pulang, sementara perempuan itu lelap dalam tidurnya. Entah yang keberapa puluh kalinya, sampai tak terhitung dalam puluhan tahun perjalanan hidup mereka.

Matahari masih lelap dalam mimpi indahnya. Mereka berdua bersiap menuju kantor. Di teras tiba-tiba perempuan itu mendidih dan bertanya tanpa memikirkan perasaan lelaki yang mungkin sudah tidak berperasaan. “Kamu punya simpanan ya?” Lelaki itu menjawab, “Enggak.” Terasa datar dan ganjil.

Lelaki itu tidak tahu arah pertanyaan tapi menjawab dengan cepat dan datar. Simpanan apa tidak diperjelas dan dipertanyakan, tapi seperti dipahami. Perempuan itu pun memuntahkan perasaan sakitnya yang lama terpendam dan disimpan dalam diam, demi menjaga keharmonisan sebuah rumah tangga. “Kalo kamu nggak punya simpanan, terus kemana uang gajimu? Kenapa nggak pernah sampe ke saya? Sampe harus saya ajak ke pasar buat belanja mingguan. Itu pun kamu sering menghindar, yang nggak ada di rumah, yang nggak bawa ATM.” Lelaki itu diam tak menjawab. Mereka meneruskan perjalanan menuju kantor.

Emosi perempuan itu semakin naik karena lelaki itu diam sepanjang perjalanan. Terlanjur memuntahkan perasaan yang terpendam, perempuan itu melanjutkan percakapan sepihaknya. “Kamu itu laki-laki, bukan perempuan. Kewajiban kamu itu menafkahi, bukan dinafkahi. Semua rumah dan tanah yang kita punya saya beli pakai uang tabungan pribadi. Diatasnamakan kamu supaya kamu punya harga diri di lingkungan warga. Tapi kamu nggak tahu diri. Terus menikmati tanpa memberi kalo nggak diminta.” Lelaki itu menjawab pelan, “Kan buat bekal anak-anak tiap minggu juga uang kuliahnya.” Perempuan itu langsung mengingatkan bahwa semester kemarin semua uang kuliah anaknya dia yang bayar.”

Akhirnya perjalanan mereka terhenti. Ada jarak dan tempat yang memisahkan pembicaraan yang belum selesai. Perempuan itu pun mencium tangan lelaki yang masih diam tanpa jawaban. “Jangan lupa ganti uang umroh. Kamu laki-laki, nggak pantas dibayari. Pendapatan kamu sama dengan saya. Nggak pantas kayak gitu. Lelaki itu diam tanpa kata. Ditutupnya pintu mobil dengan kencang seperti pintu mobil angkot yang rusak. Perempuan itu terkejut, tapi membiarkannya melampiaskan perasaan. Beruntungnya muncul perasaan lega meski rasa tak nyaman menyelimuti hatinya.

Jakarta, 20 November 2023

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren ceritanya Bunda. Sukses selalu.

23 Nov
Balas



search

New Post